Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tipe Orang yang Benar-benar Mendirikan Salat

26 Februari 2022   16:35 Diperbarui: 26 Februari 2022   16:38 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangankan salat 50 waktu, lha wong salat 5 waktu sehari saja banyak umat Islam yang lalai dan enggan menjalankannya.

Salat, Kado Istimewa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW

Sejatinya, perintah yang diterima Nabi Muhammad SAW ketika Miraj dan bertemu Allah SWT di Sidratul Muntaha adalah menegakkan salat 50 waktu sehari. Jika dalam sehari semalam semalam kita punya waktu 1440 menit, maka setiap 28 menit sekali kita wajib salat!

Nabi Musa AS paham betul kemampuan kita. Itu sebabnya, sewaktu bertemu dengan Nabi Muhammad SAW sekembalinya dari Sidratul Muntaha, Nabi Musa menyarankan agar Rasulullah meminta keringanan.

"Kembalilah dan mintalah keringanan. Umatmu tidak akan kuat menjalankan perintah salat lima puluh waktu sehari," kata Nabi Musa.

Rasulullah menuruti nasihat Nabi Musa. Beliau kembali menghadap kepada Allah dan meminta keringanan. Begitulah, setiap kali turun dan bertemu lagi dengan Nabi Musa, Nabi Muhammad disarankan untuk meminta keringanan jumlah waktu sholatnya karena menurut Nabi Musa itu masih terasa berat.

Hingga tersisa perintah salat lima waktu, Nabi Muhammad menolak usulan Nabi Musa untuk kembali dan mengatakan itu sudah cukup. Rasulullah merasa malu kepada Allah karena terus meminta keringanan untuk beribadah kepada-Nya, sementara Allah sudah menunjukkan kepada Nabi Muhammad, betapa luas rahmat dan kasih sayang-Nya kepada manusia.

Tingkatan Orang yang Mendirikan Salat

Allah memerintahkan kita untuk mendirikan salat, bukan sekedar menjalankan atau melaksanakan salat. Di dalam ayat-ayat Al-Quran yang menerangkan perintah salat, bunyinya adalah "aqimus sholaat", yang artinya mendirikan/menegakkan salat.

"Dirikan salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (dirikan pula salat) Subuh. Sungguh, salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." (QS Al-Isra, 17: 78)

Menurut Ibnul Qayyim al Jauziyah dalam kitabnya Al Wabilush Sayyib, orang yang mendirikan salat adalah orang yang berdiri untuk salat, melengkapi dan menyempurnakan hak dan rukun-rukunnya salat. Dia melakukannya dalam batas-batas yang ditentukan syariat dan hatinya dan menempatkan hatinya di hadapan Tuhannya, memandang ke arah-Nya dengan hati yang penuh harap, (hatinya) dipenuhi dengan cinta dan kekuatan-Nya. Hingga dikatakan, salat itu adalah kenikmatan hakiki yang bisa dirasakan manusia di dunia, karena seolah-olah dia melihat dan menyaksikan Allah secara langsung.  

Sedikit sekali umat Islam yang bisa mendirikan salat, dan benar-benar merasakan nikmatnya salat. Kebanyakan kita melaksanakan salat salat hanya sekedar untuk mengugurkan kewajiban. Sehingga apa yang disampaikan Nabi Musa kepada Nabi Muhammad SAW bahwa umat Islam berat menjalankan perintah salat benar adanya.

Sekalipun sudah didiskon besar-besaran hingga hanya menyisakan kewajiban salat 5 waktu, masih banyak di antara umat Islam yang lalai menjalankannya. Kalau pun ada yang salat, itu pun dengan rasa berat. Salatnya terburu-buru, seperti pencuri yang sedang dikejar polisi.

Rasulullah SAW mengibaratkan orang yang terburu-buru dalam menjalankan salat adalah seburuk-buruknya pencuri. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Qatadah Rasulullah SAW bersabda, 

"Sejelek-jelek orang yang mencuri adalah orang yang mencuri dalam shalatnya." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana ia mencuri dalam shalatnya?" Beliau menjawab, "Ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya." Atau beliau bersabda, "Ia tidak meluruskan punggungnya ketika rukuk dan sujud." (HR. Ahmad, Ibnu Majah, ath-Thabrani dan al-Hakim).

Terhadap tipe orang salat yang seperti ini, Ibnul Qayyim tegas mengatakan, orang tersebut tidak akan mendapatkan pahala salat. Sebaliknya, dia akan dimintai pertanggungjawaban atas ibadah salatnya yang tidak sempurna. 

Sebaliknya bagi orang yang benar-benar mendirikan salat dengan khusyu, mencintai salatnya, maka dia akan dekat dengan Allah. Siapa pun yang memandang Allah dengan penuh rasa cinta, maka setiap mata di dunia ini pun akan memandangnya dengan rasa cinta pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun