Nabi Saw lalu bertanya, "Apakah suamimu itu yang matanya ada putihnya?"
Wanita itu menjawab, "Tidak ya Rasulullah. Mata suamiku biasa saja, tidak ada putih di keduanya."
Rasulullah Saw kemudian berkata, "Tidak. Suamimu pasti yang matanya ada putihnya. Bukankah setiap mata mesti ada bagian putihnya?"
Mendengar jawaban Rasulullah Saw, wanita itu pun tersenyum dan Rasulullah juga ikut tersenyum.
Tersenyumlah Seperti Senyum Rasulullah Saw
Nabi Muhammad Saw adalah manusia biasa, seperti halnya kita semua.
"Aku makan sebagaimana (seorang) hamba Allah (makan), dan aku duduk sebagaimana (seorang) hamba Allah (duduk), karena sebenarnya aku ini hanyalah hamba (Allah)." (HR Baihaqi)
Dan sudah menjadi kodrat manusia untuk tertawa di kala ada hal yang patut ditertawakan, dan menangis ketika ada hal yang patut ditangisi.
Tetapi, sendau gurau Rasulullah adalah jenis sendau gurau yang bersih, tak ternoda dan pantas. Canda tawa Rasulullah Saw adalah canda tawa yang terhormat, di dalamnya tidak ada kedustaan, tidak pernah melampaui batas-batas kesopanan. Bahkan saat tertawa pun, Nabi Muhammad tak pernah melampaui batas. Setiap kali mendengar lelucon atau ada sesuatu yang pantas menjadikan orang tertawa, Nabi Muhammad Saw hanya tersenyum.
Aisyah r.a berkata, "Belum pernah saya melihat Rasulullah Saw tertawa gelak hingga terlihat langit-langit mulutnya, tetapi selalu tersenyum." (HR Bukhari Muslim).
Allah memberikan kewibawaan sempurna kepada Nabi Muhammad Saw, sehingga tak akan hilang kewibawaan itu hanya karena tertawa atau bergurau. Tertawa dan bergurau yang tidak melampaui batas kesopanan adalah suatu tanda keramahtamahan yang patut ada pada seorang Nabi, yang setiap waktunya harus berhadapan dengan bermacam-macam manusia.
Islam dirancang oleh Sang Pencipta untuk menjadi jalan hidup yang sempurna bagi umat manusia sehingga terkadang hal terkecil dapat berdampak besar. Senyum adalah salah satunya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!