Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Lapangan Tidak Pernah Bohong

26 Juli 2013   07:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:01 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski ada yang bilang bola itu bulat, segala sesuatu bisa terjadi, lapangan tetaplah datar. Bola akan menggelinding bersama tim yang bermain lebih baik.

Kekalahan 1-8 dari Chelsea semalam cukup menyesakkan dan menghilangkan respek saya terhadap RD. Saat melawan Arsenal, skor 0-7, Indonesia Dream Team pun menjadi Indonesia Nightmare Dream Team. Dan olokan itu berlanjut ketika melawan Chelsea. Indonesia All Star pun menjadi Indonesia Fall Star.

Kekecewaan terhadap RD adalah manakala melihat starting line up. Hadirnya nama Syamsir Alam dan Hamka Hamzah menjadi tanda tanya besar bagi saya. Kita tahu, Syamsir Alam sudah lama tidak bermain dalam sebuah pertandingan resmi. Dan lapangan tidak pernah bohong. Syamsir yang sudah lama tidak mengalami tensi pertandingan sesungguhnya itu seperti anak ayam tanpa induk. Pergerakan tanpa bolanya kacau. Kikuk. Padahal Ferdinand Sinaga sudah bermain penuh determinasi, tanpa takut. Tapi ia selalu kebingungan mencari rekan di lini depan. Paling hanya Greg yang mengerti Si Dragon, meski kemudian Greg terlalu banyak menggoreng bola. Dalam hal ini saya mempertanyakan kenapa RD tidak mempercayakan Titus Bonas menjadi starter. Toh Tibo dan Dragon pernah duet di timnas U-23, bersama Wanggai menjadi trisula maut saat itu.

Soal Hamka Hamzah, saya tak pernah suka pemain satu ini. Dia pernah jadi pemain hebat dalam skala nasional. Tapi permainannya justru tidak berkembang ketika sudah direkrut klub-klub besar. Salah satu penyakit Hamka adalah ketidakmampuannya menutup pergerakan tanpa bola pemain lawan. Dan standar pelanggaran Hamka adalah standar liga Indonesia. Itu tidak berlaku di laga internasional yang sering berujung pelanggaran tidak perlu dan kartu. Dan hal itu terjadi, benar-benar terjadi. Kesalahan Hamka yang berujung penalti merontokkan mental pemain Indonesia. Itu terlihat jelas di layar kaca.

Ditempatkannya Hamka sebagai bek tengah juga menggeser M Roby ke bek kanan. Ini keliru dalam benak saya. M Roby yang harusnya ditempatkan di bek tengah, Ia bermain lebih tenang di sana sebab M Roby adalah tipe bek zona marking yang disiplin menjaga daerahnya. Tapi bila ia menjadi bek sayap, konsentrasinya akan terpecah. Ia tidak memiliki passing yang bagus dan keberaniannya untuk maju tidak terlalu baik. Ia lebih baik menjaga daerahnya sambil membaca permainan lawan, lalu intercept.

Bagi pendapat saya pribadi, kekalahan ini adalah murni kesalahan strategi RD. Lapangan tidak pernah bohong. Jika saja ada Tibo yang eksplosif, ini akan menciptakan ruang bagi Andik di babak pertama yang seperti mati kutu karena tidak mendapatkan ruang dan bola baik dari post penyerang kanan, maupun sayap kanan.

Tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun