Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Kemandirian Desa dari Kemudo Makmur

18 Oktober 2018   18:08 Diperbarui: 9 November 2018   15:01 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selanjutnya beliau menunjukkan kepada saya kebun organik. Terong, tomat, dan cabai ditanam di saya. Beliau mengatakan kebun ini masih merupakan percontohan . Nantinya kebun serupa akan diadakan di tiap RW, bahkan tiap RT. Dengan demikian, selain bisa mencukupi kebutuhan sendiri, hasilnya bisa dijual ke desa lain.

"Apa ada tempat wisata, Pak?" tanya saya lagi.

Beliau menjelaskan sekitar 1,5 kilo dari tempat kami, ada wahana sungai yang bersih. Saat ini, baru anak-anak SD yang suka menggunakan sungai tersebut sebagai arena bermain dan belajar. Ke depannya, ada wacana untuk mengelola sungai sehingga lebih bermanfaat. "Tapi tentunya, hal ini harus dimusyawarahkan terlebih dahulu, barangkali ada warga desa yang tak setuju...."

"Berarti Kemudo potensial menjadi Desa Wisata?" 

Beliau langsung menjawab tegas, TIDAK. Kemudo tidak akan dijadikan desa wisata. Kalau dijadikan desa wisata, maka akan ada keterlibatan Pemprov sehingga retribusi diserahkan ke Pemprov. Pendapatan desa justru berkurang dengan status desa wisata.

Saya pun hanya bisa mengangguk-angguk.

Semangat Desa

Lahirnya Undang-Undang Desa pada 2014 lalu menandai perubahan desa sebagai struktur pemerintahan terkecil yang ada dalam negara kita. Paling signifikan, hadirnya undang-undang tersebut membuat desa menerima Dana Desa mulai tahun 2015. Dengan adanya Dana Desa ini, diharapkan pembangunan akan berlangsung dengan baik di desa dan dapat menjadi inisial awal kemandirian desa.

Salah satu cara untuk membangun kemandirian desa adalah dengan pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Jumlah BUMDes meningkat signifikan. Pada akhir 2014, jumlah BUMDes hanya 1.022. Pada akhir 2017 jumlah BUMDes meningkat drastis menjadi 39.149. Kemudian pada 2018 ini tercatat sekitar 56 persen desa telah memiliki BUMDes. Namun, belum semua BUMDes efisien dalam mengelola BUMDes.

Kemudo Makmur patut dijadikan contoh. Usut diusut, Pak Purwoto tadinya adalah karyawan Astra yang kemudian berhenti untuk membangun desa. Pada saat kunjungan kami ke sana, hadir pula Sarjana yang balik desa untuk mengembangkan desa mereka. Hal itu membuat hatiku terenyuh. Di saat banyak orang mencari penghidupan di kota, ada orang-orang yang masih peduli desanya. Kesadaran semacam inilah yang perlu hadir di dada kita, bahwa membangun negara seharusnya dimulai dari membangun struktur terkecilnya, yaitu Desa.

Pada saat yang sama, saya mengingat Dicky Senda, seorang sahabat sastrawan dari Soe, Timur Tengah Selatan. Setelah selesai kuliah di Jogja, ia balik ke kampung halamannya di desa Taiftob,  dan mendirikan Lakoat Kujawas, sebuah komunitas kewirausahaan sosial anak muda yang bergerak di bidang seni budaya. Semoga hadir di tulisan selanjutnya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun