Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tersebab Radang Tenggorokan

22 Januari 2019   11:54 Diperbarui: 22 Januari 2019   12:27 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa saja aku mengenang Orde Baru, yang telah tumbang itu
saat semua rakyat dipaksa menutup mulut
dan pura-pura bahagia. Di ruang itu sebaliknya,
aku diminta membuka mulut selebar-lebarnya, dan
menjawab pertanyaan setelah divonis radang tenggorokan.

Sesungguhnya aku cukup tersentuh, pertanyaan demi pertanyaan
membuat kami seolah karib dan penuh perhatian:
Apa yang aku makan kemarin, apa aku cukup makan sayuran, apa
terlalu berlebih makan gorengan, apa aku keranjingan
minum minuman dingin

Kubayangkan seandainya Presiden yang bertanya demikian
tidak akan ada warga negara yang kelaparan
Semua orang terisi perutnya, dan bebas dari ancaman kekerdilan
Tidak akan ada yang kena diabetes pada usia muda
Sebab gula atau pemanis pada minuman kemasan
jauh lebih jahat dari teroris yang memberondongkan peluru
Beberapa nyawa mungkin tiada
Ketimbang penyakit gula yang membunuh manusia pelan-pelan

Ia memintaku jujur, lalu kukatakan
aku sudah cukup disiplin melakukan hidup sehat
kujaga pola makan, tidur dan bangun cepat
juga olahraga meski baru plank atau lari di tempat

Namun, ia menyebutku tukang bohong
Sebab radang tenggorokan pasti ada sebabnya
Aku disuruh mengaku pada hal-hal yang tak kulakukan

Lalu apa bedanya masa ini dengan Orde Baru
ketika kebenaran sedemikian baku dan dipaksakan
kalau dulu, segalanya dibungkam
kini, semua diminta berbicara dengan teks yang sudah disiapkan
Semua media besar mengamini
Sehingga tak ada ruang bagi perlawanan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun