Sebuah telepon masuk. Suara perempuan di seberang sana. Dengan ramah, ia mengenalkan diri dari Kompasiana dan mengabarkan artikel saya terpilih untuk menjadi salah satu pemenang dalam lomba menulis Pesona Indonesia. Kemenangan saya itu adalah kemenangan cadangan, dikarenakan yang seharusnya menang mengabarkan ia tidak bisa berangkat ke Ubud. Saya berada di list berikutnya, menggantikan beliau. Selanjutnya saya diberitahu untuk segera membeli tiket. Saya pun membeli tiket yang paling murah untuk sampai ke pulau Bali.
Sebagai mahasiswa, tentu saja kantong saya tidak tebal. Saya pun hanya membeli tiket berangkat terlebih dahulu. Sementara hati saya berbunga-bunga. Saya memang sangat ingin ke Ubud. Beberapa kali saya mengikuti seleksi UWRF, tetapi belum pernah terpilih. Ke Ubud ini, barangkali pertanda baik, tahun berikutnya saya akan terpilih.
Namun, harapan itu tinggal kenangan. Gunung Rinjani berasap. Asapnya pun mengganggu penerbangan. Penerbangan ke Bali ditunda, dan saya mengikhlaskan diri untuk berangkat besoknya. Namun, keesokan harinya, penerbangan tetap tidak mendapat izin. Hari itu, saya memutuskan tidak berangkat. Saya tidak mengganti jadwal penerbangan untuk keesokan hari seperti teman-teman yang lain karena tiket ke Jakarta dari Denpasar sudah melambung tinggi. Jujur saja, saya tak punya uang untuk membeli tiket pulang. Saya pun mengurus deposit tiket, 3 bulan berlalu, deposit itu tidak saya gunakan. Hangus deh.
Saya pikir kapan lagi saya akan bisa menang lomba di Kompasiana. Susah sekali rasanya menang di sini. Namun, kesempatan itu kembali datang. Beberapa waktu lalu ada lomba tentang foto dan caption perjalanan. Saya mengunggah cerita saya di Satonda dan memenangkan menginap semalam di The Bellevue. Hotel Bintang Lima. Wah, apa ya rasanya?
[caption caption="Resepsionis"][/caption]
Saya pun mengajak istri saya. Saya belum pernah mengajaknya menginap di hotel bintang lima. Ekspektasi kami pada label hotel bintang lima begitu besar. Saya bayangkan di sana ada bath tub, sarapannya enak sekali, kolam renangnya luas, pelayanannya sempurna.Â
Ketika reservasi, saya cukup kecewa karena kamar yang diberikan adalah kamar dengan twin bed. Rasanya nggak lucu juga sudah sama-sama, tapi tidur terpisah. Di hari H, kami memasuki kamar dan cukup puas dengan interiornya. Hal pertama yang kucek adalah kamar mandi. Ternyata, di kamar mandi tidak ada bath tubnya. Di situ saya merasa sedih.
Tapi lalu saya teringat perkataan seorang teman. Katanya, memang bath tub sebaiknya ditiadakan. Bath tub itu pemborosan air. Peniadaan bath tub di hotel mampu mengurangi cost operasional hotel cukup signifikan. Saya pun membayangkan Jackie Chan yang pernah bilang, di saat kita membuang-buang air, di dunia ini banyak orang kekurangan air. Hufff.
[caption caption="Twin Bed"]
Yang istimewa dari The Bellevue adalah lokasinya. Lokasi The Bellevue sangat strategis. Saya hanya perlu berjalan kaki 5 menit ke Pondok Indah Mall. Dan dari sini, tol sangat dekat dan dapat menjangkau semua tempat, Bandara, Jakarta Pusat. Kemudian, yang mengesankan bagi saya adalah kolam renangnya. Kolam renangnya ada di Lantai 3, menghadap ke pemandangan kota. Saya sempat berenang dua kali. Maklum, orang dusun jarang lihat kolam renang. Yang disayangkan, beberapa pengunjung kemudian datang dan duduk-duduk di sekitar kolam renang sambil mengisap rokok.Â
[caption caption="Tempat Favoritku"]
Yah, sayangnya, voucher menginapnya hanya 1 malam. Jujur saja, rasanya kurang sekali.Â
Semoga saja, lain kali ada kesempatan dapat voucher menginap di hotel bagus lagi.
Â
*Foto Dokumen Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H