"Jangan lupa makan ya." Sebuah pesan singkat masuk ke ponselku.
Aku tersenyum membacanya.
Ah, dia memang tak pernah lupa mengingatkanku.
Satpam baruku, demikian aku menjulukinya. Sebenarnya lebih tepat kalau dia menjadi pengasuhku, sebab bukankah itu tugas pengasuh untuk mengingatkan jam makan dan tidur? Hanya karena tampangnya yang sangar dengan rambut gimbal membuatku menjadi geli memikirkan dia menjadi pengasuh yang memakai seragam hitam dengan celemek putih dan hiasan putih di kepala. Hm... Lebih cocok dia kujuluki satpam baruku dengan kesangarannya.
Sebenarnya sampai detik ini pun aku tak pernah menyangka bahwa orang yang mendadak menjadi satpam baruku ternyata adalah ayah dari salah seorang muridku. Yah dia adalah ayah Syasya, muridku yang pindah ke Cina mengikuti ibunya kesana.
Lucu kalau mengingat awal bertemu, sudah merasakan tidak suka karena dia tidak mengindahkan permintaan maaf Depe salah seorang muridku waktu tidak sengaja menumpahkan minuman kaleng yang diminumnya di pantai. Berganti rasa terima kasih yang begitu besar saat dia berhasil menyelamatkan Depe yang hanyut dibawa ombak laut waktu itu. Hanya dalam hitungan menit rasa itu berganti.
***
"Bu guru putri, ada yang mencari di depan." Kata Depe.
"Hm, siapa yang mencari ibu, Depe?"
"Itu om yang kapan hari bu, yang menyelamatkan Depe di pantai." Jawab Depe dengan cepat.
Ah, buat apa dia kesini? Bukankah baru saja dia memberikan pesan singkat di ponselku?
Dengan penuh tanda tanya aku keluar menemuinya.
"Selamat siang bu guru putri." Sapa Roni.
"Siang Ron. Ada apa ya? Atau kesini untuk ngecek apa benar sudah makan siang ya? Ketat sekali satpamku ini?" Sambil bercanda aku membalas sapanya.
"Hahahaha.... Nggak kok Put. Aku kesini mau memberikan kabar buat kamu. Nggak enak kalau lewat sms rasanya." Sambil tersenyum malu Roni menjawab.
"Ada kabar apa? Semoga kabar baik ya."
"Itu Put, anakku Syasya akan datang liburan ini, tentu saja selain ingin bertemu dengan ayahnya, dia juga ingin bertemu dengan guru kesayangannya dulu, ya siapa lagi kalau bukan bu guru putri?" Jelas Roni.
"Wah bagus sekali kabar ini, kapan Ron? Aku juga ingin bertemu dengan Syasya." Tanyaku sambil pikiranku sedikit menerawang jauh membayangkan Syasya muridku dulu berceloteh dengan riangnya.
"Minggu depan dia datang. Baiklah aku pamit dulu ya Put, mau betulin rumah dan siapkan kamar buat Syasya. Ini buat kamu." Sambil menaruh lipatan burung kertas di tanganku, Roni bergegas pergi.
***
Kupandangi burung kertas ditanganku, warnanya kuning cerah, warna kesukaanku. Sekilas aku pikir ini hanya sebuah burung kertas biasa, tapi pandangan mataku tertuju pada setitik warna hitam, sepertinya itu adalah bagian dari sebuah tulisan.
Tak ingin menebak-nebak dengan lebih lama lagi, aku membuka lipatan burung kertas ini, dan sesuai dengan perkiraanku titik hitam itu adalah bagian dari sebuah tulisan.
Aku terpana melihat tulisan yang ada didalamnya, hanya sebuah kalimat sederhana sebenarnya, tapi seolah memiliki kekuatan magis, mampu membuatku terdiam sejenak.
Ah....
-bersambung-
♡ Postingan ini merupakan postingan balasan atas postingan "Bu Guru Juga Manusia" dari R-82 dan masuk ke dalam Edisi Cinta Rangkat III, semoga terhibur ya Rangkaterz, salam sayang buat semuanya..... ♡
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H