Masyarakat biasa di kota Baghdad menganggap Bahlul sebagai orang gila. Setiap hari, Bahlul berjalan-jalan di kota Baghdad dari pagi hingga malam. Dia menyapa setiap orang yang dia temui dengan senyuman dan salam. Bibirnya tak henti-hentinya berkomat-kamit. Seandainya ada orang yang mau mendengarkan dengan seksama, pasti dia akan kaget karena yang terucap dari bibir Bahlul bukan sembarang ucapan, melainkan lantunan puji-pujian kepada Tuhannya dan kalimat-kalimat toyyibah lainnya.
Itu sebabnya bagi Junaidi Al-Baghdadi, seorang ulama terkenal di kota Baghdad pada masa itu, Bahlul bukan seorang gila, tetapi orang saleh yang menyembunyikan kesalehannya. Junaidi Al-Baghdadi mengenal dengan baik siapa Bahlul, dan sangat menghormatinya, terlepas dari apa yang orang lain pikirkan tentang dia.
Suatu hari, Junaidi Al-Baghdadi menjumpai Bahlul di sebuah pasar. Dalam kesempatan tersebut, Junaidi Al-Baghdadi  dengan penuh hormat meminta Bahlul memberinya nasihat yang baik.
"Tetapi, Anda sebetulnya tidak membutuhkan nasihat dari saya yang bodoh ini. Anda adalah seorang ulama terkenal, baik di kota ini maupun di belahan bumi lainnya," kata Bahlul menolak. Namun, Junaidi Al-Baghdadi bersikeras meminta nasihat darinya.
"Baiklah kalau Anda memaksa saya memberi nasihat. Namun, sebelumnya saya ingin mengajukan tiga pertanyaan kepada Anda. Berikan jawaban yang baik dan benar, maka jawaban itu akan menjadi nasihat bagi Anda," kata Bahlul lalu melanjutkan bertanya.Â
"Pertama, apakah Anda tahu cara berbicara? Kedua, apakah Anda tahu cara makan? Dan terakhir, apakah Anda tahu cara tidur?"
Mendengar ketiga pertanyaan tersebut, Junaidi Al-Baghdadi terkejut. Baginya, pertanyaan itu sangat sederhana dan jawabannya sangat mudah. Bagaimana bisa dia mendapat nasihat dari pertanyaan yang jawabannya sudah dia mengerti dengan baik? Pikir Junaidi.
"Ya," jawab Junaidi Al-Baghdadi sedikit bingung. "Saya tahu bagaimana berbicara. Saya berbicara dengan suara lembut, sopan dan langsung ke pokok masalah, sehingga pendengar tidak tersinggung atau bingung sama sekali. Mengenai makan, saya mencuci tangan terlebih dahulu, lalu saya mengucapkan 'Bismillah' (dengan nama Allah) sebelum saya mulai makan. Saya makan dengan tangan kanan dan mengunyah makanan dengan perlahan dan benar. Ketika selesai, saya bersyukur kepada Allah. Terakhir, sebelum saya pergi tidur, saya berwudhu dan beristirahat di tempat tidur yang bersih. Kemudian saya bersaksi atas iman saya dengan mengucapkan 'Laa ilaaha ill-Al-laahu, Muhammad-ur rasuul-ullaah' (Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah), kemudian saya tidur pada sisi sebelah kanan saya."
Mendengar jawaban ulama terkenal itu, Bahlul menampakkan raut wajah kecewa, lalu berdiri dan hendak meninggalkan Junaidi Al-Baghdadi.
"Saya pikir Anda adalah orang yang paling terpelajar. Ternyata, Anda tampaknya tidak tahu bahkan hal yang paling dasar tentang Islam" kata Bahlul.