"Maaf, untuk keberangkatan pukul 07.51 belum bisa masuk. Lima belas menit sebelum keberangkatan, penumpang baru boleh masuk ke peron," ujar sang petugas dengan ramah.
Jumat (30/04) kemarin adalah pengalaman pertamaku naik Railink ke bandara Soekarno-Hatta. Awalnya aku salah mengira bahwa ada kereta yang diberangkatkan dari stasiun Manggarai. Ternyata kereta yang kulihat sehari-hari (karena aku pengguna KRL) itu hanya "parkir" di Manggarai. Railink bandara belum beroperasi di Manggarai, tetapi di Stasiun Sudirman. Perihal kedua ini pun saya keliru karena saya pikir stasiunnya menyatu dengan stasiun KRL. Ternyata berbeda. Stasiunnya berada di sebelah stasiun KRL, jalan sekitar lima puluh meter.
Untungnya kekeliruan itu kusadari beberapa hari sebelumnya. Pilihan untuk melakukan reservasi online sudah tepat. Kupesan tiket di https://reservation.railink.co.id/ dan di situlah aku sadar.
Untuk sebuah web reservasi yang baru, web railink lumayan bagus. Hanya saja sempat kebingungan mencari form untuk reservasi yang ternyata ada di kanan atas. Mungkin karena terbiasa memesan tiket lain yang posisi pemesanannya ada di sebelah kiri. Proses selanjutnya sangat gampang. Tinggal kita memilih mau bayar dengan cara apa.
Karena saya memiliki aplikasi Danamon Mobile, saya pun memesan dengan cara bayar Virtual Account yang nantinya saya eksekusi dengan Danamon Mobile. Apalagi ada promo cashback 50% untuk 500 pemesan tiket pertama. Entahlah saya termasuk atau tidak, tinggal nanti 14 hari lagi lihat saldonya bertambah atau tidak.
Tepat sebelum lima belas menit, saya pun masuk. Oh, ya, untuk masuk, kita tidak wajib mencetak tiket seperti naik kereta jarak jauh (check in). Tiket yang dikirimkan melalui surel memiliki barcodeyang bisa dipindah langsung di pintu masuk.
Tak lama menunggu, satu menit sebelum jadwal, lima menit sebelum jadwal berangkat, kereta datang. Dan 07.50 perlahan kereta bergerak meninggalkan Stasiun Sudirman.
Tempat duduk yang nyaman. Kecepatan 68 km/jam. Suhu ruangan 23 derajat celcius. Satu gerbong hanya terisi 4 orang. Masih begitu sepi. Penumpang bebas memilih tempat duduk.
Mungkin di sini letak salah satu kritik saya, bahwa seharusnya pemilihan tempat duduk sudah ditentukan dari saat pemesanan tiket agar tidak ada kebingungan saat ingin duduk. Bayangkan, jika keadaan cukup ramai, dari mana kita tahu bangku yang masih kosong, kecuali dengan cara mencari satu per satu bangku dari gerbong ke gerbong?