"Rezeki adalah semua (apa-apa) yang bermanfaat (dimanfaatkan) oleh makhluk (yang diberi rezeki)." - Syaikh Abdullah Al- Fauzan dalam kitab Hushulul Ma'mul.
Jadi, dari penjelasan Syaikh Abdullah Al-Fauzan tersebut, yang dimaksud rezeki bisa jadi berupa:
- Anak-anak yang saleh
- Tetangga yang baik
- Rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah
- Mertua yang baik
- Rumah yang nyaman ditinggali
- Pekerjaan yang baik dan halal
- Atasan atau rekan kerja yang baik
- Teman-teman yang baik
- Kendaraan yang nyaman
- Kemudahan dalam segala urusan
Dengan konsep rezeki seperti ini, sepatutnya kita tak perlu iri dengan apa yang dimiliki orang lain.
Bisa jadi tetangga kita punya banyak harta, tapi belum dikaruniai keturunan.
Mungkin pula teman kita karirnya bagus, tapi anak-anaknya bandel.
Bisa jadi teman kita rumah tangganya terlihat sakinah, tapi mertuanya tidak suka dengannya.
Mungkin pula tetangga kita sepertinya selalu mudah mendapatkan rezeki, tapi dia sering menghadapi urusan harian yang sulit dan berbelit.
Inilah yang dimaksud dalam ayat bahwa Allah telah membagi-bagi rezeki. Ada yang kaya dan ada yang miskin, karena Allah lebih tahu yang terbaik bagi hamba-Nya (QS Al-'Ankabuut: 62).
Kesimpulannya, ungkapan "banyak anak banyak rezeki" tergantung dari bagaimana kita memandang rezeki itu. Kalau kita memandang rezeki itu hanya dari sudut pandang harta kekayaan, bisa jadi banyak anak malah akan mempersempit rezeki harta kita karena kurangnya rasa syukur kita kepada Allah Swt.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H