Mohon tunggu...
Muslimin Beta
Muslimin Beta Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang pemulung ilmu yang tinggal di SWIS (Sekitar Wilayah Sudiang),Makassar. Penggemar Sepakbola, blogger, peneliti, aktivis NGO, punya bisnis jaringan dan seorang citizen reporter yang berafiliasi pada organisasi Aliansi Penulis-Pewarta Warga Indonesia (APPWI), www.appwi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Vuvuzela

18 Juni 2010   04:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:28 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_170473" align="alignright" width="300" caption="Vuvuzela"][/caption]

Apa topik yang banyak dibicarakan orang di Afrika Selatan selain sepakbola? Mungkin jawabannya adalah vuvuzela. Apa itu vuvuzela? Bila Anda pernah menonton siaran pertandingan sepakbola Piala Dunia di Afrika Selatan, walaupun hanya sekali, pasti langsung mendengar suara bising mirip suara lebah yang mengililingi sarangnya. Itulah suara yang keluar dari vuvuzela.

Pencipta vuvuzela berbasis mesin adalah Neil van Schalkwyk. Neil van Schalkwyk, co-pemilik Masincedane Olahraga, memenangkan SAB Kickstart Award pada tahun 2001.Sedang Brandon Bernado pemilik pabrik dengna alamat vuvuzela.co.za bisa memproduksi 10.000 vuvuzela sehari selama Piala Dunia 2010. Saat ini industri vuvuzela bernilai sekitar 50 juta Rand atau sekitar 6,45 juta dolar AS untuk wilayah Afrika Selatan dan Eropa.

Seorang pakar musik dari Spanyol bernama Pedro Espi-Sanchis, mengatakan vuvuzela adalah alat musik khas Afrika yang awalnya dibuat dari tanduk Antelop atau Kudu. Alat musik itu sering digunakan sebagai alat untuk mengumumkan upacara adat atau acara-acara meriah di Afrika Selatan.

Awalnya vuvuzelaterbuat dari timah dan menjadi populer di Afrika Selatan pada 1990-an. Freddie "Saddam" Maake mengklaim telah menemukan vuvuzela dengan mengadaptasi versi aluminium sejak 1965 dari tanduk sepeda setelah mengeluarkan karet hitam untuk meniup dengan mulut. Dia kemudian menggabungkan dengan pipa untuk membuatnya. Maake memiliki foto dirinya di tahun 1970-an dan 1980-an di Afrika Selatan permainan game lokal dan internasional pada tahun 1992 dan 1996 dan pada Piala Dunia 1998 di Perancis, memegang vuvuzela aluminium. Dia mengatakan alat itu dilarang oleh memerintah karena dianggap berbahaya, yang mendorongnya untuk menemukan bahan plastik yang bisa memproduksi vuvuzela.

Meski vuvuzela banyak dikeluhkan pemain dan official pertandingan pada Piala Dunia 2010, namun sepertinya FIFA tidak akan melarangnya. Presiden FIFA Sepp Blatter menolak permintaan melarang vuvuzela ada di stadion dengan alasan terompet itu adalah ikon sepak bola Afrika Selatan.

Bagi pemain dan official yang terganggun oleh vuvuzela, mungkin bisa memesan penangkal suara bising vuvuzela. Sebuah situs bernama Antivuvuzelafilter.com mengembangkan sebuah teknologi yang dapat meminimalisir bahkan menghilangkan suara terompet tersebut untuk para penonton yang menyaksikan siaran pertandingan melalui komputer, atau Televisi. Teknologi tersebut juga dapat menghilangkan suara vuvuzela bagi para pemilik iPhone dan iPod yang menonton video streaming. Software anti vuvuzela tersebut dibanderol sekira 2,95 euro atau sekira Rp33 ribu.

Sedang bagi anda yang berada di Indonesia dan ingin mencoba menggunakan vuvuzela bisa memesank melalui situs www.buy-vuvuzela.com milik Oron Barber. Pengusaha internet ini sudah mempersiapkan penjualan vuvuzela ke seluruh dunia sejak Juni 2009. Situs tersebut telah menjual sekitar 20.000 sampai 30.000 vuvuzela ke seluruh dunia. Namun Anda harus tahu, bahwa Oron Barber orang Yahudi, yang mungkin berafiliasi dan mendukung Israel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun