Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menjadi Guru TK Itu Menantang Sekaligus Menyenangkan

12 September 2021   07:55 Diperbarui: 12 September 2021   10:33 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak TK perlu terlibat dan merasa menjadi bagian dari pembelajaran mereka (Dokumentasi pribadi)

Bapak kok Bisa Jadi Guru TK?

Bahkan, istri, anak dan saudara-saudara saya sampai sekarang masih belum percaya kalau saya sekarang menjadi guru Taman Kanak-kanak!

"Kok bisa sih Mas Himam jadi guru TK?" tanya adik saya.

"Embuh lah Yan. Buktinya sekarang setiap pagi Mas Himam mengajar di TK, hehehe," jawab istri saya.

Ya, sejak awal tahun ajaran baru 2021-2022, saya resmi dipinang menjadi guru di Taman Kanak-kanak di komplek rumahku. Saya diminta membantu mengajar materi pelajaran agama Islam dan mengaji.

Sebelumnya, materi agama Islam dan mengaji di TK tersebut diajarkan oleh satu guru, yang usianya pun sudah cukup lanjut dan akan memasuki masa pensiun. Seiring bertambahnya murid baru, Bu Heny, guru agama Islam di TK merasa kewalahan.

Pengurus sekolah akhirnya meminta persetujuan yayasan untuk menambah guru baru guna menutupi kekurangan tenaga pengajar khusus agama dan mengaji. Setelah melalui beberapa pertimbangan, pengurus sekolah lalu melamar saya untuk menjadi guru TK.

Ini memang di luar kebiasaan. Kebanyakan guru Taman Kanak-kanak adalah kaum perempuan, yang punya jiwa keibuan. Lha, saya kan berjiwa kebapakan?

"Justru itu," kata Bu Ning, kepala Taman Kanak-kanak menjawab pertanyaan saya. "Kami memang sengaja melamar Pak Himam biar seimbang. Anak-anak akan mendapat bimbingan dari guru-guru perempuan sebagai pengganti ibu, sekaligus mendapat bimbingan dari guru laki-laki sebagai pengganti ayah mereka."

"Kebetulan nama Pak Himam direkomendasikan Bu Heny sendiri, karena sudah berpengalaman mengajar anak-anak mengaji di TPQ," lanjut Bu Ning.

Begitulah. Tanpa gelar akademik Sarjana Pendidikan, saya pun resmi menyandang profesi sebagai guru TK. 

Anak-anak TK Butuh Pembelajaran Tatap Muka

Awal tahun ajaran baru saya lalu dengan mengajar secara online. Pengalaman mengajar mengaji secara daring pun cukup berguna sebagai bekal saya mengajar anak-anak TK. Meski begitu, mengajar mengaji anak-anak yang sudah mengerti dan bisa membaca huruf-huruf hijaiyah berbeda dengan mengajar anak-anak yang belum mengerti satu huruf pun.

Dalam model pembelajaran seperti ini, saya mengirim video contoh membaca. Setelah itu baru anak-anak melalui orangtua mereka mengirim video cara membaca buku mengajinya. Begitu terus, halaman per halaman.

Tentu saja, pembelajaran jarak jauh seperti ini sangat tidak efektif. Selain harus memerlukan sumber daya lebih (terutama kuota internet bagi yang tidak berlangganan wifi), saya juga cukup kesulitan untuk menilai dan memberi pengajaran yang lebih baik. 

Karena mengaji atau membaca huruf hijaiyah berbeda dengan membaca abjad biasa. Belajar mengaji membutuhkan interaksi langsung dengan guru agar anak-anak tahu letak kesalahan bacaannya dan bagaimana cara membaca yang baik dan benar, sesuai tuntunan tajwid-nya.

Lebih dari itu, kita juga harus menyadari dan tidak boleh menafikan fakta bahwa untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak, butuh pembelajaran tatap muka. 

Anak-anak TK perlu terlibat dan merasa menjadi bagian dari pembelajaran mereka (Dokumentasi pribadi)
Anak-anak TK perlu terlibat dan merasa menjadi bagian dari pembelajaran mereka (Dokumentasi pribadi)

Pada usia 3-6 tahun, otak anak-anak masih berkembang. Tangan mereka masih tumbuh. Meminta anak-anak untuk bekerja hanya dengan pena dan kertas atau layar komputer sangat jauh dari apa yang mereka butuhkan untuk tumbuh kembang.

Anak-anak perlu bergerak. Anak-anak perlu terlibat. Mereka perlu menjadi bagian dari pembelajaran mereka.

Mengajari anak-anak TK berbagai macam ilmu pengetahuan bisa kita lakukan melalui pembelajaran jarak jauh. Tapi membentuk karakter dan menanamkan etika serta budi pekerti sejak dini harus dilakukan secara langsung.

Pengaturan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas bagi Taman Kanak-kanak

Syukurlah, pandemi di Indonesia mulai menunjukkan penurunan. Pemerintah akhirnya mengizinkan satuan pendidikan di beberapa daerah yang sudah berada di Level 3 untuk mengadakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).

Di Kota Malang, PTMT mulai diselenggarakan hampir serentak mulai tanggal 6 September 2021 kemarin. Kebijakan ini tentu disambut dengan suka cita oleh para orangtua dan anak-anak. 

Beberapa orangtua bahkan mengatakan anak-anak mereka sudah tidak sabar untuk mengenakan seragam sekolah yang sudah mulai mengecil karena lama tidak terpakai.

Setelah mendapat kepastian izin menyelenggarakan PTMT, saya pun berbagi tugas dengan guru kelas. Karena masih dalam kondisi pandemi, anak-anak yang masuk sekolah pun harus dibatasi. 

Untuk tingkat PAUD dan Taman Kanak-kanak, setiap kelas hanya boleh terisi maksimal 30 persen jumlah murid, atau maksimal 5 anak. Sesi pembelajarannya pun tidak boleh lebih dari 2 jam.

Bagi Taman Kanak-kanak yang berbasis agama, pengaturan seperti itu sedikit menyulitkan. Satu jam pelajaran harus dibagi antara pelajaran umum dan pelajaran agama.

Agar anak-anak tetap mendapat pelajaran penuh, baik pelajaran umum maupun agama dan mengaji, saya dan para guru akhirnya membagi anak-anak menjadi 2 kelompok. 

Satu kelompok mengikuti pelajaran umum dengan guru kelas mereka, sementara kelompok yang lain mengikuti pelajaran agama dan mengaji dengan saya. Ruangannya pun terpisah. Untuk pelajaran umum di gedung TK, sedangkan pelajaran agama dan mengaji di gedung TPQ yang masih jadi satu bagian. 

Menjadi Guru TK itu Menantang Sekaligus Menyenangkan

Dunia anak-anak adalah dunia permainan. Maka, mengajari anak-anak TK sebisa mungkin juga harus dilakukan melalui aktivitas yang menyenangkan mereka. Di sinilah letak tantangannya.

Setiap hari saya harus memutar otak mencari bentuk-bentuk permainan yang bisa dipadukan dengan materi pelajaran agama. Saya jadi rajin mencari referensi ide aktivitas pembelajaran dan contoh alat peraga serta lembar aktivitas di internet yang bisa saya gunakan untuk mengajar. Ide-ide kreativitas tersebut kemudian saya olah kembali agar sesuai dengan materi pelajaran yang saya ajarkan.

Misalnya untuk mengajarkan angka hijaiyah, saya membuat kartu angka berisi angka hijaiyah dan angka Latin. Kartu yang bisa dilipat ini menjadi alat tambahan belajar untuk anak-anak di rumah.

Begitu pula ketika mengajarkan jumlah rakaat salat, saya membuat sendiri alat peraga yang saya sebut Salat Spin Wheel. Lewat alat peraga ini anak-anak bisa mengerti berapa jumlah rakaat masing-masing waktu salat. 

Guru TK harus kreatif menciptakan alat peraga (Dokumentasi pribadi)
Guru TK harus kreatif menciptakan alat peraga (Dokumentasi pribadi)

Namun, tantangan sesungguhnya bagi guru TK adalah bagaimana menghadapi berbagai macam tipe dan karakter anak dalam satu sesi pembelajaran. Ada anak yang ceriwis dan suka mengganggu temannya. Ada anak yang pendiam dan malu-malu. Ada anak yang cerdas dan bisa langsung menangkap perintah gurunya. Ada anak yang harus dibimbing dengan pelan-pelan sebelum akhirnya bisa memahami. Semua karakter kepribadian ini harus dibimbing secara adil. Semua anak harus mendapat porsi pelajaran yang sesuai dengan kemampuan pemahaman mereka.

Menjadi guru TK itu menantang sekaligus menyenangkan. Menghadapi wajah-wajah polos nan lucu, dunia saya menjadi segar. Ada saja tingkah laku lucu dan menggemaskan yang dilakukan anak-anak selama minggu pertama PTMT.

Ketika anak-anak saya bawa ke ruangan TPQ, mereka sangat senang karena tidak perlu duduk di kursi. Di ruangan itu mereka bisa duduk santai berselonjor. Bahkan seorang anak tanpa malu-malu langsung merebahkan tubuhnya.

"Enak Pak Himam. Di sini bisa tidur," kata murid saya.

Terkadang, justru dari anak-anak itulah saya mendapat pelajaran tambahan. Suatu ketika, seorang anak mengadukan temannya karena mengucapkan kata kotor. Setelah saya nasihati bahwa perkataan yang diucapkannya itu tidak baik, seorang teman perempuannya tiba-tiba berkata,

"Setiap perkataan itu doa lho."

Nah, nasihat saya malah kalah tajam dibandingkan perkataan murid saya sendiri.

Menjadi guru TK benar-benar pilihan karier atau profesi yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Tapi, mungkin inilah jalan takdir terbaik yang dipilihkan oleh Allah. Jalan takdir yang membuat dunia saya terasa begitu indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun