Tak terasa sudah lebih dari satu tahun aku berumah di Depok-Bogor setelah ditempatkan bekerja di Jakarta. Tantangan paling berat di kantor pusat bukanlah beban kerja yang berat, melainkan perjalanan menuju kantor itu sendiri. Dari rumah ke stasiun, aku harus naik motor kurang lebih 6 kilometer, lalu berdesak-desakan di gerbong yang tak berprikemanusiaan dari Stasiun Citayam hingga Stasiun Juanda selama kurang lebih 1 jam!
Tak jarang di dalam gerbong, aku harus mengeraskan otot. Akibatnya, sesampainya di rumah, badanku terasa sangat pegal. Tiga bulan pertama bahkan, aku masih merasakan dunia bergerak seperti rasa di dalam kereta, bergoyang-goyang, mengerem dengan seenaknya sehingga badan tergencet. Aku tahu aku akan tumbang karena aktivitas ini menghabiskan banyak stamina.
Puncaknya, aku tumbang dan masuk IGD. Di IGD itulah aku beresolusi, berolahraga setiap hari.
Setidaknya ada beberapa macam olahraga yang rutin kulakukan sekarang. Setiap bangun tidur, aku akan melakukan PLANK. 60 Detik. Dari artikel yang kubaca, melakukan plank rutin 60 detik setiap hari sama saja memperpanjang umur 60 detik. Jadi jika itu rutin kulakukan selama setahun, umurku bertambah lebih dari 6 jam.
Aku juga melakukan push up (sempat kutanyakan pada Ivan Lanin padanan push up dalam Bahasa Indonesia, tetapi belum ada). Kalau yang ini baru kumulai lagi, dan paling-paling sehari aku bisa 5 kali doang. Hehe. Push upsangat berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah. Jika kita melakukannya, rutin, dan kuantitasnya bertambah secara bertahap, bukan hanya imunitas kita yang bertambah, bentuk tubuh kita juga bisa jadi proporsional.
Olahraga paling ideal adalah LARI. Namun, aku baru melakukannya seminggu sekali. Aku akan lari di lapangan sepakbola. Satu keliling berlari, satu keliling berjalan. Sejauh ini baru dapat 4 keliling sih. Katanya dengan berselang-seling seperti itu bisa menjaga jantung kita. Yang rutin kulakukan setiap hari sekarang adalah lari di tempat selama 60 detik. Terasa segar saja setelah melakukannya.
Aku tidak mau tumbang lagi. Risiko penyakit lain pun menghantuiku. Maklum, aku bekerja di bagian litbang yang menghabiskan sebagian besar waktu duduk di depan komputer, mengetik, dan itu tak baik untuk tubuhku.
Malam hari, aku pun menunaikan pekerjaan lainku sebagai penulis. Kebiasaanku mengetik malam-malam, mengerjakan naskah demi naskah puisi, cerpen, atau novel, membuatku membutuhkan stamina yang baik. Kalau tak berhalangan, dalam waktu dekat, kumpulan cerpen dan novelku akan diterbitkan.
Oh iya, ada satu olahraga lagi yang sering kulakukan, yakni skipping. Aku melakukannya 100 kali/hari untuk mengoptimalkan energi di tubuhku serta mencegah osteoporosis. Dan, katanya sih, ada satu lagi manfaatnya yang penting, fertilitas. Laki-laki mana yang tak mau menjaga fertilitasnya?
Sambil menulis ini, aku jadi ingat satu dari 20 aturan Stephen King untuk para penulis. Katanya, jagalah kesehatan dan menikahlah. Penulis yang sudah menikah dan sehat hidupnya akan terus produktif menghasilkan karya-karya yang berkualitas. Dan tentu, kuingat pula sarannya yang ke-20. Tujuan dari menulis adalah bahagia. Bukan hal lain. Tujuanku bekerja pun untuk bahagia. Bahagia haruslah memiliki jiwa yang sehat. Dan jiwa yang sehat dimulai dengan tubuh yang sehat.