"Ma, kenapa Rein muntah terus? Setiap kali diberi susu selalu muntah." Tanyaku dengan cemas ke mama.
"Nggak apa-apa Ce, bayi biasa seperti itu, namanya gumoh. Coba disendawakan setelah selesai diberi susu." Jawab mama dengan tenang.
"Bukan ma, ini bukan gumoh. Susu keluar dari mulut, bahkan dari hidung keluar juga lendir. Ini nggak benar. Aku bawa ke dokter saja ma." Kataku dengan kalut.
"Ya sudah, nanti sore mama ikut antar Rein ke dokter." Jawab mama kepadaku.
Lalu lintas Surabaya di sore hari yang macet membuatku tambah gelisah. Sambil menggendong Rein didalam mobil aku berdoa, ya Tuhan semoga dokter bilang ini hanyalah masa penyesuaian saja dalam mencerna susu sehingga sering muntah.
Sesampainya di tempat praktek dokter, aku menunggu dengan gelisah, untunglah antrian tidak lama, kami bisa masuk segera bertemu dokter.
Sewaktu diperiksa dokter, Rein kembali muntah dan menangis. Dokter yang memeriksa langsung melihat record kelahiran dari rumah sakit, minta suster untuk menimbang Rein.
Perkataan dokter selanjutnya membuatku terkejut, ternyata dalam 3 hari Rein yang semula lahir dengan berat 3,2 kg turun 7 ons menjadi 2,5 kg. Dokter langsung memberikan surat pengantar, malam itu juga Rein harus masuk rumah sakit untuk diinfus.
Ya Tuhan, anak baru berumur 3 hari harus diinfus?! Perasaan kuatirku tambah menjadi-jadi saat dokter mengatakan menurut diagnosa dia, Rein mengalami kelainan bawaan lahir di ususnya. Supaya lebih jelas, dokter meminta dilakukan foto untuk melihat dalam tubuh Rein.
Sambil menggendong Rein kembali ke mobil, hatiku hancur rasanya membayangkan aku harus berpisah sementara dengannya. Karena kalau diruangan bayi tidak boleh dijaga orangtuanya.
Sesampainya di rumah sakit, Rein langsung diinfus, dan masih saja muntah. Melihatnya ditusuk jarum infus membuat hatiku terasa tertusuk, duh lebih baik aku yang merasakan sakit daripada anakku yang kesakitan.