Sebaliknya, bila ada pembaca yang karena tulisan kita dia berbuat keburukan, kita juga ikut menanggung dosanya. Jika ada pembaca yang tersinggung dengan tulisan kita, sama halnya kita menyinggung perasaannya secara langsung.
Ada ungkapan dalam bahasa Arab yang bunyi dan artinya sebagai berikut:
Al kharfu yabqo ba'dal mauti syaahidan, faaktub bikaffika ma taroohu jamiila
 "Huruf yang kamu tulis itu akan tetap ada sebagai saksi walaupun kamu sudah mati. Maka tulislah dengan tanganmu hal-hal yang kamu lihat baik"
Ungkapan tersebut sejalan dengan dua hadis berikut ini:
Rasulullah Saw bersabda,Â
"Barangsiapa mengajak kepada petunjuk (kebaikan), baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak akan berkurang dari pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa mengajak kepada kesesataan, atasnya dosa seperti dosa-dosa orang yang mengekornya, tidak berkurang dosa-dosa mereka sedikitpun." (HR. Muslim, At-Tirmizi, dan Ibnu Majah)
Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda,Â
"Siapa yang menyampaikan satu ilmu dan orang membaca dan mengamalkannya maka dia akan beroleh pahala walaupun sudah tiada." (HR.Muslim)
Imam An-Nawawi menjelaskan dalam kitab Sarah Muslim, Maktabah Syamilah bahwa dua hadis sejenis tersebut merupakan motivasi untuk memprakarsai perkara-perkara yang baik sekaligus keharaman menginspirasi perkara-perkara buruk. Siapapun yang menginspirasi orang lain untuk kebiasaan yang baik, ia pasti akan mendapat pahala seperti pahala-pahala orang yang terinspirasi olehnya sampai hari kiamat. Demikian pula sebaliknya dengan hal-hal yang buruk.
"Inspirasi di sini baik di masa hidup atau sesudah mati," pungkas beliau.