Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Harusnya "Quarter Life Creative", Bukan "Quarter Life Crisis"

15 Mei 2021   07:28 Diperbarui: 16 Mei 2021   19:31 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bimbang. (sumber: unsplash.com/@ante_kante)

Omong Kosong Quarter Life Crisis

Kata orang, usia 25 tahun itu fase di mana kita mengalami Quarter Life Crisis (QLC), krisis kehidupan seperempat abad. 

Konon saat mencapai usia 25 tahun kita dilanda banyak kebingungan: bingung mau apa, bingung mau kerja apa, bingung bagaimana jodoh kita nanti, bingung memikirkan besok bagaimana. 

Pokoknya bingung dengan masa depan kita. Inilah fase di mana kita bingung dengan diri kita sendiri.

Menurut penafsiran generasi milenial, fenomena ini wajar dan melanda setiap umat manusia yang menginjak usia 25 tahun.

Kalau Quarter Life Crisis diartikan kebingungan dengan proyeksi masa depan, atau masa-masa di mana kita bingung dengan diri kita sendiri, sebenarnya tanpa perlu menunggu usia 25 tahun pun kita setiap hari sudah bingung. Benar kan?

Contohnya nih, aku dulu lulus kuliah di usia 22 tahun. Ketika itu aku pun sudah bingung dan hampir setiap hari overthinking: mau kerja apa setelah lulus kuliah? Bagaimana bila aku tidak juga mendapat pekerjaan? Apa kata orangtua jika mereka tahu aku masih menganggur?

Dan, salah satu kebingungan utamaku saat itu adalah: Bagaimana dengan jodohku nanti?

Nah kan. Bahkan sebelum usia 25 tahun pun aku sudah mengalami apa yang disebut generasi sekarang ini Quarter Life Crisis.

Makanya, aku jadi bingung sendiri dengan apa yang disebut Quarter Life Crisis ini. Memangnya siapa sih yang pertama kali mematok usia 25 tahun mesti mengalami kebingungan arah hidup? Kayaknya hanya opini sambil lalu saja.

Yang menelurkan tren ini juga kupikir mainnya kurang jauh. Iya, karena menurutku apa yang disebut Quarter Life Crisis itu sebenarnya omong kosong alias tidak ada. Setiap orang menghadapi krisis kehidupan masing-masing di usia yang berbeda, tidak harus pada usia 25.

Krisis Kehidupan Terjadi Setiap Saat

Istilah Quarter Life Crisis cenderung negatif, lebih baik kita ganti dengan Quarter Life Creative (ilustrasi: dribble.com)
Istilah Quarter Life Crisis cenderung negatif, lebih baik kita ganti dengan Quarter Life Creative (ilustrasi: dribble.com)
Sampai sekarang aku belum menemukan penelitian ilmiah yang menunjukkan berapa persen populasi penduduk bumi yang mengalami kebingungan di usia 25 tahun, lalu berapa persen yang mengalami kebingungan hidup di usia sebelumnya atau sesudahnya. 

Dan jangan lupa, sertakan pula parameter atau indikator pasti, hal-hal yang dianggap membingungan hingga kita layak disebut mengalami Quarter Life Crisis.

Krisis kehidupan itu terjadi ketika kita menghadapi situasi yang sangat sulit dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kapan terjadinya krisis kehidupan ini? Ya setiap saat lah. Tidak harus menunggu usia 25 tahun.

Lebih jauh lagi, kalau kita pikirkan lebih mendalam apa yang kita sebut krisis kehidupan itu terjadi karena kita menganggap hidup ini begitu rumit. Kita terlalu romantis sama kehidupan.

Dan yang membuatnya semakin berat adalah, kita menjadikan standar hidup orang lain sebagai standar hidup kita sendiri. Yang menghambat kita dalam menyikapi risiko dan pilihan dalam hidup adalah karena kita memaksakan standar orang lain masuk untuk hidup kita.

Ya memang tidak salah sih kalau kita ingin meniru apa yang sudah dicapai orang lain, terutama dalam hal kesuksesan. Siapa di dunia ini yang tidak ingin sukses?

Tapi ketahuilah kawan, kemampuan setiap orang itu berbeda. Kekuatan mental setiap orang dalam menyikapi dan menghadapi krisis kehidupannya juga berbeda-beda. 

Ada yang tenang dan bijak, ada pula yang panik dan bingung setengah mati. Nah, mungkin yang terakhir inilah termasuk dalam golongan orang yang menganggap dirinya terkena Quarter Life Crisis. 

Harusnya Quarter Life Creative, Bukan Quarter Life Crisis

Istilah Quarter Life Crisis juga cenderung mengarah pada pemikiran negatif. Lebih baik, kita ganti dan kita populerkan saja istilah baru, Quarter Life Creative.

Mengapa?

Kalau usia 20 tahunan, atau menurut standar generasi sekarang usia 25 banyak orang bingung menentukan arah hidup, menurutku justru pada usia itulah kita sedang dalam masa puncak kreativitas. Termasuk kreatif mengatasi persoalan hidup.

Dalam hidup, Tuhan kan memberi kita pilihan dalam menjalaninya. Pilihan hidup ini tentunya harus sesuai dengan pedoman agama.

Setiap hari kita diberi lembaran kertas baru yang putih bersih, agar kita bisa menuliskan jawaban-jawaban dari pilihan hidup kita. Kalau ada kesalahan, ya kita perbaiki selagi ada kesempatan untuk memperbaikinya. Nah, inilah yang dinamakan kreatif mengatasi persoalan hidup.

Hakikatnya, fase bingung dan hidup seperti tanpa arah, itu bukan Quarter Life Crisis. Itu tentang diri kita sendiri yang takut mengambil keputusan, dan takut keputusan yang kita ambil menjadi omongan orang.

Solusinya bagaimana?

Kalau bingung harus"apa", carilah "siapa". Menurut agama saya sih sederhana. Ambil keputusan yang menurut kita terbaik, berusaha sebaik mungkin, lalu serahkan urusannya kepada Sang Sutradara Kehidupan. Seperti Nabi Musa ketika beliau a.s memilih meninggalkan negerinya demi menghindari kejaran tentara Firaun. Dia serahkan konsekuensi dari pilihannya kepada Tuannya, dengan sebuah doa yang sederhana,

"Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan KEBAIKAN yang Engkau turunkan padaku." 

Coba deh kamu amalkan doa Nabi Musa a.s itu, setiap kali kamu menghadapi dilema mengambil keputusan atau pilihan hidup. Insyaallah, apa pun yang kamu pilih, kamu akan diberi KEBAIKAN dalam menjalaninya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun