Ketika kita meninggalkan dunia ini untuk pergi ke alam keabadian, ibaratnya seperti ketika kita melakukan traveling ke negara lain.
Rincian negara abadi ini tidak akan kita temukan di brosur-brosur manapun. Tidak juga di situs-situs internet. Petunjuk dan informasi mengenai negara abadi ini hanya terdapat di Al-Quran dan Hadis.
Pesawat yang akan kita tumpangi kelak bukan dari maskapai, British Airways, Emirates, Qatar Airways, apalagi naik Garuda Indonesia. Melainkan maskapai khusus bernama Air Janazah.
Maskapai ini sangat istimewa. Bayangkan, barang bawaan kita tidak dibatasi 20 kilogram seperti maskapai dunia fana. Kita bisa membawa bekal sebanyak mungkin. Tentu saja, bekal yang bisa kita bawa harus bekal yang khusus pula, yakni amal perbuatan kita selama di dunia.
Maskapai ini juga menerapkan peraturan khusus. Misalnya tentang pakaian. Kita dilarang memakai pakaian berkelas merek Choco Channel, YSL, Pierre Cardin, atau setelan Batik Nusantara. Saat menumpang, kita harus memakai pakaian serba putih polos tanpa corak apapun.
Bahkan sampai ke masalah parfum yang bisa dipakai penumpangnya juga diatur khusus. Meskipun bukan keharusan, setiap penumpang tidak ada yang memakai parfum Channel atau Bvlgari. Para penumpang rela sekujur badan mereka dipenuhi aroma kamper.
Keistimewaan lain yang akan kita dapatkan dari layanan penerbangan ini adalah setiap penumpang akan dijemput oleh petugas khusus, di mana pun kita berada. Baik itu di istana, di hotel, di tengah perjalanan, bahkan di lubang persembunyian pun petugas penjemput itu akan datang tepat waktu, sampai ke hitungan detik.
Petugas khusus ini bukan pramugara tampan atau pramugari cantik, melainkan malaikat Izrail. Setelah menjemput, Izrail akan mengantarkan kita ke ruang tunggu  Terminal Makam Terakhir.
Di ruang tunggu itu, tidak ada karpet empuk dan AC yang dingin. Tidak ada ada hotspot wifi atau cafe yang menyediakan makanan ringan. Melainkan liang sempit seukuran 2 x 1 meter sedalam kurang lebih 2 meter.
Beberapa saat kemudian, kita akan didatangi 2 petugas imigrasi. Namanya Munkar dan Nakir. Mereka berdua akan menanyakan visa kunjungan yang masa berlakunya abadi: Laa ilaha Illa Allah.
Visa inilah yang menjadi penentu tempat tujuan akhir kita: Taman surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai indah, atau justru ke jurang kelam neraka.
Kita tak perlu mengkhawatirkan harga tiket maskapai penerbangan istimewa ini. Gratis untuk setiap orang, tanpa memandang jenis kelamin maupun kelas sosial. Kita juga tak perlu mengkhawatirkan masalah keamanan, karena penerbangan ini dijamin anti pembajakan maupun tindak kekerasan dan teror lainnya.
Layanan penerbangan ini juga anti delay. Tak pernah tertunda kedatangan maupun keberangkatannya. Dan jangan khawatir pula dengan masalah pemesanan tiketnya. Sekalipun kita tidak ingin memesannya, tiket penerbangan kita sudah tersedia sejak kita masih berada di dalam kandungan.
Mungkin, satu-satunya hal yang patut kita khawatirkan adalah, perjalanan ini datang tanpa peringatan. Kapan kita harus naik pesawat Air Janazah, kita tidak akan pernah tahu.
Untuk mengurangi kekhawatiran tersebut, yang perlu kita siapkan hanya memperbanyak bekal: amal kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H