Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kritik atas Pertumbuhan Ekonomi

8 September 2017   19:22 Diperbarui: 9 September 2017   22:36 7688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu  siapa yang menderita jika ini terjadi? Orang menengah ke bawah yang  peningkatan daya belinya berada di bawah angka inflasi atau bahkan nggak  bisa meningkatkan harkat daya belinya. Sehingga hasilnya, pasti  kemiskinan akan meningkat.

Hal kedua, pertumbuhan ekonomi adalah  hasil dari kapitalisme. Ada praktik kanibal di sana. Globalisasi yang  tadinya menguntungkan negara maju kini berbalik memakan negara maju.  Kita bisa lihat hal ini dari angka pertumbuhan ekonomi negara maju yang relatively berada di bawah 2% sementara negara berkembang dan emerging countriesberada di angka 4-6%. Kenapa ini bisa terjadi?

Untuk  dapat angka pertumbuhan ekonomi yang bagus, sebuah negara harus terus  membangun. Pertumbuhan ekonomi tidak mengenal efisiensi. Kalau  pemerintah berhemat atau berhenti membangun, maka kontribusi ke G (atau  ke konsumsi pemerintah dan PMTB) akan berkurang.

Bumerang  globalisasi tadi pun terjadi karena dulu negara-negara maju yang mampu  menginvasi perdagangan di negara berkembang. Sekarang, sebaliknya,  negara berkembang yang mengekspor komoditas dan mampu memproduksi  barang-barang karena tenaga kerja yang lebih murah dan sumber daya alam  yang memadai, membuat secara biaya, barang-barang dari negara-negara  yang tadinya berkembang jauh lebih murah dan diterima oleh konsumen.

Kanibalisme  pertumbuhan ekonomi adalah kanibalisme perdagangan internasional  sehingga siapa yang mampu merebut konsumen suatu negara akan tinggi  pertumbuhan ekonominya. Makanya, Donald Trump menyadari hal itu dan  membuat tren proteksionisme negara dari perdagangan, karena bila sudah  terperosok menjadi konsumen, maka suatu negara akan menjadi konsumen  selamanya. Susah untuk bangkit kembali.

Dengan fakta-fakta itu,  sebenarnya tak salah jika kita bilang, pertumbuhan ekonomi sudah masa  lalu atau cuma angka makroekonomi saja. Pertumbuhan ekonomi tak pernah  menggambarkan secara riil keadaan rakyat.

Tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun