Daripada Pergi Ke Bulan atau Mars, Lebih Baik Menyelamatkan Bumi
Seandainya saya punya kekayaan seperti Elon Musk atau Jeff Bezos, saya akan pergunakan kekayaan itu untuk menyelamatkan Bumi, alih-alih menginvasi planet lain untuk mencari tempat hunian baru di masa depan.
Pemikiran saya sih sederhana: Mempertimbangkan segala fakta yang sudah ditemukan hingga saat ini, belum tentu Bulan atau Mars cocok untuk kita jadikan tempat tinggal di masa depan. Jadi, buat apa membuang-buang milyaran dolar demi misi yang hampir pasti mustahil?
Lebih baik, milyaran dolar itu kita manfaatkan untuk menyelamatkan Bumi yang sejak pertama kali diciptakan oleh Tuhan, sudah terbukti cocok sebagai habitat manusia. Tak ada planet lain di antara jutaan planet di galaksi Bima Sakti yang seindah bumi.
Mengapa Bumi perlu diselamatkan? Memangnya Bumi sedang dalam bahaya?
Betul. Bumi yang kita cintai ini sedang dalam bahaya akibat pemanasan global. Seiring meledaknya jumlah populasi manusia, lapisan atmosfer di atas bumi semakin tergerus dan menipis akibat emisi gas rumah kaca. Â
Akibatnya, pancaran sinar matahari yang  semestinya bisa ditahan oleh lapisan atmosfer akhirnya semakin kuat sengatan panasnya.
Kita bisa merasakannya sendiri, suhu udara semakin hangat, panas matahari semakin menyengat. Kota Malang, yang dulu dikenal sebagai kota dingin sekarang sudah tidak terasa lagi dinginnya. Suhu udara Kota Malang nyaris tidak ada bedanya dengan suhu udara kota Surabaya yang dikenal gerah dan panas.Â
Aktivitas Manusia Faktor Utama Terjadinya Pemanasan Global
Aktivitas manusia adalah penyebab utama perubahan iklim. Emisi gas rumah kaca (greenhouse gas) yang dihasilkan oleh aktivitas manusia merupakan penyebab utama cepatnya perubahan iklim bumi saat ini.Â
Bahan bakar fosil ketika dibakar melepaskan sejumlah besar karbon dioksida (gas rumah kaca) ke udara. Gas rumah kaca memerangkap panas di atmosfer kita, menyebabkan pemanasan global
Dalam lingkungan yang lebih luas, dampak dari pemanasan global adalah mencairnya lapisan es di kedua kutub, munculnya gelombang panas yang menghancurkan hingga terjadinya badai yang lebih intens.Â
Semua ini menunjukkan urgensi pentingnya meminimalkan terjadinya peningkatan suhu yang diakibatkan oleh efek  gas rumah kaca.
Dari sini kita tahu bahwa dampak perubahan iklim tidak dapat berhenti memburuk sampai jumlah keseluruhan gas rumah kaca di atmosfer berhenti meningkat. Dengan kata lain, konsumsi bahan bakar fosil---yaitu pembakaran batu bara, minyak, dan gas---harus cepat turun menuju nol. Dari sinilah kemudian kita mengenal istilah net-zero emissions (emisi nol bersih).
Urgensi Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Di bawah Perjanjian Paris (Paris Climate Accords atau Paris Agreement), negara-negara sepakat untuk membatasi pemanasan suhu jauh di bawah 2 derajat C (3,6 derajat F), idealnya hingga 1,5 derajat C (2,7 derajat F).Â
Menurut perhitungan ilmu pengetahuan, dalam skenario yang membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat C, tingkat karbon dioksida (CO2) perlu mencapai nol bersih (net-zero) antara tahun 2044 dan 2052
Pada dasarnya, 'Emisi nol bersih' mengacu pada pencapaian keseimbangan keseluruhan antara emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dan emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan dari atmosfer. Begitu kita berhenti memancarkan gas rumah kaca dari bahan bakar fosil, kita masih harus menangani semua emisi yang telah kita pompa ke atmosfer selama bertahun-tahun agar tercapai keseimbangan atau mengembalikan skala atmosfer kita sebelum terkena emisi gas rumah kaca. Itulah perbedaan antara nol dan nol bersih.
Untuk memenuhi tujuan nol bersih, emisi baru gas rumah kaca harus kita kendalikan serendah mungkin. Ini berarti bahwa kita perlu secara cepat menghapus bahan bakar fosil -- batu bara, minyak dan gas -- dan memulai transisi ke energi terbarukan.
Ambisi Pemerintah Indonesia Mewujudkan Net-Zero Emissions pada 2060
Pemerintah Indonesia sendiri mendukung penuh Perjanjian Paris dengan mewujudkannya dalam komitmen internasional dan perencanaan pembangunan yang ramah lingkungan.Â
Komitmen internasional tersebut dituangkan dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia yang mencerminkan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan upaya sendiri maupun 41% dengan dukungan internasional yang diharapkan dapat tercapai pada 2030.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga sudah menyusun dokumen strategi jangka panjang atau long-term strategy on low carbon and climate resilience 2050 (LTS-LCCR 2050).Â
Mengutip dari kontan.co.id, dalam dokumen skenario jangka panjang ketahanan iklim 2050, pemerintah Indonesia menyebutkan bahwa nol-emisi bersih atau net-zero emissions akan tercapai pada "2060 atau lebih cepat".
Apa yang diharapkan pemerintah Indonesia dan negara-negara lainnya dalam aksi perubahan iklim ini sepatutnya kita dukung. Kalau bukan kita, penghuni bumi, siapa lagi yang akan menyelamatkan lingkungan tempat tinggal kita?
Bahkan tanpa harus menjadi kaya raya seperti Elon Musk atau Jeff Bezos, kita bisa ikut berperan dalam mewujudkan net-zero emissions untuk mengurangi dampak emisi gas kaca.Â
Mengurangi Konsumsi Dapat Membantu Mewujudkan Net-Zero Emissions
Satu hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk mendukung net-zero emissions adalah dengan mengurangi konsumsi. Dengan kata lain, tinggalkan gaya hidup konsumtif, boros dan hedonis!
Bagaimana bisa?
Ingatlah, segala sesuatu yang kita beli membutuhkan energi untuk membuat dan mengirimkannya. Jadi dengan mengonsumsi (yaitu membeli) lebih sedikit, berarti kita juga menggunakan lebih sedikit energi. Sebagian besar energi saat ini berasal dari sumber yang menghasilkan emisi karbon substansial (yaitu gas rumah kaca), sehingga lebih sedikit energi yang digunakan sama dengan lebih sedikit karbon yang dipompa ke atmosfer.
Untuk kategori pembelian apa hal ini berlaku? Yah, semuanya. Mobil, perjalanan, makanan, barang elektronik, hanyalah beberapa contoh.Â
Tapi, bukankah kita semua perlu makan, pergi bekerja, membeli rumah, liburan dan kebutuhan dasar lainnya?
Oh iya. Tentu saja kita tidak bisa menafikan kebutuhan primer kita sebagai manusia. Masih ada tingkat konsumsi dasar (yaitu membeli barang) yang kita butuhkan untuk bertahan hidup, dan jelas saya tidak ada yang menyarankan untuk menghentikannya. Poin pentingnya adalah:
Jika kita perlu membeli sesuatu, pastikan itu pembelian yang berharga (penting untuk memenuhi kebutuhan hidup). Jika kita tidak membutuhkannya, jangan membelinya. Beli lebih sedikit, dan beli yang berkelanjutan/dapat didaur ulang sedapat mungkin.
Lebih Efisien dalam Menggunakan Transportasi dan Energi Rumah Tangga
Mengurangi konsumsi juga berlaku dalam hal transportasi. Kurangi penggunaan mobil dan pesawat untuk bepergian. Menurut sebuah studi, 23% emisi manusia berasal dari transportasi. Berjalan kaki, bersepeda atau menggunakan transportasi umum akan mengurangi tingkat gas karbon dioksida.Â
Saat ini, pemerintah sudah membangun jalur-jalur transportasi publik dengan harapan masyarakat bisa menggunakannya untuk mobilitas kerja sehari-hari alih-alih menggunakan kendaraan pribadi mereka. Dan ketika kita ingin liburan, pertimbangkan liburan tipis-tipis ke tempat wisata lokal.
Mengurangi konsumsi energi di rumah juga dapat membantu mewujudkan net zero emissions. Kita bisa melakukannya dalam berbagai cara, mulai dari tidak boros listrik, menggunakan lampu atau sumber cahaya yang lebih efisien, hingga insulasi tenaga surya yang lebih baik.
Apakah cara ini bisa mengurangi emisi gas rumah kaca dan mewujudkan net-zero emissions?
Ya, saya percaya langkah kecil namun terbaik ini bisa membuat perbedaan. Perubahan iklim adalah masalah global, mempengaruhi setiap manusia (dan makhluk hidup) di planet terindah yang kita cintai ini. Agar planet yang kita tinggali ini tetap hijau, nyaman dan terjaga, kita membutuhkan tindakan kolektif, di mana setiap manusia mendorong ke arah yang benar, bersama-sama.Â
Satu kebiasaan kecil yang kita lakukan, jika dilakukan oleh banyak orang pada akhirnya akan melahirkan budaya baru. Budaya bersih dan bebas polusi demi Bumi kita tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H