Bendera putih berkibar di mana-mana.
Pengumuman dari masjid terdengar silih berganti.
Sirine ambulan meraung-raung setiap jam.
Kerabat, tetangga, teman di perantauan yang hanya bisa tahu kabarnya dari grup media sosial, silih berganti terdengar kabar kematiannya.
Entah besok lusa bisa jadi kabar itu berasal dari rumah kita sendiri.
Ini bukan lagi musim virus. Tapi sudah seperti musim kematian. Tidakkah kita bisa mengambil pelajaran darinya?
Pelajaran demi pelajaran terpampang dengan jelas di depan mata dan telinga kita, tapi kita tak kunjung memetik hikmahnya.
Jika dengan situasi ini tidak dapat menjadikan kita semakin mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, rasanya benar-benar keterlaluan.
Mungkin Sang Pencipta akan berkata, "Wahai Manusia, harus dengan cara bagaimana lagi agar kalian mendekat kepada-Ku?
Haruskah kutimpakan musibah yang lebih berat lagi, agar kau menjauhi kemaksiatan dan berlari menuju ke arah-Ku?
Harus bagaimana lagi agar Aku-lah yang menjadi satu-satunya tempat untukmu kembali?
Bukankah kau selalu berkata dalam setiap ibadahmu, hanya Aku yang kau sembah dan hanya kepada-Ku dirimu meminta pertolongan?
Tapi, pelajaran yang kuturunkan kepadamu tak kunjung membuatmu mendekat kepadaku."
Kematian adalah hal yang pasti datang, terlepas dari adanya pandemi Covid-19 yang kian hari kian meningkat. Tak ada yang tahu kapan malaikat maut akan datang mencabut nyawa. Layaknya anak panah yang tak pernah melesat, begitu juga kematian. Ia akan datang pada siapa saja meski orang tersebut menghindarinya. (Ali Imran: 185)
Dan tiada seorang jiwa pun yang mengetahui di belahan bumi manakah ia akan mati (Luqman: 34).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H