Selain itu, tingkat penyampaian iklannya juga lebih terukur karena ada hitungan statistik dan parameter yang pasti.
 Dengan iklan digital, kita bisa menentukan sendiri target pemirsa yang kita inginkan secara profiling. Berdasarkan gender, penghasilan, pendidikan hingga geografis.
Sayangnya, sekalipun zaman sudah terdigitalisasi sedemikian rupa, masih banyak yang terjebak pemikiran sempit, sesempit ruang iklan baliho.Â
Mereka beranggapan dengan menyebar iklan baliho di mana-mana, masyarakat akan familiar dengan wajahnya dan simpati dengan profil mereka.
Tak hanya pola pemasaran diri yang sudah kuno, narasi pemasarannya pun sangat standar. Kebanyakan iklan baliho yang tujuannya personal branding hanya berisi slogan-slogan slogan normatif dan "omong kosong" bahasa manis yang memuakkan.
Bila iklan-iklan semacam ini dipasang di wilayah pedesaan atau pinggiran kota, masih bisa dimaklumi karena masyarakat desa dan wilayah pinggiran belum sekritis masyarakat kota.Â
Tapi bila iklan personal branding dengan memakai baliho ini dipasang di kota dengan target masyarakat kota, itu sama saja dengan membakar biaya pemasaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H