Apa yang mustahil bagi kita, mudah bagi Allah. Itulah yang saya rasakan dan menjadi kenyataan. Saya ternyata bisa berangkat umrah gratis hanya dengan berbekal zikir kepada Allah.
Sudah lama saya memendam kerinduan untuk berkunjung ke Tanah Haram, menjadi tamu Allah di rumahnya di Masjidil Haram dan menjadi tamu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di Masjid Nabawi. Namun apa daya, sekian lama impian itu hanya terpendam, belum juga Allah mewujudkannya.
Impian untuk bisa menunaikan ibadah haji terhalang melihat begitu panjangnya antrian jamaah haji di Indonesia. Apalagi jika mendaftarnya di kota-kota besar, antriannya bisa sampai 30 tahun!
Satu-satunya usaha agar bisa menjadi tamunya Allah adalah melalui ibadah Umrah. Terlebih pasca pandemi Covid, di mana pemerintah Arab Saudi sudah membuka lebar pintu Masjidil Haram bagi para jamaah di seluruh dunia tanpa ada syarat-syarat kesehatan.
Meski begitu, impian untuk bisa berkunjung ke Baitullah bagi saya masih menjadi impian belaka, mengingat biaya untuk menunaikan ibadah umrah juga tidak sedikir. Sementara penghasilan dari mengajar hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Ini Hajiku, Ini Umrahku
Namun saya tidak putus asa, impian itu masih terus saya pelihara melalui doa-doa yang senantiasa saya panjatkan kepada Zat Yang Maha Mengatur Segalanya. Saya serahkan impian itu kepada-Nya, agar Dia sendiri yang mengatur dan memanggil saya untuk menjadi tamu-Nya.
Selama menjaga impian itu, setiap saya berangkat pergi mengajar mengaji, saya mengafirmasi diri sendiri,
"Ya Allah, saya ingin berkunjung ke rumah-Mu, entah itu lewat ibadah Haji atau Umrah. Namun saya belum mampu. Ya Allah, inilah haji saya, inilah umrah saya sekiranya Engkau belum memanggilku untuk bisa datang ke rumah-Mu."
Saya terinspirasi afirmasi diri ini melalui kisah Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi yang menceritakan adanya tukang sol sepatu di Damaskus yang mendapat pahala haji mabrur meski dia tidak berangkat ke Tanah Suci.Â
Dan kesempatan itu pun datang melalui jalan yang tidak pernah saya bayangkan!
Diberangkatkan Umrah oleh Murid Sendiri
Suatu ketika, salah seorang jamaah di kampung yang ikut belajar mengaji berkunjung di rumah. Usai basa-basi sebentar, tiba-tiba saya ditanya,
"Mohon maaf, pak Himam sudah pernah Umrah?"
"Belum pak, memangnya kenapa?"
"Saya ingin umrah, dan saya ingin mengajak pak Himam umrah bersama saya."
Mendengar jawabannya, saya hanya bisa menatap bapak tersebut dengan rasa tidak percaya? Mengajak umrah bersama? Lha tabungan umrah saja saya tidak punya!
Melihat pandangan saya, bapak itu tersenyum dan berkata meyakinkan,
"Benar, saya ingin mengajak pak Himam umrah bersama saya. Semua pembayaran umrahnya pak Himam akan saya lunasi. Saya hanya ingin memastikan pak Himam bersedia ikut sekalian memerlukan data diri pak Himam."
Ketika saya tanya mengapa dia ingin memberangkatkan saya umrah, bapak itu menjawab,
"Saya hanya ingin mengembalikan harta titipan Allah melalui cara ini, sekalian saya mencari teman yang baik dalam perjalanan ibadah umrah saya. Dan setelah saya pertimbangkan, pilihan saya jatuh untuk mengajak pak Himam."
Masyaallah, seketika bapak tersebut saya peluk, sambil berurai air mata saya tak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada Allah dan berterima kasih kepadanya.
Ketika kabar itu saya sampaikan kepada istri, dia juga awalnya merasa tidak percaya dan. Hari ini masih ada orang yang begitu dermawan bersedia memberangkatkan orang lain untuk menunaikan ibadah umrah?
Saya katakan kepada istri, jika Allah sudah membuka pintu hati seseorang, tidak ada yang tidak mungkin. Jika Allah sudah berkehendak, maka tidak ada yang bisa menghalangi kehendak-Nya.
Umrah Gratis Berbekal Zikir Kepada Allah
Singkat cerita, semua kebutuhan administrasi pun di uruskan bapak tersebut. Sampai untuk biaya pembuatan pasport, saya juga dibekali agar jangan sampai saya mengeluarkan uang sepeserpun untuk keperluan ibadah umrah saya yang pertama ini.
Menjelang tanggal keberangkatan, ada satu masalah yang mengganjal pikiran saya dan istri: Bagaimana dengan bekal atau uang saku selama di Tanah Suci nanti?
Hingga kemudian saya menemukan jawabannya dalam sebuah hadis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: "Sebaik-baik bekal adalah takwa!"
Ya, saya pasrahkan urusan bekal ibadah umrah tersebut kepada Allah. Dan Allah menjawab doa saya tersebut secara tunai dari jalan yang tidak pernah saya duga. Maha Benar Allah dengan firman-Nya:
"Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu." (QS At-Talaq, 65 : 2-3)
Ketika saya pamitan kepada pengurus Masjid dan Yayasan, mereka membekali saya uang saku yang menurut saya lebih dari cukup. Begitu pula, ada beberapa jamaah yang bersedekah menitipkan uang untuk saya pergunakan sebagai bekal perjalanan ibadah umrah, berharap agar dengan bekal tersebut mereka juga kecipratan rezeki bisa menjadi tamunya Allah di Tanah Suci.
Tanggal 24 Agustus 2023, impian yang sudah lama saya pendam akhirnya diwujudkan Allah melalui jalan yang tidak terduga. Saya akhirnya dipanggil Allah untuk menjadi tamu-Nya di Masjidil Haram, dan tamunya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di Masjid Nabawi.
Allah Tidak Memanggil yang Mampu, Tapi Memampukan Siapa yang Dikehendaki-Nya
Dalam satu rombongan keberangkatan bersama saya, ada satu orang yang juga memiliki pengalaman seperti saya, diberangkatkan umrah orang lain. Namanya pak Muji, seorang guru mengaji asal Lampung. Melalui kebaikan hati seorang dermawan yang pernah menjadi muridnya, Allah memanggil pak Muji ke Baitullah melalui ibadah umrah.
Ibadah haji dan ibadah umrah adalah ibadah yang istimewa. Seorang hamba tidak hanya dituntut mampu secara fisik, namun juga harus mampu secara finansial.
Meski begitu, tidak selamanya orang yang mampu fisik dan finansial bisa memenuhi panggilan Allah tersebut. Itulah kenapa dikatakan istimewa, karena hanya mereka yang terpilih untuk dipanggil oleh Allah yang bisa menunaikan ibadah tersebut. Allah tidak memanggil yang mampu, tapi Allah memampukan siapa pun hamba-Nya yang dikehendaki-Nya untuk bisa berkunjung ke rumah-Nya.
Skenario Allah tidak terbatas, karena Allah Sang Maha Sutradara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H