Mohon tunggu...
prince stewartGDC
prince stewartGDC Mohon Tunggu... -

hobi menulis & belajar

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menelusuri Wajar atau Tidaknya BBM Dinaikkan Saat Ini

25 November 2014   21:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:52 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14168998911222505093

MENELUSURI WAJAR ATAU TIDAKNYA BBM DINAIKKAN SAAT INI...
Hingga saat ini pemerintah tidak pernah transparan mengenai biaya produksi bahan bakar minyak terutama pada proses refining-nya. sehingga kita tidak tahu seberapa besar angka yang tepat jika memang benar rakyat di subsidi atau malah sebaliknya tidak ada subsidi sama sekali.
hari selasa tanggal 18 november 2014, pemerintah mengumumkan nominal kenaikan harga BBM untuk Premium dan Solar yang masing-masing ditetapkan sebera Rp 2000 sehingga harga premium menjadi Rp 8500 dan Solar menjadi Rp 7500 per liternya.
Tanpa butuh waktu yang lama imbas dari kenaikkan BBM ini langsung mempengaruhi kegiatan ekonomi di Indonesia. Karena kurangnya persiapan dalam mengantisipasi imbas dari kenaikan BBM ini, harga-harga dan tarif menjadi tidak masuk akal kenaikkannya, mulai dari 30% bahkan ada yang sampai 100%. Mungkin karena para pelaku bisnis khawatir dalam menghadapi situasi ketidak stabilan akibat dari kenaikan BBM ini, sehingga wajar saja jika mereka untuk mengantisipasi resiko ketidak stabilan ini memiliki hitung-hitungan sendiri-sendiri yang akibatnya kenaikan harga dan tarif menjadi beragam.
Dikatakan bahwa harga BBM di Indonesia adalah yang paling murah dibanding negara-negara tetangga seperti Singapore, Malaysia, Vietnam, Filipina dan Thailand. Dan ketika dinaikkan harganya, hal ini menuai banyak protes dari sebagian rakyat Indonesia karena buat mereka harga tersebut termasuk mahal.
Namun apakah benar harga BBM di Indonesia termasuk mahal ?
Jawabannya adalah tidak, bahkan Indonesia dan malaysia adalah negara yang menetapkan harga BBM-nya lebih rendah dibandingkan dengan Singapore, Vitenam, Filipina dan Thailand.
Berikut perbandingan harga BBM-nya (sumber http://regional.kompasiana.com/2014/11/19/perbandingan-harga-bbm-indonesia-dan-negara-asean-687323.html ), ada koreksi untuk harga RON 95 di Thailand, yaitu sekitar Rp 12,800 dan RON 91 sekitar Rp 12,100 (sumber: http://finance.detik.com/read/2014/11/24/080101/2756800/1034/thailand-sudah-tidak-jual-bbm-subsidi ):
Indonesia
Pertamax Plus (RON 95) = 11,600
Pertamax (RON 92) = 10,200
Premium (RON 88) = 8,500
Solar (Diesel) = 7,500

Malaysia
Pertamax Plus (RON 95) = 8,360.50
RON 97 = 9,269.25
Solar (Diesel) = 7,997

Singapore
Pertamax Plus (RON 95) = 19,282.30
Pertamax (RON 92) = 18,906.06
RON 98 = 20,411.02
Solar (Diesel) = 14,109

Thailand
Pertamax Plus (RON 95) = 12,800
RON 91 = Rp 12,100
Solar (Diesel) = 10,933.08

Filipina
Pertamax Plus (RON 95) = 12,136.95
RON 91 = 11,964.65
Solar (Diesel) = 9,704.51

Vietnam
Pertamax Plus (RON 95) = 12,554.09
Pertamax (RON 92) = 12,211.55
Solar (Diesel) = 10,984.12
Jika melihat dari perbandingan harga BBM-nya saja disetiap negara tersebut mungkin terlihat wajar jika BBm di Indonesia dinaikkan, namun jika melihat dari purchase power penduduknya hal ini belum tentu wajar.
kita harus melakukan perbandingan Income Per Kapita. Lalu, Apakah Income Per Kapita itu ?
Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolok ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara, semakin besar pendapatan per kapitanya, semakin makmur negara tersebut.
Rumusnya adalah : PDB (GDP) / jumlah penduduk (Population)

Berikut Perbandingan Income Per Kapita-nya (sumber wikipedia):
Indonesia
GDP = USD 856,000,000,000
Populasi = 252,164,800
Income Per Kapita (anually) = USD 3,395
Income Per Kapita (monthly) = USD 282.88

Malaysia
GDP = USD 336,913,000,000
Populasi = 30,358,000
Income Per Kapita (anually) = USD 11,098
Income Per Kapita (monthly) = USD 924.83

Singapore
GDP = USD 297,941,000,000
Populasi = 5,469,700
Income Per Kapita (anually) = USD 54,471
Income Per Kapita (monthly) = USD 4,539.26

Thailand
GDP = USD 387,253,000,000
Populasi = 66,720,153
Income Per Kapita (anually) = USD 5,804
Income Per Kapita (monthly) = USD 483.68

Filipina
GDP = USD 272,207,000,000
Populasi = 98,900,000
Income Per Kapita (anually) = USD 2,752
Income Per Kapita (monthly) = USD 229.36

Vietnam
GDP = USD 170,020,000,000
Populasi = 92,477,857
Income Per Kapita (anually) = USD 1,838
Income Per Kapita (monthly) = USD 153.21

Bandingkan pendapatan rata-rata penduduk Indonesia dengan Malaysia yang harga BBM-nya hampir sama, wajar atau tidak ?
Di Indonesia premium harganya Rp 8500, di Malaysia Rp 8360.50 sementara pendapatan penduduk Indonesia rata-rata sekitar USD 283 atau setara dengan Rp 3,400,000 (sedikit diatas rata-rata UMR), sementara di Malaysia pendapatan penduduknya sekitar USD 925 atau setara dengan Rp  11,100,000..... wajarkah pemerintah menaikkan harga BBM jika Pendapatan penduduknya seperti itu ?
Di Malaysia tentu saja tidak ada Demo karena pendapatan penduduknya per bulan rata-rata sekitar Rp 11,100,000
Di Singapore harga BBM-nya yang dekat dengan Premium sekitar Rp 18,906.06, tapi lihat pendapatan rata-rata penduduk nya per bulan, yaitu sekitar USD 4,540 atau setara dengan Rp 54,500,000...., purchase powernya jauh diatas penduduk di Indonesia.
Di Thailand tidak ada Premium, yang ada setara Pertamax Plus (RON 95) dimana harganya sekitar Rp 12,800 dan RON 91 harganya sekitar Rp 12,100, tapi lihat pendapatan rata-rata penduduk nya per bulan, yaitu sekitar USD 484 atau setara dengan Rp 5,800,000...., purchase powernya masih diatas penduduk di Indonesia.
ditambah lagi harga kebutuhan pokok seperti beras dengan kualitas kelas premium di Thailand harganya Rp 5,000/kg, sementara di Indonesia harganya Rp 10,000 - 11,000/kg, jauh sekali bukan ?
Perekonomian Thailand bergantung pada ekspor dengan nilai 60% dari PDB-nya, dimana sebagian besar yang di ekspor adalah produk pertanian. Thailand unggul sebagai produsen terbesar di dunia untuk Beras, Gula, Karet, Bunga Potong, Benih Tanaman, Tapioka, Daging Unggas, Buah-buahan, makanan kaleng seperti Tuna, Udang, Nenas yang dibekukan.
Pemerintah Thailand sendiri menempatkan pertanian rakyat sebagai inti dari pembangunan pertaniannya dan pemerintah Thailand sangat serius dalam menangani masalah-masalah pertanian di negaranya. Hasilnya berbagai kebutuhan pokok dihasilkan sendiri dari pertaniannya dan di konsumsi sendiri karena harganya murah dibandingkan impor, bahkan hasil pertaniannya bisa dan banyak di ekspor. kelebihan rakyat Thailand adalah rasa nasionalis mereka tinggi, sehingga mereka lebih suka membeli atau mengkonsumsi produk-produk dalam negerinya sendiri.
jadi BBM mahal tidak menjadi issue yang kuat di Thailand karena kebutuhan poko sudah terpenuhi dari produksi dalam negerinya sendiri dengan harga yang terjangkau.
Di Filipina harga pertamax Plus (RON 95) dijual seharga sekitar Rp 12,137 dan RON 91 dijual sekitar Rp 11,965 dan Solar dijual sekitar Rp 9,705. Sementara pendapatan rata-rata penduduknya per bulan adalah sekitar Rp 2,753,000, dan ini masih dibawah rata-rata pendapatan penduduk di Indonesia.
Filipina memang tidak lebih baik dari Indonesia dilihat dari sisi ekonomi, harga beras domestik mereka bahkan tinggi sehingga pemerintahnya mempertimbangkan untuk impor beras agar harga beras bisa turun kembali.
walau pertumbuhan ekonominya naik namun angka kemiskinannya justru bertambah sekarang sekitar 27.9% dari total populasinya atau sekitar 27.6 juta jiwa. Sementara angka kemiskinan di Indonesia dimasa akhir jabatan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berhasil ditekan dari diatas 35 juta jiwa menjadi 28.5 juta jiwa atau sekitar 11% dari total populasinya.
tingkat pengangguran di Filipina sekitar 6.7% sekarang, sementara di Indonesia sekitar 5.9%. Bayangkan dengan harga BBM seperti itu di Filipina yang notabene pendapatan rata-rata penduduknya masih dibawah Indonesia, terbukti angka kemiskinannya pun tidak bisa dikurangi bahkan cenderung meningkat apalagi ditambah harga BBM yang mahal.
pertanyaannya, apakah kita mau rakyat Indonesia seperti rakyat di Filipina ?
Di Vietnam harga Pertamax Plus (RON 95) sekitar Rp 12,554 dan harga Pertamax (RON 92) sektar Rp 12,211. Dan harga Solar sekitar Rp 10,984. memang masih lebih mahal dibandingkan dengan di Indonesia.
Pendapatan per kapita di Vietnam pun hanya sekitar 1,838,000 dan masih dibawah UMR di Indonesia.
Tetapi, Vietnam ini mirip dengan Thailand. Harga Beras premium disana sekitar Rp 8,700/kg masih lebih murah dari Indonesia yang harganya sekitar Rp 10,000-11,000/kg.Vietnam juga negara agraris, sekitar 60% tenaga kerjanya bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Selama ini Vietnam menjadi eksporter utama sejumlah komoditas. Misalnya, beras, kopi, lada, jambu mete, dan jeruk. Hampir setiap tahun Indonesia mengimpor beras dari negara itu. ’Produksi pertanian di Vietnam hampir sebanding dengan Thailand dan bahkan terus meningkat. (sumber: http://www.jpnn.com/read/2014/11/21/271190/Hasil-Pertanian-Vietnam-Siap-Serbu-Pasar-Indonesia-)
Mirip dengan Thailand, karena barang-barang kebutuhan pokok bisa dihasilkan sendiri sehingga harga-harganya terjangkau oleh rakyatanya. bahkan harga sepatu saja untuk jenis dan merk yang sama di Vietnam hanya sekitar Rp 250,000 sementara di Indonesia harganya mencapai Rp 600,000.
jadi wajar saja ketika harga BBM mahal di vietnam tidak menjadi issue besar bagi rakyatnya, karena kebutuhan pokok di vietnam relatif murah dibanding di Indonesia.
sekarang setelah melihat informasi diatas, apakah wajar harga BBM dinaikkan di Indonesia ?
Jelas tidak wajar, karena di negara-negara tersebut rakyatnya memiliki daya beli yang baik. Walau di beberapa negara pendapatan rata-nya masih ada yang dibawah Indonesia, namun harga-harga kebutuhan pokok disana terjangkau karena selain mereka bisa produksi sendiri, pemerintahnya juga mendorong nasionalisme rakyatnya dengan meningkatkan domestic consumption.
Kalau pun memang harus naik, seharusnya pemerinta menjalankan langkah antisipasinya dulu agar dampak dari kenaikan BBM terhadap inflasi bisa di kontrol. Misal, disiapkan dulu regulasi batas kenaikan harga barang-barang, jika ada yang melebihi dikenakan sanksi atau hukuman. Pastikan regulasi itu berjalan "smooth" dulu, lalu baru menaikkan harga BBM.
Yang sekarang terjadi BBM dinaikkan dulu, antisipasinya malah mengikuti setelahnya dengan bagi-bagi kartu. Kemarin tanggal 24 November 2014 Kementrian Perhubungan baru mengeluarkan peraturan mengenai batas kenaikan harga sebesar 10% dan tidak boleh lebih. Ini terlambat, karena pasar sudah lebih dulu bereaksi dengan semau-maunya menetapkan kenaikkan berdasarkan hitungan sendiri-sendiri, ujungnya harga-harga menjadi kacau dan rakyat menjadi susah.
Ini seperti rakyat dibuat susah dulu, baru setelah itu di obati....
sama seperti orang dibiarkan celaka dulu, baru setelah itu dilengkapi peralatan keselamatan kerja.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun