Seorang pemburu pergi ke hutan dengan membawa parang, busur dan tombak. Dalam angannya dia berkhayal bisa membawa hasil buruan yang paling besar, yaitu seekor rusa.
Kali ini, pemburu itu ingin menggunakan cara lain saat berburu. Dia tidak menggunakan anjing untuk melacak jejak dan menggiring binatang buruan. Dia juga tidak memakai jebakan jaring penyerat. Untuk memastikan hewan buruannya bisa tertangkap, dia menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan.
Tidak lama ia menunggu, seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon kecil tepat di depan si pemburu. Seandainya dia mengayunkan parang atau memukul kelelawar itu dengan gagang tombaknya, dia kemungkinan besar bisa mendapatkan kelelawar tersebut. Tetapi si pemburu berpikir, "untuk apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apalah artinya kelelawar itu dibanding dengan rusa besar yang saya incar?"
Tidak lama berselang, seekor kancil kecil melintas di depannya. Kancil itu sempat berhenti di depannya bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya. Namun si pemburu itu tetap tidak bergerak. Kembali ia berpikir, "Ah, hanya seekor kancil kecil, tidak cukup untuk dimakan, sia-sia kalau aku memburunya." Kancil pun melenggang pergi dengan santainya.Â
Setelah agak lama si pemburu menunggu, tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang mendekat. Si pemburu mulai siaga penuh. Dipegangnya gagang tombak dengan erat, siap untuk dilemparkan. Matanya menatap tajam ke arah datangnya suara langkah kaki.
Tetapi, binatang yang ia tunggu itu ternyata kijang. Sambil menghela nafas kecewa, pemburu itu membiarkan kijang berlalu begitu saja.
Sampai lama si pemburu menunggu, tetapi tidak ada rusa yang lewat. Diiringi semilir angin hutan yang sepoi-sepi, pemburu itu pun tertidur.
Matahari hendak beranjak ke peraduan, seekor rusa besar lewat di depan pohon tempat si pemburu tertidur. Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu, lalu kakinya tanpa sengaja menginjak kaki pemburu.
Langsung saja pemburu itu terbangun. Ketika matanya melihat kepala rusa yang besar di depannya, seketika ia berteriak, "Rusa!"
Alhasil, rusa itu kaget dan langsung lari sekencang-kencangnya sebelum si pemburu meraih tombaknya. Dengan hati kecewa, pemburu itu pulang ke rumah tanpa membawa apa-apa.
***
Lebih Baik Dijodohkan daripada Tidak Mendapat Jodoh
Dalam hal mencari jodoh, banyak orang mempunyai prinsip seperti si pemburu dalam cerita di atas. Mereka berpikir yang tinggi-tinggi, hingga tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil yang semestinya bisa mereka peroleh dilewatkan begitu saja.Â
Mereka tak mau dan tak pernah berpikir bahwa mungkin dalam kesempatan kecil itu mereka dapat memperoleh sesuatu yang berharga. Tidak jarang orang orang seperti itu menelan pil pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa.
Demikian juga dengan seseorang yang mengidamkan pasangan hidup, yang mengharapkan seorang gadis cantik atau perjaka tampan yang alim, baik, pintar dan sempurna lahir dan batin, harus puas dengan tidak menemukan siapa-siapa.
Bagi lelaki, mereka mengharapkan dapat pasangan seorang wanita yang lemah lembut, perhatian dan cantik, punya badan bagus, mandiri dan bisa mencari uang sendiri tanpa harus merepotkan sang suami. Selain itu juga dapat mengasuh anak, menjaga rumah tangga, hormat pada orang tua, dan baik hati pada semua anggota keluarga.
Begitu pula dengan wanita, pinginnya mendapatkan seorang lelaki yang tampan dan tubuhnya atletis, sabar dan penyayang. Selain itu juga punya harta banyak, tegas, soleh dan dapat menjadi imam yang baik.
Pertanyaannya, apa ada orang yang memiliki semua sifat baik itu dalam satu pribadi? Jawabannya kita sudah tahu: tidak ada!
Baik buruknya suami atau istri, sempurna atau tidaknya pasangan kita, tergantung pada diri kita masing-masing. Kalau kita menginginkan pasangan yang punya kelebihan, kita harus menerima segenap kekurangannya. Kalau kita dapat menerima impiannya, kita juga harus menerima masa lalunya.
Jodoh memang benar di tangan Tuhan. Namun sebagai manusia, kita wajib berikhtiar mencarinya. Jika kita sudah berusaha namun belum juga mendapat pasangan yang kita damba, mengapa tidak minta dijodohkan saja? Lebih baik dijodohkan daripada tidak mendapat jodoh, seperti si pemburu yang harus pulang dengan tangan hampa karena melewatkan kesempatan-kesempatan kecil di depan mata.
Terlepas dari seberapa cocok kita dengan pasangan yang hendak dijodohkan itu, penting bagi kita dan pasangan untuk memiliki kesamaan visi pernikahan. Di jalan panjang di depan pernikahan kita, ada rumput tebal yang nyaman hingga onak berduri yang tajam.Â
Jalan pernikahan tidak selalu mulus, itu sebabnya dalam mengarungi dunia baru bersama pasangan, pastikan kita berjalan ke arah yang sama, bukan bertolak belakang. Dan itu semua tidak bisa kita lalu hanya bermodalkan cinta belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H