Mohon tunggu...
MIRANDA NASUTION
MIRANDA NASUTION Mohon Tunggu... Konsultan - Saya perempuan yang hobi menari. Saya anak ragil dari pasangan Alm. Aswan Nst dan Almh Tati Said. Saya punya impian menjadi orang sukses. Motto hidup saya adalah hargai hidup agar hidup menghargai Anda.

Tamatan FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2007, pengalaman sebagai adm di collection suatu bank, dan agen asuransi PT. Asuransi Cigna, Tbk di Medan. Finalis Bintang TV 2011 oleh Youngth's management. Pimpinan Redaksi Cilik tahun 2002-2003 (Tabloid Laskar Smunsa Medan).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Puteri Permata Episode Negeri Ginseng

13 Juni 2024   11:12 Diperbarui: 13 Juni 2024   11:53 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                          PUTERI PERMATA EPISODE NEGERI GINSENG 

      "Anak itu ya, tidak tahu orang tuanya susah,"Lee Hong Ki ngedumel ingin menghilangkan kesusahan hati istrinya, karena ditinggal putranya. "Aku sudah mencari ke mana-mana tetapi tidak ada jejaknya. Aku berharap dia sudah berada di negeri yang tepat," sambil melirik istrinya yang sedang memasak.  "Putra kita pernah berkata dia bermimpi akan sebuah negeri yang penuh dengan sungai indah dan laut yang luas. Dia ingin ke sana,"  jelas ibu Lee A-Yeon. "Ada-ada saja lalu dia pergi tanpa pesan, "sambung suami tercinta. "Bagaimana kalau kita berharap dan berdoa akan keselamatan putra kita?" usul istri tercinta. "Kalau begitu aku senang sekali istriku, karena kau sudah berpikir jernih."

       "Abangku sayang sedang apa?" perempuan cantik dengan gaun tradisional berwarna kuning menyapa dengan lembut, baru datang dari luar. "Ada apa gerangan Lee Siong Li kau datang pagi hari seperti ini?" tanya abang yang sedang duduk di dapur menemani istrinya yang sedang memasak.  Ra Minda juga terkejut lihat iparnya pagi pagi sudah cantik. "Aku ada kabar tentang putra kesayanganmu," jawab Lee Siong Li. "Aah benar kah?" Asal jangan angin surga, sambung Minda tak percaya dengan apa yang di dengarnya. "Cobalah  kakak ipar mempercayaiku sekali saja," pinta Siong Li memelas. "Ini hal yang sangat penting. Ada yang melihat anakmu naik kapal besar. Lalu ada juga yang melihatnya di kapal yang sedang berlayar. Sekarang sudah di daratan," sambung Siong Li sambil tidak mau mengalihkan pandangannnya dari kedua saudaranya yang sedang resah. 

      "Astaga di mana?" tanya suami istri yang sudah setengah abad usianya serentak. "Nah itu dia, sumber informasi tidak mau memberitahukan, karena dia sudah berjanji kepada putra kalian untuk tidak memberitahu. "Dasar mentang-mentang sudah dua puluh tahun, sudah bisa merahasiakan sesuatu," lanjut Minda yang sedang menahan air mata. "Apalagi sudah berilmu tinggi, mungkin saja mau memberi kejutan," balas ipar cantik. "Sudah-sudah kita selesaikan saja pekerjaan kita," sambung sang bapak yang tidak mau pusing dengan ulah sang adik. "Kalau begitu kakak aku pulang," sambung Siong Li pula sedikit kecewa. Rumah abang beradik ini tidaklah jauh. Rumah mereka sederhana dan tetap nyaman ditinggalin. Belum sampai di teras rumahnya Siong Li didatangi oleh putranya. 

       "Ibu bagaimana dengan permintaan ku kemarin?" tanya sang anak memelas. "Ibu lupa, ibu pikir kamu cuma bercanda. Apa kamu sudah siap meninggalkan ibu dan menjadi lelaki dewasa?" balas ibu cepat. "Ibu aku takut kehilangan dia, dia sungguh menawan dan cantik." Lee Siong li membelalakkan matanya, "Biarkan kita masuk rumah dan kita lanjutkan pembicaraan kita," Chou Minda pun tersenyum dan bertanya lagi, "Apa yang ibu lakukan ke rumah paman  tanya sepupu Lee A yeon ini polos dan  tak tahu dengan yang terjadi dengan diri sepupunya. Astaga hampir saja ibu muda yang tergolong awet ini memberitahukan hal mengenai Lee A yeon dan kejutannya. Kalau anaknya tahu bisa-bisa dia marah karena ini berhubungan dengan istri masa depan. 

        "Anakku menikahlah dengan perempuan baik-baik, bukan hanya karena kecantikkannya," Ibu melihat putranya yang mirip dengannya dan jangkung, tetapi sifatnya kalem. "Ibu sudah tentu Park Yoo-Na wanita baik-baik, karena sudah tahu asal usulnya." Siong Li memandangi terus anaknya. Ibu ini sebenarnya sudah tahu mengenai kekasih hati anaknya, memang benar calon menantu berasal dari orang baik-baik. "Baiklah anakku sekarang aku sudah yakin kamu sudah dewsa. Namun, ada satu syarat yaitu kamu harus membantu pamanmu untuk menemukan putranya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun