Demensia atau kepikunan, adalah satu-satunya jenis masalah kesehatan mental yang tidak bisa kita hindari. Setiap orang suatu saat akan pikun, seiring bertambahnya usia. Namun, para ahli menganggap demensia tidak dipengaruhi faktor usia.
Banyak orangtua lanjut usia masih memiliki otak yang tajam. Orang-orang berusia enam puluhan dan lebih tua yang otaknya secara misterius terlihat dan berfungsi seperti orang berusia dua puluhan. Sementara di satu sisi, banyak orang yang lebih muda usianya sudah mulai rutin lupa.
Tidak seperti anggota tubuh lain yang fungsinya mengalami penurunan seiring pertambahan usia, sel-sel otak kita terkadang berhenti bekerja tidak tergantung faktor waktu.Â
Koneksi antara pusat-pusat otak melemah, yang menyebabkan daya ingat dan kemampuan berpikir yang lebih buruk merupakan akar dari sebagian besar bentuk demensia. Satu jenis tertentu, demensia vaskular, disebabkan oleh stroke atau peristiwa lain yang membatasi aliran darah ke otak.
Terlepas dari kapan demensia itu dimulai, tanda-tanda awal demensia bisa tidak kentara dan sulit dibedakan dari melemahnya fungsi otak yang sesekali kita semua alami: lupa nama atau janji atau berjuang untuk menarik kata yang tepat yang kita tahu terkubur di suatu tempat di pikiran.Â
Faktor yang Memicu Timbulnya Demensia Sejak Dini
Meski begitu, baru-baru ini para ahli di dalam jurnal Stroke merinci daftar apa yang disebut "faktor risiko yang dapat dimodifikasi" untuk demensia. Beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya demensia sejak dini di antaranya adalah:
- Depresi
- Hipertensi
- Ketidakaktifan fisik
- Diabetes
- Kegemukan
- Hiperlipidemia (tingginya kadar lemak dalam darah)
- Diet yang buruk
- Merokok
- Isolasi sosial (kesepian)
- Penggunaan alkohol yang berlebihan
- Gangguan tidur
- Gangguan pendengaran
PPKM Berkelanjutan Bisa Mempercepat Gejala Demensia
Kalau kita lihat daftar faktor pemicu demensia tersebut, beberapa faktor dapat terjadi dan semakin meningkat risikonya saat kita berada dalam fase pembatasan aktivitas akibat adanya pandemi Covid-19. Ya, PPKM Level 4 atau apapun istilah yang nanti akan disematkan pemerintah dapat menyebabkan terjadinya demensia sejak dini.
Masa pandemi memunculkan masalah serius pada kondisi fisik dan psikis setiap orang. Kerja dari rumah, sekolah dari rumah, bahkan beribadah juga dianjurkan di rumah saja. Kita yang terbiasa beraktivitas di luar akhirnya harus menjalani gaya hidup sedentary life atau gaya hidup yang aktivitas fisiknya sangat terbatas. Dengan segala keterbatasan yang harus dijalani, kita juga cenderung mudah bosan hingga berujung pada stres berkepanjangan. Kondisi ini apabila tidak dikelola dengan baik bisa menimbulkan depresi.Â
Cara Mencegah Demensia Sejak Dini
Bagaimana cara mencegah demensia dini selama masa pandemi?
Tidak ada obat untuk demensia. Seiring dengan mengatasi faktor risiko di atas, penelitian terbaru menyarankan tiga cara yang solid untuk membantu mencegah atau setidaknya memperlambat terjadinya demensia.
1. Meningkatkan aktivitas fisik
Di antara langkah-langkah terpenting yang dapat kita ambil untuk menurunkan risiko demensia adalah meningkatkan aktivitas fisik - apapun kondisinya dan di manapun - sekarang menjadi lebih banyak lagi. Aktivitas fisik sedang, seperti berjalan kaki setiap hari, telah terbukti meningkatkan kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan, meningkatkan kualitas tidur, mengurangi gejala depresi, dan meningkatkan fungsi kognitif yang baik.
2. Menjaga otak tetap aktif
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menantang diri sendiri secara mental dapat membantu mempertahankan ingatan dan keterampilan berpikir yang baik. Menjaga otak tetap aktif dengan aktivitas seperti menulis surat, menjawab teka-teki, bermain kartu, atau membaca  dikaitkan dengan penundaan lima tahun dalam timbulnya gejala demensia.
3. Mengonsumsi bahan makanan yang mengandung flavonoid tinggi
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Neurology, para peneliti menemukan orang yang makan setidaknya setengah porsi per hari makanan tinggi flavonoid memiliki risiko penurunan kognitif 20% lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi sedikit.
Flavonoid adalah senyawa di dalam bahan makanan yang secara luas disebut-sebut sebagai antioksidan kuat yang dapat membantu menjaga pikiran tetap tajam.
"Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa flavonoid adalah pembangkit tenaga dalam hal mencegah kemampuan berpikir Anda menurun seiring bertambahnya usia," kata Willett, ahli nutrisi Harvard dan anggota tim studi. "Hasil kami menarik karena menunjukkan bahwa membuat perubahan sederhana pada diet Anda dapat membantu mencegah penurunan kognitif."
Makanan berflavonoid tinggi adalah bahan makanan yang punya warna-warni cerah: apel, blackberry, blueberry, seledri, ceri, jeruk bali, jeruk, pir, paprika, dan stroberi.Â
Efek perlindungan yang paling kuat datang dari buah-buahan dan sayuran berwarna kuning dan oranye, yang mengandung tingkat tinggi flavonoid tertentu yang disebut flavon.Â
Jadi, apapun kondisi yang kita alami sekarang ini, apakah nanti PPKM bakal terus dilanjutkan sampai sinetron Ikatan Cinta berakhir, tetaplah menjalani pola hidup sehat.Â
Rutin menjalani aktivitas fisik sekalipun hanya di rumah saja, melatih keterampilan mental agar otak tidak tumpul dan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Tidak lupa, perbanyak ibadah untuk menenangkan jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H