Mohon tunggu...
Princess Tatia
Princess Tatia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Princess of Happiness

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sisi Gelap Pondok Pesantren

4 Oktober 2012   08:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:16 2147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin tulisan ini subjektif, mungkin bisa dibilang sangat subjektif. Tapi saya ingin menulis tentang hal ini. Baca yang mau baca, tinggalkan jika tak mau.

Saya tidak bilang semua pondok pesantren mempunyai sisi gelap, saya juga tidak bilang semua anak di pondok  pesantren itu bejat. Siang ini saya ke salah satu pondok pesantren di jawa timur. Disini, santrinya bisa dengan leluasa pacaran, bahasa sini "gendaan". Membawa pacarnya untuk menginap di pesantren (tapi di kamar dengan jenis kelamin yang sama "dititipin ke kamar temen yang cewe")

Disini mandinyapun bareng-bareng, meski perempuan dengan perempuan dan lelaki dengan lelaki.. Tapi bukankah ada batasan aurat meskipun dengan sesama jenis? Saya kaget waktu mengambil wudhu dan melihat perempuan-perempuan itu dengan tenangnya bertelanjang dada satu antara lain dan mandi. Beberapa menurunkan celana dalamnya, dan itu dilihat juga oleh santriwati yang lain. Saya berpikir "bahkan ketika saya masih SMA, tidak ada teman saya yang mandi dengan saya dalam keadaan seperti itu, mandi bareng saya tidak pernah meski dalam keadaan ikut kegiatan ekstrakulikuler."

Hal yang menurut saya, aneh. Saya jadi ingat pantai di australia yang seluruh orang yang masuk harus melucuti tubuhnya. Atau tempat mandi di Jepang yang tidak memperbolehkan pengunjungnya memakai sehelai pakaianpun (bahkan celana dalam saya tidak diperbolehkan). Saya berpikir, apa bedanya dengan disini?

Pondok pesantren yang santriwatinya bisa kongkow-kongkow di warung kopi, "nongkrong". Bisa juga keluar dan "minum". Di tempat lain, tidak menyaksikan secara langsung, hanya mendengar, "ojok mondok ndek kono engkok meteng, wong wes onok santrine seng meteng". "Jangan mondok disana nanti hamil, orang sudah ada santrinya yang mengandung."

Tapi memang tidak semua pondok pesantren seperti itu, ada di  tempat lain yang bahkan heran dan bertanya "pernah pegangan tangan sama cowo? gimana rasanya?". Sangat polos.

Pondok pesantren, sama halnya dengan sekolah. Cari tau dulu dan observasi, bagaimana anak anda nanti sangat ditentukan lingkungannya. Hati-hati saja menitipkan anak. Ah, kelam semuanya.

written by PrincessTatia

www.princesstatia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun