Tidak banyak yang tahu, bahwa selain Direktorat Jenderal Pajak dan Bea Cukai, Kementerian Keuangan memiliki instansi/eselon I yang lain. Ada 7 Direktorat Jenderal, yakni Perpajakan, Bea Cukai, Â Perbendaraan Negara, Perimbangan Keuangan, Kekayaan Negara, serta Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko. Selain itu, Kemenkeu juga memiliki 2 badan yakni Badan Kebijakan Fiskal dan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, serta tentu saja Sekretariat dan Inspektorat Jenderal.
STAN Career Expo membantu mengenalkan kepada para mahasiswa yang ingin bergabung ke Kementerian Keuangan tentang  peran, tugas dan fungsi masing-masing instansi. Para mahasiswa, yang didominasi anak STAN tampak antusias mendengarkan pemaparan masing-masing instansi di sesi pagi, mengingat mereka nanti akan dites kembali dan memilih instansi setelah lulus dari masa kuliah.
Uniknya, 4 Musim Cinta diberi tempat khusus dalam acara tersebut. Novel yang ditulis pegawai Ditjen Perbendaharaan ini, selain keberadaannya ditempatkan di stan DJPB, menjadi salah satu hadiah/door prize, bannernya dipasang di samping stan, juga diberi kesempatan untuk dibincangkan di expo tersebut. Anak-anak berkalung merah, jurusan Kebendaharaan Negara pun tampak antusias mendengarkan penulisnya berbicara.
DJPB, yang sering diplesetkan menjadi Direktorat Jenderal Paling Bahagia, memang sebuah direktorat jenderal yang spesial. Mengingat betapa penting fungsi dan keberadaannya yang penting sebagai jantung dan darah perekenomian, ia harus berada di seluruh penjuru Indonesia mulai dari Sabang (KPPN Filial Sabang) sampai Merauke (KPPN Merauke). Dan ini (penempatan/pola mutasi) ditakuti oleh anak-anak STAN.
Novel 4 Musim Cinta pun membahas soal isu mutasi itu. Orang Palembang bisa ditempatkan di Sumbawa. Orang Medan bisa ditempatkan di Biak, dan dalam periode tertentu (3-5 tahun), mereka sudah harus pindah ke tempat berikutnya. Tentu pembahasannya tidak serius seperti betapa tidak efisiennya biaya perjalanan dinas yang harus dikeluarkan negara untuk sebuah alasan menghindari conflict of interest. Anggapannya,di bidang keuangan seseorang tidak boleh bekerja lebih dari 5 tahun di satu tempat  karena ia akan menguasai seluk beluk permasalahan dan memanfaatkannya.
Tetapi itu tidak masalah bila pemerataan pembangunan, pemerataan pertumbuhan ekonomi itu baik di seluruh penjuru Indonesia. Sehingga kata "maju" tidak menjadi mazhab yang hanya dianut di kota-kota besar .
Treasury sebenarnya sangat berperan dalam hal itu. Treasury mencairkan dana APBN dari belanja pegawai sampai belanja infrastruktur di semua daerah. Bahkan sebenarnya Treasury dapat lebih jauh berperan dalam bagaimana kualitas pengeluaran pemerintah seharusnya mempengaruhi konsumsi dan menaikkan Y (National Income). Sehingga nantinya kenaikan Y akan juga menaikkan Tax (insyaAllah dalam artikel Peran Treasury dalam Penerimaan Negara).
Hal Treasury sebagai trigger kemajuan bangsa ini tercermin pula dalam isu-isu terbaru yang diusung DJPB, dengan sinergisitas instansi lainnya. Misalnya saja, SPAN (Sistem Perbendaharaan Anggaran Negara), yang single database. Meski ada cemoohan betapa kaku user interface, betapa rigid dan ketat input methodnya, tapi nanti data-data yang sekarang sedang dikumpulkan oleh sistem ini dapat diolah menjadi banyak hal oleh Kemenkeu.
Di saat yang sama, 2015 ini, Indonesia menerapkan akuntansi berbasis akrual. Direktorat APK dibantu BPPK telah sigap mendidik tenaga-tenaga satuan kerja untuk dapat memahami akuntansi pemerintah berbasis akrual dibarengi dengan adanya aplikasi SAIBA (Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual). Sebenarnya, targetnya, 2015 aplikasi SAKTI yang menggabungkan semua aplikasi keuangan itu sudah bisa dipakai, tapi hal itu bukan pekerjaan mudah tentunya. Sehingga saat ini, untuk menjawab kebutuhan akrualnya, digunakanlah SAIBA itu tadi.
Isu lain yang dikemukakan dalam Treasury adalah cash management. Dulu, uang negara diletakkan begitu saja di Bank Indonesia, dan Bank Indonesia menikmati bunganya sebelum kemudian ada konsep-konsep seperti TNP (Treasury National Pooling) dan TSA (Treasury Single Account). Sekarang, uang negara berada di kas negara. Namun, ada uang-uang idle. Dengan perencanaan yang tepat, kita sebenarnya bisa tahu berapa uang keluar berapa uang masuk. Nah, cash management akan memanajer uang-uang yang idle tadi ke dalam investasi jangka pendek misalnya, sehingga negara dapat memperoleh penerimaan negara lagi. Uang tidak menganggur.
Belum lagi mengenai MPN (Modul Penerimaan Negara) G2, spending review, dll yang kesemuanya membutuhkan kapasitas SDM yang memadai. Sehingga pegawai Ditjen Perbendaharaan tidak hanya menjadi kasir, tapi dituntut untuk menguasai keuangan publik, makro ekonomi dan kemampuan analisis yang tajam untuk mengubah wajah negara ini menjadi lebih baik.
Saya tak tahu, apakah novel 4 Musim Cinta itu juga dapat mengubah seseorang menjadi lebih baik. Tentu novel bukanlah kitab moral. Novel hanyalah novel. Ia ditulis untuk membuat orang lebih memahami setiap konsekuensi dari pilihan yang mereka ambil.
Seperti kamu, iya kamu.
Oh iya, novel ini ada lomba resensinya lho ya. http://media.kompasiana.com/buku/2015/04/13/lomba-resensi-total-hadiah-3-juta-rupiah-737660.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H