Mohon tunggu...
Primma Russanti
Primma Russanti Mohon Tunggu... profesional -

I am an elementary teacher . Visit my blog:http://primmarussanti.weebly.com/primma-russantis-professional-development.html

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bertanya, Kunci Berpikir Kreatif

14 Maret 2013   05:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:48 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita sebagai guru sekolah dasar menghadiri sebuah workshop atau seminar, kita selalu diberi kesempatan oleh presenter atau moderator untuk bertanya. Coba kita lihat, dari seluruh peserta, berapa orang yang mau bertanya. Dipastikan peserta yang mau bertanya dapat dihitung dengan jari. Secara umum  alasan mengapa peserta jarang sekali yang mau bertanya karena mereka  tidak tahu harus bertanya apa. Di sini rupanya letak permasalahannya. Kalau guru saja tidak tahu harus bertanya apa atau tidak terbiasa mengkritisi suatu permasalahan, bagaimana dengan murid-muridnya? Ternyata bertanya itu tidak mudah, bukan?  Banyak faktor mengapa siswa (utamanya di sekolah dasar) jarang bertanya, antara lain:

1.   Tidak tahu harus bertanya apa

2.   Tidak dapat mengorganisasikan pikiran menjadi pertanyaan

3.   Tidak percaya diri dan takut ditertawakan karena dianggap bertanya itu ibarat bodoh

 

Selagi awal tahun ajaran baru, ini adalah saat yang paling tepat untuk mengajarkan sejak awal ketrampilan bertanya dan mengasah cara perpikir kritis. Di bawah ini ada cara sederhana yang dapat diterapkan di dalam kelas untuk membantu siswa dalam belajar bertanya :

1.   Menebak benda dalam karung atau kardus

Taruhlah sebuah benda dalam tas atau kardus. Benda tersebut dapat berupa jam, pensil, CD, mouse, atau kunci. Berikanlah satu kalimat petunjuk (clue), misalnya “Benda ini terdapat di semua ruang kecuali kamar mandi”. Dari petunjuk itu, siswa dapat mengembangkan menjadi kalimat tanya dengan diawali kata”apa”. Misalnya, “Apakah benda tersebut hanya bisa dipakai oleh pria?”, maka guru hanya boleh menjawab ya atau tidak. Meskipun pertanyaan yang disusun oleh siswa hanyalah pertanyaan sederhana, yaitu diawali dengan kata apakah, tetapi siswa sebenarnya belajar menghubungkan fakta-fakta dari pertanyaan orang lain. Fakta-fakta itu  kemudian digunakan untuk menyusun pertanyaan lain yang isinya berbeda. Jadi mereka tidak boleh mengulang pertanyaan temannya.  Dalam hal ini, siswa juga menerapkan keterampilan mendengarkan yang produktif. Bila isi dalam kardus tersebut sudah tertebak, maka orang yang menebak itu akan memimpin aktivitas ini yang tugasnya menjawab ya atau tidak.

 

2.   Ada apa di belakangku?

Kegiatan ini seperti permainan tebak-tebakan, mirip dengan cara di atas, yaitu menjawab ya atau tidak. Caranya adalah seorang siswa maju ke depan, berdiri membelakangi papan tulis. Guru menuliskan kata di papan tulis tepat dibelakang (agak atas) siswa yang berdiri. Siswa yang berdiri dapat bertanya yang diawali dengan kata “apakah”, sementara siswa lain hanya boleh menjawab ya atau tidak.

 

3.   Tahukah kamu?

Siapkan sebuah benda yang menarik perhatian dan jarang dilihat oleh siswa. Letakkan benda tersebut di atas meja. Langkah berikutnya mintalah siswa untuk berpikir lebih dulu, kira-kira hal apa yang mereka ingin ketahui tentang benda tersebut. Di papan tulis, guru dapat mendaftar hal-hal yang ingin mereka tanyakan. Di sini guru hanya menulis kata kuncinya (topik) saja, bukan pertanyaan. Kemudian berdasarkan daftar kata kunci atau topik tersebut, guru meminta siswa untuk menyusun pertanyaan. Bila tiba-tiba tidak ada siswa yang merespon, guru bisa memberi contoh terlebih dahulu dengan mengambil satu kata kunci dari daftar di papan, misalnya kata kunci penemu, maka menjadi ,”Siapakah yang menemukan benda ini?” atau kata kunci alasan berbunyi “Mengapa benda ini berbunyi?”. Lalu bimbinglah siswa untuk lebih mengembangkan lagi dengan beberapa bantuan penggalan kalimat tanya, seperti,”Seandainya………, apa yang akan terjadi? atau “ Apa hubungan antara……dengan……….?” Sekali lagi, guru dapat menegaskan bahwa siswa dapat bertanya seluas mungkin tanpa harus takut mencari jawabannya karena tujuannya adalah belajar bertanya. Setiap kali siswa dapat membuat pertanyaan, guru harus menuliskan di papan supaya siswa lain dapat belajar dari temannya. Setelah selesai, guru dapat mendiskusikan dengan murid dengan cara menggarisbawahi kata-kata kunci baru yang diperoleh dari daftar pertanyaan, misalnya penemu, alasan, dampak, keuntungan, kerugian, manfaat, masa depan, kualitas, kendala, masalah, solusi, cara kerja, sebab akibat, dan sebagainya.  Hal ini penting supaya siswa memahami ciri-ciri membuat pertanyaan yang bermutu. Selain itu kata-kata kunci ini sebenarnya dapat membantu siswa menyusun kalimat tanya yang baik dan benar sehingga mudah dipahami oleh orang lain. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam berkelompok, yaitu satu kelompok yang terdiri dari  3 atau 4 orang menyusun pertanyaan sebanyak – banyaknya  berdasarkan  sebuah benda yang berbeda dari kelompok lain. Kemudian hasilnya dapat dibacakan di depan kelas dengan harapan bahwa setiap siswa dapat belajar dari temannya. Karena dengan mendengarkan, siswa akan mendapatkan ide-ide baru yang nantinya membantu mereka dalam berpikir kritis.

 

Manfaat ketiga  aktivitas  di atas adalah membantu siswa meningkatkan rasa ingin tahu, tidak hanya sekedar fakta atau bentuk fisik dari benda yang dapat dilihat, tetapi mengajari siswa bagaimana melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dan dari berbagai sisi. Bila hal ini dilakukan beberapa kali, maka siswa akan menjadi terbiasa bertanya dengan mudah dan kualitas pertanyaannya juga akan mencerminkan kedalaman berpikir.

Bila siswa sudah paham cara bertanya, maka guru dapat melibatkan siswa di dalam proses belajar mengajar. Ketika guru akan memulai pelajaran, guru dapat memberitahu topik yang akan dipelajari. Kemudian guru dapat menugasi siswa untuk menulis 3 atau 5 buah pertanyaan tentang hal-hal  yang ingin mereka ketahui lebih dalam. Bila mereka lupa atau menemukan kesulitan, guru dapat mengingatkan kembali kata-kata kunci  yang bisa digunakan untuk menyusun pertanyaan. Sebaiknya pertanyaan-pertanyaan itu ditulis di kertas lalu ditempel di papan. Tujuannya selain menumbuhkan rasa ingin tahu, mereka juga  tahu seberapa dalam cara perpikir orang lain.  Di samping itu guru juga akan tahu sedalam apa keigintahuan siswa terhadap topik. Nah, diakhir pelajaran, guru dapat mengambil beberapa pertanyaan tersebut lalu meminta siswa lain untuk menjawab. Bukankah hal ini dapat memudahkan guru untuk mengetahui apakah siswa memahami materi yang kita ajarkan?

Di abad 21 yang serba digital siswa tidak cukup hanya duduk diam menunggu guru bertanya. Mereka harus tanggap dan merespon peristiwa dengan berpikir kritis, yaitu bertanya yang bermutu.  Dengan kata lain bertanya  yang jawabannya lebih dari satu kata dan membutuhkan penjelasan atau alasan!  Selamat mencoba, semoga bermanfaat!

[caption id="attachment_242444" align="alignleft" width="300" caption="a KWL chart by students at Sekolah Ciputra Surabaya"][/caption]

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun