Boikot punya sejarah panjang. Tidak banyak yang tahu asal kata boikot. Kata itu berasal dari sebuah nama, Charles Boycott Cunningham, yang merupakan purnawirawan kapten Angkatan Darat Inggris. Saat itu, Boycott bekerja pada Lord Erne, seorang tuan tanah di Irlandia.
Masyarakat Irlandia mengucilkan dia karena adanya kampanye hak-hak penyewa tanah. Saat itu, penyewa tanah sangat lemah dan diperlakukan tidak adil.
Kampanye melawan Boycott tersebut menjadi populer di  Inggris, setelah ia menulis surat kepada "The Times". Ia mengadukan situasi yang dihadapainya di Irlandia.  Dari sudut pandang kerajaan Inggris pada waktu itu, hal yang dialami Boycott tersebut  adalah suatu pengorbanan seseorang yang setia terhadap kerajaan Inggris melawan semangat nasionalisme Irlandia.
Dalam era revolusi, boikot adalah sebuah taktik. Tan Malaka dalam pidatonya pernah menganjurkan pemboikotan terhadap kolonialisme. Taktik ini digunakan oleh kaum nasionalis. Selengkapnya Pidato Tan Malaka.
Boikot akan berhasil apabila:
1. Tujuannya jelas dan terukur;
2. Didukung oleh kekuatan yang nyata (bukan khayalan);
3. Dipersiapkan dengan baik;
4. Dilaksanakan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi;
5. Dipimpin oleh seorang yang cakap dan disegani.
Ketika kita terkepung oleh kapitalis, prioritas perlu ditetapkan. Tidak mungkin kita memboikot semuanya. Kita perlu menetapkan prioritas dan kelogisan mana yang bisa diboikot terlebih dahulu.