Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tak Mau Mengulang Bandung Lautan Sampah

28 Februari 2019   16:34 Diperbarui: 3 Maret 2019   11:59 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung sampah di TPA. Djarum.

Bandung Lautan Sampah. Tak mungkin bisa kulupakan, pada tahun 2005 silam, tumpukan sampah menggunung di banyak titik di trotoar-trotoar Bandung. Bukan hanya tak enak dipandang, tumpukan sampah itu menguarkan bau busuk tak terperanjat. lalat-lalat hijau sebesar kacang beterbangan di sekitarnya. Melihatnya, siapa pun dijamin akan kehilangan selera makannya.

Cerita sampah tersebut pasti menancap di benak siapa pun yang menyaksikannya. Penyebabnya adalah tempat pembuangan sampah akhir Leuwi Gajah mengalami longsor sehingga tidak bisa digunakan. Siklus pembuangan sampah di Bandung pun kehilangan satu mata rantainya yang penting.

Hal ini menunjukkan sampah menjadi bumerang bila tak dikelola dengan baik.

Bayangkan, data yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup (2018) menyebutkan bahwa per hari, satu orang bisa memproduksi sampah 0,5-0,8 kg. Kalau ada 200.000 jiwa, sampah yang dihasilkan setidaknya mencapai 100 ton per hari. Parahnya, rata-rata TPA hanya mampu menampung 50% sampah yang dihasilkan masyarakat.

Gunung sampah di TPA. Djarum.
Gunung sampah di TPA. Djarum.

Lalu ke mana sisanya?

Pengelolaan sampah,sebagai sebuah siklus, tidak bisa menggantungkan diri pada TPA. Pengelolaan itu harus dimulai dari sumbernya. Rumah tangga serta perilaku masyarakat itu sendiri.

Sebagai individu, kadang kita melupakan hal-hal kecil. Contohnya, konsumsi air putih. Ketimbang membeli air mineral dengan kemasan plastik, lebih baik kita membekali diri dengan membawa botol minum air. Isi secukupnya setiap berangkat dari rumah. Dengan cara itu, kita akan mengurangi produksi sampah plastik dari minuman dalam kemasan. Perilaku lain yang bisa kita lakukan adalah mengurangi penggunaan kantong plastik. Setiap berbelanja, bawa kantong (goodie bag) dari rumah.

Edukasi minimalisasi penggunaan kantong plastik saat berbelanja ini misalnya sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor. Berbagai swalayan Kota Bogor sudah tidak menyediakan kantong plastik bagi pelanggannya. Hal semacam ini diharapkan dapat mengubah perilaku individu dalam penggunaan kantong plastik.

Di sisi rumah tangga, banyak hal juga bisa dilakukan agar makin sadar lingkungan. Pertama, perlu penanaman kesadaran dan pengetahuan tentang sampah itu sendiri. Sampah ada yang sifatnya organik dan non organik. Keduanya perlu dipisahkan.

Lalu, sampah organik itu dapat diolah sendiri dalam skala rumah tangga. Sebagai contoh, sampah organik bisa menjadi kompos. Caranya, setiap rumah tangga menyediakan pot penampungan dan pengolahan sampah organik yang ditanam di dalam tanah. Setiap ada produksi sampah organik seperti sisa sayuran yang tidak terpakai atau sisa makanan yang tak dimakan dimasukkan ke dalamnya. Sekali sebulan bisa langsung panen kompos yang bisa digunakan untuk pupuk bunga atau tanaman di taman.

Sedangkan sampah nonorganik dapat dibedakan secara garis besar menjadi dua, yaitu sampah reusable atau recycle dan sampah unreusable. Contoh sampe unreusable itu seperti bekas pospack atau Pampers. Ini harus langsung masuk ke tong sampah. Kalau yang reusable seperti kemasan botol bisa dipisahkan untuk diangkut oleh pemulung. Atau bila rajin, sampah bekas itu bisa diolah dengan keterampilan tertentu menjadi barang-barang yang bermanfaat.

Bayangkan, dua peran kita sebagai individu dan rumah tangga saja sebrnarnya bisa banyak mengurangi produksi sampah lho. Apalagi bila kita menjalankan peran sebagai masyarakat. 

Dokter Gamal misalnya, ia dikenal sebagai dokter sampah karena membangun kesadaran sampah dengan menjadikan sampah sebagai alat barter dengan layanan kesehatan. 

Komunitas Sadar Lingkungan, dengan jargon Siap Darling, juga melakukan aksi agar masyarakat siap sadar lingkungan. Mereka membagikan video agar masyarakat sadar lingkungan ke instagram @siapdarling. 

Edukasi tentang sampah itu perlu dilakukan oleh berbagai elemen. Bukan cuma warga, tetapi juga swasta. Dalam hal ini, Djarum Foundation juga memberi bukti dengan Bakti Lingkungan Djarum Foundation. Bakti Lingkungan Djarum Foundation ini adalah bentuk kepedulian Djarum Foundation dengan melakukan berbagai kegiatan seperti penanaman 10.000 mangrove, penanaman trembesi di ruas jalan tol, atau pun edukasi-edukasi lingkungan hidup kepada masyarakat. 

Tentu, kita semua sebenarnya mengharapkan lingkungan kita bersih dan sehat. Tidak ada banjir juga. 

Jangan sampai segala sesuatunya menjadi ironi. Seperti sebuah foto yang sempat viral beberapa waktu lalu, seorang warga membuang sampah di kali manakala ada petugas kebersihan tengah membersihkan kali tersebut. Ironi, harapan tidak ingin terjadi banjir tidak diimbangi dengan perilaku kita sendiri. 

Karena itu, sebelum telunjuk kita mengarah ke orang lain, ke Pemerintah, tunjuk diri sendiri, apakah perilakunkita sudah mencerminkan sadar lingkungan? Jika belum, berubahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun