Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Empat Kebiasaan Kecil yang Dapat Merusak Otak Tanpa Kita Sadari

8 Desember 2021   07:44 Diperbarui: 9 Desember 2021   09:03 199307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebanyakan kita melakukan beberapa kebiasaan, yang meskipun kecil dan terlihat remeh, namun membahayakan otak (unsplash.com/Greg Rosenke)

Command Center. Itulah fungsi otak, sebagai pusat kendali untuk semua aktivitas di tubuh kita. Mencakup semua aktivitas vital, mulai dari detak jantung, pernafasan hingga gerak motorik anggota tubuh lainnya.

Sayangnya, sebagaimana fungsi air dan oksigen di dalam tubuh yang sering kita abaikan, begitu pula dengan otak kita. Kebanyakan kita melakukan beberapa kebiasaan, yang meskipun kecil dan terlihat remeh, namun membahayakan otak kita dalam kehidupan sehari-hari. Berikut 4 kebiasaan kecil yang tanpa kita sadari dapat merusak otak kita. 

Tidak melakukan apa-apa

Dalam beberapa hal, otak berkembang seperti otot tubuh kita. Semakin sering kita menggunakannya dengan cara tertentu, semakin mampu otak kita untuk melakukan tugas yang kita inginkan.

Begitu pula, bila kita tidak pernah menggunakannya, alias doing nothing, otak kita akan kehilangan fungsinya sebagai pusat kendali aktivitas tubuh.

Tuhan menciptakan manusia lengkap dengan otak agar kita dapat berpikir. Jika kita tidak pernah menciptakan suasana agar otak kita bisa berpikir, ibarat pisau yang tidak pernah digunakan maka otak kita pun akan menjadi berkarat dan tumpul.

Pikiran yang menantang saat mengisi teka-teki silang, keterampilan atau pengalaman baru, bahasa yang berbeda, percakapan yang menarik, membaca, atau bahkan menulis dapat membantu merangsang otak kita dan mengembangkan neuroplastisitas, yang mengacu pada kemampuan otak untuk beradaptasi.

Penelitian membuktikan bahwa latihan otak memiliki efek positif pada kemampuan kognitif kita. Jadi, coba tanyakan pada diri sendiri apa yang bisa kita lakukan sepanjang hari ini untuk melatih otak.

Alih-alih menggerakkan jari untuk men-scroll linimasa media sosial atau melihat-lihat status teman, gerakkan jari kita untuk menulis. Saat menulis, semua bagian otak terlibat dan menjadi aktif. Semakin sering kita menggunakannya dengan cara tertentu, semakin mampu otak kita untuk melakukan tugas yang kita inginkan. Dengan kata lain, menulis membantu otak kita untuk tumbuh, sama seperti ketika kita melatih otot dengan berolahraga atau latihan fisik lainnya.

Seperti otot lainnya, otak kita perlu digunakan dan ditekuk agar tetap bugar.

Terlalu Banyak Menatap Kotak Ajaib

Sejak ponsel diciptakan, kita begitu terpesona dengan keajaiban teknologinya sehingga tanpa sadar kita malah menjadi budaknya. Tangan terasa gatal jika tidak menggenggam ponsel. Pikiran terasa kosong jika tidak membaca umpan-umpan Instagram atau melihat video-video TikTok dan YouTube.

Hal ini tentu saja baik untuk para raksasa teknologi seperti Facebook, tapi tidak baik untuk kesehatan otak kita. Banyak penelitian menunjukkan hubungan langsung antara screentime (waktu layar) dan depresi. Tidak perlu heran karena sebagian besar konten yang kita konsumsi secara online bersifat negatif dan membahayakan kesehatan mental kita. Tak hanya itu, penelitian lain juga menunjukkan terlalu lama menatap layar perangkat digital dapat merusak struktur dan fungsi otak.

Untuk menjaga otak kita tetap sehat, bukan berarti kita harus menghindari media sosial. Yang perlu kita lakukan hanya menetapkan batasan yang sehat dan memastikan kita lah yang mengontrol konsumsi media, bukan sebaliknya.

Riset internal Google (2018) menunjukkan, orang Indonesia menghabiskan waktu rata-rata 8 jam sehari di ponselnya. Sekarang bayangkan, apa saja yang bisa kita lakukan, ciptakan, atau pelajari jika kita memiliki delapan jam tambahan setiap hari. Gunakan waktu tambahan itu untuk melakukan aktivitas yang lebih bermakna.

Gaya Hidup Kaum Rebahan

Pandemi Covid-19 memaksa sebagian besar penduduk dunia menganut gaya kaum rebahan. Karena aktivitas di luar dibatasi, sebagian besar kita memilih untuk bersantai di sofa, kursi ruang tamu atau tempat tidur yang rasanya begitu nyaman.

Faktanya, kenyamanan ini dapat memiliki efek berbahaya pada kesehatan mental dan fisik kita. Gaya hidup tidak aktif yang dianut kaum rebahan menimbulkan biaya tinggi karena kita harus menanggung biaya pengobatan untuk penyakit jantung, obesitas, depresi hingga demensia.

Penelitian lain juga menemukan bahwa gaya hidup kaum rebahan memiliki efek negatif pada otak kita, yakni memengaruhi ingatan kita secara negatif.

Memang, tidak ada salahnya kita bersantai sejenak melepas penat. Tapi jangan lupa, Tuhan menciptakan kita lengkap dengan kaki untuk berdiri tegak dan untuk berjalan.

Mengalahkan kenyamanan dari gaya hidup kaum rebahan adalah dengan memasukkan aktivitas gerak. Ini bukan tentang berolahraga atau aktivitas fisik berat lainnya, tetapi tentang bangun selama beberapa menit, berjalan-jalan pendek, dan berdiri tegak.

Kurang Silaturahmi

Ingin usia yang panjang dan rezeki yang banyak? Menurut Rasulullah Saw, bersilaturahmilah.

Ingin otak yang sehat? Menurut Studi Perkembangan Orang Dewasa Harvard, bersilaturahmilah.

Sebagai manusia, kita terhubung dengan interaksi sosial yang sejati. Namun, masalahnya adalah kita sering mencoba mengganti hubungan sejati itu melalui teman Facebook dan follower Instagram. Sekalipun hal ini memberi kita dorongan adrenalin instan, teman Facebook dan follower Instagram tidak memberi kita rasa koneksi yang nyata.

Penelitian membuktikan bahwa kurangnya kontak sosial di dunia nyata yang berkualitas tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan mental dan fisik. Kualitas hubungan dan interaksi sosial kita memiliki dampak signifikan pada kesehatan otak dan kualitas hidup kita secara keseluruhan. Dan, komunikasi digital tidak dapat menggantikan nilai interaksi tatap muka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun