Mohon tunggu...
Muslimin Beta
Muslimin Beta Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang pemulung ilmu yang tinggal di SWIS (Sekitar Wilayah Sudiang),Makassar. Penggemar Sepakbola, blogger, peneliti, aktivis NGO, punya bisnis jaringan dan seorang citizen reporter yang berafiliasi pada organisasi Aliansi Penulis-Pewarta Warga Indonesia (APPWI), www.appwi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Harapan pada Sineas Riri Riza

21 Februari 2011   10:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:24 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya tidak banyak mengenal sepak terjang Riri Riza sebagai seorang sineas yang ternyata memiliki idealisme. Nanti setelah acara diskusi di Studio Fajar TV, Sabtu (19/02/11) lalu baru saya mengenal karya-karya sineas kelahiran Makassar, 2 Oktober 1970 itu.

Idealismenya terlihat dari kemauan dan kemampuan membuat film documenter Sutan Takdir Alisyahbana dan penyair Agam Wispi. Film documenter lainnya yang dibuat pada tahun 1999 tentang Indonesia dalam Perubahan diputar di jaringan televisi di Hongkong, Vietnam, Inggeris dan Australia. Riri juga membuat film televisi dan musik video sebelum membuat film cerita secara gerilya berjudul “Kuldesak” yang diputar di bioskop di Indonesia pada tahun 1998.

Bersama dengan produser Mira Lesmana di Miles Film, Riri berfokus pada produksi film cerita dengan menyutradarai film “Petualangan Sherina” tahun 2000, “Eliana, Eliana” tahun 2002, “Gie” dan “Untuk Rena” tahun 2005. Kiprahnya itu membuat Riri RIza diganjar banyak penghargaan sebagai sutradara muda terbaik, film Asia terbaik Netpac, dan film pilihan kritikus International Fiprescy tahun 2002 untuk karyanya “Eliana, Eliana”.

Dengan segudang pengalaman itu, saya berharap Riri Riza mau menggarap potensi budaya Makassar untuk diangkat ke dalam layar lebar. Sebagai putra Makassar, ayah kelahiran Enrekang dan ibunya kelahiran Gowa, semoga Riri Riza terketuk membuat film-film kolosal atau film documenter dari sejarah Makassar, seperti perjalanan spiritual Syeh Yusuf, atau cerita kepahlawanan Sultan Hasanaddin, atau cerita tentang tiga serangkai penyebar agama Islam di tanah Sulawesi yakni Dato Ri Bandang, Dato Patimang dan Dato Di Tiro seperti halnya sejarah Wali Songo di Jawa yang sudah diangkat ke layar lebar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun