Tiga seniman besar Indonesia terlibat dalam pembuatan poster ini. Pelukis Dullah menjadi model poster, sedangkan maestro lukis Affandi membuat desain grafisnya. Kalimat "Boeng, Ajo Boeng" sendiri merupakan usulan dari penyair Chairil Anwar.Â
Seni Mural dan Grafiti Sebagai Media Perjuangan Rakyat Indonesia
Dari arsip foto-foto masa perang kemerdekaan Republik Indonesia, kita juga bisa melihat para seniman jalanan menuangkan ekspresi patriotisme mereka melalui karya seni mural dan grafiti. Seperti  yang terlihat dari foto hasil jepretan Cas Oorthuys berikut ini:
Fotografer asal Belanda ini membidik sebuah grafiti yang terpampang di gedung Nederlands-Indisch Handelsbank yang terletak di utara alun-alun Kota Malang pada 1945, tak lama setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Gedung tersebut kini beralih fungsi menjadi gedung Bank Mandiri KCU Merdeka Malang.Â
Ada pula foto poster atau baliho terkenal lainnya yang diambil pada masa pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya bertuliskan Once and Forever The Indonesian Republic, dengan gambar bendera merah putih di tengah.Â
Baliho ini sangat epik karena tepat di depannya, terdapat rongsokan mobil sedan milik Brigjend A.W.S Mallaby, komandan Brigade Inggris-India ke-49 yang terkena ledakan bom. Foto baliho itu hasil bidikan Sergeant D Davis and Sergeant D MacTavish, anggota Unit Film dan Fotografi Angkatan Darat Inggris.Â
Dalam perkembangannya, seni mural dan grafiti tak hanya menjadi seni jalanan sebagai media pengkritik penguasa. Banyak pemerintah daerah memanfaatkan seni mural dan grafiti untuk mempercantik wajah kota mereka sebagai sarana promosi pariwisata.Â
***
Referensi:
1. Biennale Jogja: Seni dan Propaganda pada Jaman Jepang