Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Awas, Favoritisme Memicu Lingkungan Kerja Beracun

24 Mei 2021   08:27 Diperbarui: 30 Mei 2021   09:00 1542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecewakan mereka yang ingin melihatmu gagal di tempat kerja (CNBC Indonesia)

Singkat cerita, saya akhirnya berhasil mencatatkan nilai penjualan tertinggi. Sungguh, itu merupakan salah satu momen paling berarti bagi saya karena prestasi itu dapat saya raih dengan bersih, tanpa bantuan dari pihak-pihak luar.

Meski begitu, prestasi yang saya capai masih membuat saya dipandang sebelah mata. Saya masih belum masuk dalam kelompok karyawan favorit yang berhak mendapatkan akses kemudahan, sekalipun saya sendiri tidak pernah berharap menjadi karyawan favorit.

Saya pun mulai merasa tidak betah. Bekerja di lingkungan seperti ini membuat karir saya berjalan di tempat. Akhirnya saya pun mulai mencari informasi lowongan kerja yang baru, sembari tetap bekerja sebaik-baiknya di tempat kerja saat itu.

Pada tahun ketiga, saya mendapat panggilan wawancara kerja dengan tawaran bekerja di luar pulau. Setelah berdiskusi dengan istri, saya akhirnya menerima pekerjaan tersebut. 

Waktu itu yang saya pikirkan adalah bagaimana secepatnya meninggalkan lingkungan kerja saya yang beracun itu, dan mengawali karir lagi di tempat yang baru.

***

Di lingkungan kerja, bisa jadi ada rekan yang merasa tersaingi. Bisa jadi ada kawan di lain departemen yang merasa terancam posisinya. Bisa jadi ada kawan baik yang terprovokasi sehingga melihat kita sebagai batu sandungan yang harus disingkirkan. 

Mereka semua menginginkan kita gagal. Lingkungan kerja kita jadi beracun, membuat kita merasa tidak nyaman hingga seringkali berujung pada terhambatnya karir dan prestasi kerja.

Kata Joker, "Disappoint them!" Kecewakan mereka dengan membuktikan bahwa kita bisa meretas jalan menuju kesuksesan.

Apabila kita sudah berprestasi namun masih juga dipandang sebelah mata, maka tinggal pilihan terakhir yang kita miliki: meninggalkan pekerjaan dan karir yang stagnan itu untuk kemudian mencari peluang dan kesempatan kerja yang lebih baik.

Ibarat kata selalu ada ikan lain di laut, hal yang sama berlaku di tempat kerja. Saat kita merasa lingkungan kerja beracun dan pekerjaan yang sekarang tidak mendukung perkembangan karir, carilah padang rumput yang lebih hijau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun