Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Es Krim, Puisi, dan Keluarga

31 Agustus 2018   23:25 Diperbarui: 31 Agustus 2018   23:26 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negara tidak selamanya jadi pemersatu.

Begitulah hal yang muncul di benakku beberapa tahun lalu. Pilihan hidup membuatku bertugas di Sumbawa, sedangkan istri dan anakku yang masih balita berada di Bandung. Hampir selama 1,5 tahun kami menjalani "kekeluargaan jarak jauh" dan paling cepat kami bertemu satu bulan sekali. Normalnya dua bulan sekali.

Biasanya, Jumat siang aku berangkat dari Sumbawa ke Lombok, disambung dengan pesawat dari Lombok ke Bandung (transit di Bali). Sampai pasti tengah malam sekali. Sampai di rumah, anakku barang tentu sudah tertidur. Ketika terbangun, melihat abi-nya, ia akan segera memelukku, lalu berkata, "Abi, kapan kita beli es krim?"

Ya, anakku suka sekali makan es krim. Bahkan ketika aku pindah dari Sumbawa untuk menempuh tugas belajar di Bintaro, setiap kepulangan pada akhir pekan, ia akan menuntutku untuk membelikan es krim. Biasanya, kami makan Roti Oppa---sebuah warung es krim kekinian di Bandung beberapa tahun lalu. Tapi, lebih sering lagi, beli es krim di warung dekat rumah. Favoritku dan anakku, Campina, dalam bentuk cup.

Momen membelikan dan makan es krim bersama adalah momen puitik bagiku, sehingga aku pernah membuatkannya sebuah puisi tentang itu:

Membelikan Es Krim

aku akan membelikannya es krim setiap aku pulang ke rumah

aku tak ingin ia menyadari ada leleh yang lain

setiap kulihat dirinya, kerinduan mengamuk bagai banteng

ingin menyeruduk setiap benda yang berwarna merah

ia suka rasa vanila, dengan begitu, hatiku seperti bendera

kuperhatikan dengan seksama, detik demi detik yang ada

aku telah menjadi seorang ayah, dan suatu hari ia akan dewasa

menjadi seorang gadis yang memakai rok, memegang buku

dan menatapku dengan kenangan pertemuan di akhir pekan

aku selamanya menjadi pacarnya, cinta pertamanya

dengan segala kelemahan dan luputnya perhatian

sampai kubayangkan lelaki lain akan merampasnya dari pelukanku

ia akan duduk di pelaminan, memakai gaun, bunga-bunga

aku tidak tahu harus menghadiahi apa

aku akan memberikannya es krim, seperti setiap minggu

aku pulang ke rumah dan ia akan memelukku

kemudian ia akan memburu, tak membiarkan es krim itu meleleh

kemudian ia juga tak akan tahu, hatiku juga tengah meleleh

Kenapa Campina? Mungkin tak banyak yang tahu sejarah Campina, mengira es krim ini buatan luar negeri dan segala macam. Tidak demikian adanya. Saya pernah membaca dan tersentuh dengan kisah Campina. Pada tahun 1972, Campina didirikan dan mulanya dibuat di garasi. Nama CV-nya CV Pranoto, diambil dari nama Darmo Hadipranoto. Kebetulan pula, nama kakak kandung saya Adi Pranoto.

Dokumentasi pribadi.
Dokumentasi pribadi.
Terlepas dari itu, es krimnya memang enak banget. Lembut. Susunya kerasa. Varian rasanya juga banyak. Tapi saya tetap paling suka Concerto. Campina juga memperhatikan kenyamanan penggunanya karena mengganti tutup kertas es krim dengan plastik sehingga terasa lebih aman dan higienis.

Di luar itu, Campina juga menunjukkan dirinya bukan sekadar perusahaan yang berorientasi keuntungan. Campina pernah mendapat penghargaan dari Menteri Lingkungan Hidup. Indonesia Green Company Achievement 2017.

Satu lagi yang penting, Campina menunjukkan kebanggaannya pada bahasa Indonesia dengan menggunakan kata "es krim" bukan "ice cream"". Hal ini secara tersirat menunjukkan percaya diri kita sebagai bangsa, ditengah gempuran inferioritas pada produk dan bahasa asing.

Sekarang, saya dan keluarga sudah tinggal bersama. Campina tetap ada dalam kebersamaan kami, terutama pada akhir pekan, setiap habis berenang. Pasti anak saya yang kini sudah kelas 1 SD itu akan menggamit tangan saya dan mengajak saya ke bakul es krim, dan ia pasti akan memilih rasa vanila. Tak apa bila negara tak selamanya jadi pemersatu, Campina yang tetap jadi pemersatu aku dan anakku. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun