Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengenal Tokoh Independen di Pilkada Banyuasin

30 Januari 2018   17:49 Diperbarui: 30 Januari 2018   18:21 1641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Supartijo (kanan). Sumber: beritasebelas

Dua belas calon independen siap bertarung di pilkada serentak di seluruh Sumatra Selatan. Hanya 3 daerah yang tidak memiliki calon independen yakni Prabumulih, OKI, dan Provinsi Sumatra Selatan. Semarak tokoh independen di Kabupaten/Kota lain inilah yang membuat demokrasi di Sumsel menarik. Salah satu kabupaten yang memunculkan tokoh independen itu adalah Kabupaten Banyuasin.

Ada Buya di Banyuasin

Sumber: Timesindonesia.co.id
Sumber: Timesindonesia.co.id

Banyuasin memunculkan 5 pasang calon bupati. Salah satunya maju dari jalur independen. Bila ditilik namanya, ada "Buya" tersemat di sana.

Bila menyebut Buya, ingatan kita akan tertuju pada Buya HAMKA, Buya Syafii Maarif, atau Buya Yahya. Kata "Buya" ini sebenarnya berasal dari "abuya" berarti ayah. Namun, kata ini mengalami pengkhususan makna. Seseorang yang dipanggil "Buya" berarti memiliki penghormatan khusus dari banyak orang. Salah satu yang dianggap khusus adalah pengetahuan agamanya.

Begitu juga Buya Husni Thamrin Madani yang telah mendirikan Pondok Pesantren terbesar di Banyuasin, Ponpes Qodratullah. Ponpes ini telah menghasilkan lebih dari 20 angkatan lulusan Madrasah Aliyah.

Ponpes Qodratullah Banyuasin. Sumber: NU.id
Ponpes Qodratullah Banyuasin. Sumber: NU.id
Salah satu kebijakan Buya di Ponpes yang patut direnungkan adalah tentang kebijakan tanpa seleksi  bagi anak yang ingin mondok. Buya berpendapat seorang anak yang  sudah berkeinginan untuk menjadi santri mestinya harus didukung penuh.  Tak soal apabila belum bisa baca dan tulis Al Qur'an. Ponpeslah yang harus menyediakan  pengajaran secara khusus, agar kemudian bisa membaca dan menulis Al  Qur'an. Begitu juga dengan anak-anak yang dianggap nakal. Kalau tidak ada sekolah yang mau mendidik anak nakal, bagaimana mereka bisa berubah jadi baik? 

Selain tokoh agama, Buya Husni Thamrin juga dianggap sebagai salah satu tokoh pendiri Banyuasin. Buya mendapatkan penghargaan sebagai  Tokoh Pendiri Pemekaran Kab. Banyuasin pada acara Pelantikan Pengurus  Ikatan Keluarga Banyuasin (IKBA) kota Palembang pada Agustus 2017 lalu. Buya bersama 4 tokoh pendiri-pemekaran  Kabupaten Banyuasin yang lain mendapatkan penghargaan tersebut, yaitu  Drs. H. Anwar Malik, Drs. H. Noer Muhammad, KH. Kaharuddin Aziz, dan Dr.  KH. Burlian Abdullah. Sebagaimana diketahui, Banyuasin adalah hasil dari pemekaran kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 1999.

Menggandeng Supartijo

Supartijo (kanan). Sumber: beritasebelas
Supartijo (kanan). Sumber: beritasebelas

Keputusan maju lewat jalur independen itu pun digenapi Buya dengan menggandeng Supartijo. Setali tiga uang dengan Buya, Ir. H. Supartijo juga adalah pendiri Pondok Pesantren. Ia mendirikan Ponpes Nurul Qolam di Dabuk Rejo, Ogan Ilir. Di Banyuasin, Supartijo mendirikan Yayasan Pendidikan Nurul Ilmi, sebuah sekolah berbasis Islam Terpadu mulai dari jenjang TK hingga SMA/SMK.

Uniknya, pembangunan institusi pendidikan itu tidak terlepas dari latar belakangnya sebagai petani. Tidak banyak yang tahu bahwa Supartijo punya latar belakang birokrasi di Dinas Perkebunan Sumsel, dan sejak pensiun ia fokus menjadi petani. Ia didapuk sebagai ketua kelompok tani dan ia mengumpulkan zakat dari hasil pertanian/perkebunan kelapa sawit dan karet kelompoknya untuk dijadikan modal pembangunan sekolah. Para anak petani tersebut diberikan hak untuk bisa masuk ke sekolah yang beliau banggakan sama kualitasnya dengan sekolah-sekolah di Palembang.

Nurul Ilmi Banyuasin. Sumber: Kemdikbud.
Nurul Ilmi Banyuasin. Sumber: Kemdikbud.
Tersirat dari namanya, Supartijo beretnis Jawa. Beliau datang ke Sumatra saat berumur 4 tahun bersama kakek angkatnya. Dalam beberapa pilkada terakhir, nama beliau seringkali masuk bursa pilkada. Namun, beliau selalu menolak. Kali ini, tokoh Pujasuma yang juga Wakil Ketua I Forum Kerukunan Umat Beragama Banyuasin itu tak dapat menampik ajakan Buya yang beliau hormati.

Ulama dan Kekuasaan

Sumber: Slide Ibrahim Yahya
Sumber: Slide Ibrahim Yahya
Majunya Buya dan Supartijo juga mendapat beberapa tanggapan negatif. Ada yang menuding mereka berdua haus kekuasaan. Padahal bukan itu alasannya.

Bupati sebelumnya yang tertangkap tangan menjadi pemicu. Buya dan Supartijo yang merupakan tokoh agama dan tokoh pendidikan sangat sedih menyaksikan fakta bahwa ada korupsi di bidang pendidikan di Banyuasin. Hati mereka sebagai orang tua juga terpanggil untuk kembali mengayomi Banyuasin. Banyuasin yang dicita-citakan saat pendirian belum tercapai hingga kini. Seperti sebuah kutipan, "Kezhaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat. Tapi karena diamnya orang baik".

Taglineyang diusung, Banyuasin yang BERSIH, bebas korupsi sebenarnya memiliki makna yang lebih mendalam. Bersih berarti fitrah/suci. Pembangunan hati untuk pembangunan Banyuasin harus dimulai terlebih dahulu. Salah satu fokusnya, seperti kiprah mereka, adalah pada bidang pendidikan. Pembangunan pendidikan yang merata di Banyuasin daratan dan perairan harus tercapai.

Bersih juga berarti secara identitas, warga Banyuasin yang letaknya sangat dekat dengan perkotaan (Palembang) tidak kehilangan jati diri mereka. Banyuasin harus menyediakan ruang bagi anak-anak muda Banyuasin untuk berinovasi dan mengaktualisasikan dirinya. BERSIH juga bisa sebagai singkatan dari Berdaya saing, Ekonominya merata, Relijius masyarakatnya, Sejahtera warganya, Infrastruktur yang kian memadai, dan Harmonis hubungan kemasyarakatannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun