Tak tahu kenapa rumah-rumah itu bisa rusak dan ditinggalkan.
Selanjutnya, di jalan berpasir itu, kita perlu hati-hati biar tidak selip. Ada titik-titik tertentu yang pasirnya lunak. Karena baru hujan, kami sempat keliru memilih jalan sehingga ban terperosok dalam. Terpaksa motor harus kami angkat.
Hingga akhirnya kami mulai melihat pesisir dengan pohon-pohon bakau. Batu-batuan besar pun mulai terlihat.
Spot yang menarik adalah keberadaan batu-batuan berwarna-warni. Bebatuan yang dicat ini tidak banyak. Kelompok Sadar Wisata Dompak yang mengecatnya. Saya juga turut ragu, meski niatnya kreativitas, pengecatan batu alam bisa juga dipandang sebagai vandalisme. Sama halnya dengan pemasangan properti selfie di banyak tempat wisata, seringkali malah merusak pemandangan. Kreativitas seni untuk mempercantik tempat wisata harus dilakukan secermat mungkin.
Karena belum banyak terjamah, Tanjung Setumu sangatlah sepi. Tak kusarankan ke sini sendirian. Ngeri. Meski sepi, sayangnya, ada beberapa muda-mudi yang memanfaatkan situasi. Saat pulang, tampak oleh kami ada pasangan yang mojok di beberapa titik. Entah perang gerilya apa yang sedang mereka lakoni. Haha.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H