Memasang iklan di baliho besar, apalagi jika lokasinya strategis memiliki beberapa keunggulan. Pertama, bisa dilihat banyak orang. Dengan desain warna yang mencolok dan narasi konten yang menarik, setiap orang yang lewat hampir pasti akan menengok sebentar.
Konten iklan semacam ini cocok digunakan untuk mempromosikan sosok tertentu (personal branding). Dengan asumsi setiap orang yang lewat di lokasi baliho melihatnya, maka sosok tersebut akan mudah dikenal dan diingat.
Sayangnya, iklan baliho memiliki keterbatasan ruang untuk berkreasi, baik dari segi ukuran maupun keterjangkauan.Â
Dengan ukuran terbatas, kita tidak bisa membuat konten yang bisa menjelaskan secara lebih terinci. Itu sebabnya iklan baliho kebanyakan berisi narasi singkat berupa slogan, misalnya: Kepak Sayap Kebhinnekaan.
Begitu pula dengan keterjangkauan, iklan baliho hanya bisa menjangkau pemirsa yang sedang berada di lokasi.Â
Kelebihan Iklan Media Digital
Bila ingin menjangkau pemirsa yang lebih luas, sekaligus menyampaikan konten yang lebih banyak, media digital adalah sarana yang tepat. Media digital bisa memuat lebih banyak pesan dibandingkan media tradisional yang terhambat oleh sempitnya ruang iklan.
Sebagai perbandingan, misalnya kita memasang iklan di baliho berukuran 4 x 6 meter, maka pesan yang ingin kita sampaikan ke pemirsa pun terbatas pada ruang berukuran 4 x 6 meter tersebut.Â
Pesan ini akan lebih sempit lagi apabila sebagian besar ruang baliho kita gunakan untuk memajang foto diri. Berbeda bila kita memasang iklan di media digital. Kita bisa memperkenalkan visi dan misi, serta profil diri sebanyak mungkin.
Dari sisi budget, biaya belanja iklan digital masih lebih murah dibanding harus mencetak ratusan banner atau memasang baliho.Â
Dalam pemasaran digital, biaya iklannya dihitung cost per click, artinya kita hanya dibebani biaya apabila ada yang meng-klik iklan kita.
Selain itu, tingkat penyampaian iklannya juga lebih terukur karena ada hitungan statistik dan parameter yang pasti.
 Dengan iklan digital, kita bisa menentukan sendiri target pemirsa yang kita inginkan secara profiling. Berdasarkan gender, penghasilan, pendidikan hingga geografis.
Sayangnya, sekalipun zaman sudah terdigitalisasi sedemikian rupa, masih banyak yang terjebak pemikiran sempit, sesempit ruang iklan baliho.Â
Mereka beranggapan dengan menyebar iklan baliho di mana-mana, masyarakat akan familiar dengan wajahnya dan simpati dengan profil mereka.
Tak hanya pola pemasaran diri yang sudah kuno, narasi pemasarannya pun sangat standar. Kebanyakan iklan baliho yang tujuannya personal branding hanya berisi slogan-slogan slogan normatif dan "omong kosong" bahasa manis yang memuakkan.
Bila iklan-iklan semacam ini dipasang di wilayah pedesaan atau pinggiran kota, masih bisa dimaklumi karena masyarakat desa dan wilayah pinggiran belum sekritis masyarakat kota.Â
Tapi bila iklan personal branding dengan memakai baliho ini dipasang di kota dengan target masyarakat kota, itu sama saja dengan membakar biaya pemasaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H