Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inspirasi dari Bapak

4 Juli 2018   17:45 Diperbarui: 4 Juli 2018   17:41 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencoba ikhlas sembari berkata, "Ini cobaan dari Allah. Dan setiap cobaan itu membuat kita jadi lebih kuat, jadi mengintrospeksi diri kita untuk bisa memperbaikinya. Atau mungkin juga ada dosa-dosa yang Bapak perbuat di luar kendali Bapak. Sehingga tanpa sengaja Bapak mendhalimi pihak tertentu. Seperti halnya sakit, ia hadir sebagai penggugur dosa manusia. Semoga saja cobaan itu menggugurkan dosa-dosa Bapak." Aku terpana. Bersyukur memiliki Bapak sebijak ini.

Pernah satu saat hatiku dibuat bergetar olehnya. Adalah prinsip usahanya yang membuatku terpana. Waktu itu menjelang PON 2004 di Palembang. Ia mendapat tugas untuk mencari pekerja pembangunan struktur sektor hijau di kawasan stadion.

Aku iseng bertanya, "Emang gede ya keuntungan menawarkan jasa kaya gini?" Lagi-lagi ia tersenyum, "Bukan masalah gede atau kecil, Di, tapi Bapakmu ini bahagia kalau bisa menciptakan kesempatan kerja kepada orang lain. Dalam apapun lah, kalau keberadaan kita bisa bermanfaat bagi orang lain, maka hati akan merasa sangat tenang."

Satu yang paling bisa membuatku sampai menggeleng-gelengkan kepalaku adalah hasratnya untuk belajar tak pernah berhenti. Di sela kesibukannya yang padat, ia pasti masih sempat membaca buku.

Kemana pun ia mendapat tugas kerja, ke luar kota misalnya, pastilah minimal ada dua buku yang ia bawa. Sebagai bahan bacaan di waktu senggang. Ia juga selalu mendukung penuh diriku dalam pendidikan.

"Bapak ini cuma sarjana. Bapak ingin kamu, sebagai anak Bapak yang terakhir, bisa mampu melebihi Bapak. Sampai jenjang mana pun, insyaAllah Bapak akan terus mendukungmu." Kata-kata ini membiusku, membuat mata ingin berair mata. Meski kutahan di dalam hati saja.

Sebagai anak yang tidak begitu baik, rasanya aku ingin menghadiahkan sesuatu buat beliau. Dari segi materi, kini sebenarnya beliau lebih mampu dariku. Namun, tak ada salahnya bukan, sebagai anak, kita memberi hadiah. Umrah dari Allianz misalnya.

Saya ingin memberi hadiah Umrah karena teringat sebuah hadits, ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan sosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Bahkan dosa di antara dua umroh akan dihapuskan oleh Allah.

Dengan umrah, saya berharap di usianya, beliau terlepas dari dosa yang mungkin tak beliau sengaja, karena saya yakin beliau begitu baik sehingga tak mungkin sengaja menyakiti orang lain/berbuat dosa. Kado untuk hati yang tulus atas dedikasinya pada bidang pendidikan, pengajaran agama Islam, toleransi antarumat beragama, perhatian kepada kaum dhuafa, dan fokusnya pada umat, di tengah statusnya yang bukan siapa-siapa membuat beliau lebih dari pantas mendapatkan hadiah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun