"Pembaca K sekarang sudah turun drastis ya?" tanya seorang teman yang rajin menulis di K.
"Kenapa?"
"Coba lihat, artikel ini cuma punya 90 pembaca, tapi sudah masuk kategori terpopuler", katanya sambil menunjukkan screenshot judul artikel spoiler. "Dan itu pun mungkin diraih dengan susah payah. Artikel-artikel biasa apa lagi. Mencapai 50 pembaca saja sudah bagus," lanjutnya.
"Memangnya itu jadi masalah?"
"Ya jadi masalah dong bagi penulisnya. Kalau pembacanya turun, otomatis pendapatan penulisnya juga turun dong. K-Rewardnya jadi sedikit. Dulu bisa mencapai jutaan tiap bulan, sekarang ratusan ribu pun sudah bersyukur."
Ya, akhir-akhir ini memang banyak penulis K yang mengeluhkan hal yang sama. Performa K yang mulai menurun, klik artikel yang jauh lebih sedikit, dan K-Rewards yang hanya cukup buat beli pulsa dan paket data saja.
Bagi saya, keluhan-keluhan seperti itu menandakan banyak penulis artikel di K belum sepenuhnya memahami 4 Hukum Dasar Penulis Digital (Digital Writer Rules):
Pertama, jumlah pembaca yang terlihat tidak ada artinya.
Kedua, jumlah pengikut di media sosial tidak ada artinya.
Ketiga, jumlah Suka yang kita dapatkan tidak berarti apa-apa.
Keempat, jumlah share tidak akan membuat kita menjadi viral
Tak satu pun dari keempat metrik kesombongan  tersebut menghasilkan pundi-pundi uang bagi penulisnya. Aturan pertama menulis online adalah bahwa penghasilan yang kita dapatkan sebagian besar dibuat di balik pintu tertutup.
Bagi blogger atau penulis konten digital, kehidupan menulis online mungkin sangat berarti bagi mereka. Tetapi bagi perusahaan media, itu hanyalah bisnis.Â
Banyaknya jumlah pembaca bagi perusahaan media adalah tentang bagaimana menghasilkan uang, bukan membuat konten kita dilihat oleh 1 juta orang dalam 24 jam sehingga kita dapat merasa nyaman dengan diri sendiri. Kalau ingin tulisan kita dibaca banyak orang, kita lah yang harus mengeluarkan keringat, bukan platform.
Sebagai penulis digital, sadarilah bahwa viralitas memudar di sebagian besar platform seiring waktu karena semakin banyak pembuat konten bergabung, yang otomatis juga mengurangi jatah kue kita masing-masing.Â
Banyaknya pembaca pada konten kita hanya berarti bahwa tulisan tersebut relevan secara universal. Tetapi, bukan berarti tulisan itu membuat kita sukses. Banyak orang mengklik artikel yang kita tulis karena mempromosikan kemarahan atau memiliki tema clickbait yang menyenangkan tidak membuat kita menjadi penulis yang sukses.
Dulu, saya pernah begitu terobsesi dengan metrik kesombongan. Menulis dan menayangkan rata-rata 2-4 artikel setiap hari agar tulisan saya dibaca banyak orang.
Lambat laun saya sadar, apa yang saya lakukan tersebut justru kesalahan terbesar dari kehidupan saya sebagai penulis konten. Untuk apa mengeluarkan begitu banyak energi dan waktu luang jika hasil yang saya dapatkan tidak sepadan?
Platform menulis bukan ladang tempat mencari cuan. Platform menulis adalah etalase hasil karya kreatifitas kita. Kita mendapatkan kehidupan yang layak dari buku, penjualan konten berlangganan, kontrak penulisan eksklusif, kursus, dll.
Bagi saya, 100 pengikut yang setia jauh lebih berharga daripada 10 ribu pemirsa yang hanya mengklik tautan artikel saya gara-gara melihat judul lalu meninggalkannya begitu saja tanpa sempat membacanya sampai selesai.
Sepuluh pengikut yang mengirim email ke saya dan berterima kasih atas artikel yang sudah saya tayangkan jauh lebih berharga daripada satu juta pembaca yang tidak menghasilkan apa-apa. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H