Mohon tunggu...
PriMora Harahap
PriMora Harahap Mohon Tunggu... karyawati -

Female. Just an ordinary people and resident of Jakarta who loves and interested in writing, singing, dancing, reading, playing piano, listening to the music (especially classic & jazz), art & culture, social, economic, politic, finance and learning new things more interesting.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pintar, Keren, Tampan, Populer, Kaya?? – Belum Cukup!!

9 Juli 2014   10:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:54 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa dipagari oleh etika, maka kesantunan hanya akan menjadi selubung pemanis, kemasan indah yang terkadang mampu membungkus segala bentuk penghalalan cara untuk memenuhi ambisi tak berbatas. Etika sejatinya akan menjadi pagar yang membatasi setiap langkah yang dijejakkan. Sebatas santun tanpa dilengkapi dengan kebesaran jiwa hanya akan menghasilkan sosok yang sulit berintrospeksi dan berproses pada perbaikan diri. Sedangkan sudah menjadi sifat dasar manusia, tidak pernah luput dari kelemahan dan kealpaan. Ketegasan sikap juga diperlukan oleh seorang Pemimpin, karena sejatinya Pemimpin adalah garda terdepan yang akan mengarahkan seluruh barisan penyelenggaran negara dalam sebuah kolaborasi yang solid untuk mengolah segala sumber daya yang dimiliki negeri ini bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sikap tegas tidak berarti tanpa kesantunan. Demikian pula sebaliknya. Sebuah ketegasan sikap haruslah disertai dengan jiwa humanisme yang terpancar dalam setiap laku, langkah, tindak dan ucapannya. Sehingga etika, ketegasan dan kebesaran jiwa sejatinya harus menjadi elemen yang membingkai sebuah kesantunan.

Namun, pada akhirnya semua kriteria itu tidak akan memberi arti bagi perjalanan sebuah bangsa bila sang Kandidat Pemimpin tidak memiliki kepekaan dan keberpihakan terhadap nasib dan masa depan bangsanya.

Dapatkah terbayangkan bila hanya sekedar mengandalkan pengetahuan yang dipelajari sepanjang jenjang gelar demi gelar akademisnya, sang Pemimpin Bangsa menerapkan teori, mazhab ataupun fatsun yang tidak sesuai dengan kondisi maupun kebutuhan bangsa dan negaranya? Terpikirkah oleh kita bila sangat mengutamakan penampilan dan mengejar popularitas lalu sang Pemimpin Bangsa lebih banyak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk pelbagai kegiatan memoles citra dibandingkan memikirkan bagaimana caranya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat? Terlintaskah di benak kita betapa seseorang yang selalu menjaga sikap santun dalam setiap penampilannya di muka umum ternyata tidak mampu bereaksi saat lingkungan terdekatnya melakukan pelbagai tindakan dan melontarkan beragam pernyataan yang tidak patut, diluar batas-batas etika, yang bahkan melanggar norma-norma kehidupan bermasyarakat ? Atau terbayangkah bila seorang pimpinan hanya mengandalkan ketegasan dalam berucap dan bertindak, tanpa dipagari oleh etika berperilaku yang beradab ?

Kesantunan memang diperlukan oleh seseorang untuk dapat diterima oleh lingkungannya. Sebagai seorang pemimpin tentu kesantunan akan mempermudah dirinya diterima di lingkup internasional. Namun, kesantunan hanyalah kemasan. Ketegasan juga dibutuhkan oleh seorang pemimpin agar dapat mengambil sikap dan arah yang jelas dalam setiap keputusan. Tetapi, ketegasan tanpa etika dan empati hanya akan melahirkan sikap otoriterisme.

Maka sesungguhnya kualitas diri, karakter, kematangan jiwa dan komitmen atas keberpihakannya pada kepentingan rakyat, akan lebih menentukan sikap dan arah yang diambil oleh seorang Pemimpin Bangsa.

Segala sesuatu ditentukan dan berawal dari Niat. Kata-kata bijak itu sangat tepat menggambarkan betapa pentingnya kriteria kepekaan dan keberpihakan kepada rakyat bagi seorang Pemimpin Bangsa. Karena niat seseorang akan sangat menentukan motivasinya dalam bertindak dan mengambil keputusan.

Maka kepekaan dan keberpihakan haruslah menjadi landasan niat saat seseorang memutuskan untuk mengajukan diri sebagai kandidat Pemimpin Bangsa. Niat untuk selalu peka dan berpihak pada kepentingan rakyatnya. Hendak dibawa kemanakah bangsa dan rakyat ini bila terpilih sebagai Pemimpin? Dasar apakah yang akan dipakainya dalam setiap pengambilan keputusan saat memimpin nanti? Untuk kepentingan siapakah kebijakan yang diambil akan ditujukan? Semua diawali dengan niat sang Pemimpin Bangsa.

Kepekaan dan keberpihakan kepada rakyat sejatinya merupakan serangkai kriteria yang tidak boleh dipisahkan. Kepekaan tanpa disertai keberpihakan juga hanya akan menjadi percuma. Kepekaan hanyalah sebuah kesadaran. Sedangkan keberpihakan adalah wujud nyata dari tindakan. Keberpihakan menunjukkan kesediaan seorang Pemimpin Negara untuk mengabdi dan berbakti hanya untuk kemajuan bangsa dan kemakmuran rakyatnya semata.

Seorang Pemimpin mungkin peka bahwa negara yang dipimpinnya ini memiliki kekayaan alam yang demikian berlimpah ruah. Namun tanpa keinginan untuk berpihak kepada kepentingan rakyat, maka bisa saja sang Pemimpin mengambil kebijakan yang tidak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Sehingga hanya menjadikan setiap asset negara layaknya sebuah komoditas dan bisnis semata, tanpa memikirkan bagaimana hasil dari pengelolaan asset negara tersebut dapat berpulang dalam bentuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Seorang Pemimpin dapat saja menyadari sumber daya manusia yang begitu banyak di negerinya. Namun tanpa keberpihakan untuk memajukan kualitas diri rakyatnya maka sang Pemimpin tidak terpikirkan dan tidak menempuh upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsanya.

Jelaslah sudah bahwa kepekaan dan keberpihakan kepada rakyat menjadi kunci kriteria utama yang wajib dimiliki oleh seorang Pemimpin Bangsa. Didasari oleh kepekaan dan keberpihakan maka setiap langkah yang ditempuh dan program yang dicanangkan akan berujung pada pemenuhan kebutuhan rakyat. Dengan kepekaan dan keberpihakan kepada nasib dan masa depan bangsa dan rakyatnya maka setiap keputusan dan kebijakan yang diambil semata-mata hanya demi peningkatan sebesar-besar kemakmuran rakyatnya.

Berpegang pada kepekaan dan keberpihakan pada rakyat, seorang pemimpin akan memilki jiwa ksatria. Dengan selalu berlandaskan pada kepekaan dan keberpihakan maka seorang Pemimpin pada akhirnya akan mampu tampil menjadi seorang Ksatria Sejati yang selalu membela kepentingan bangsa dan negaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun