Suatu hari, Udin mendapati temannya Amir sedang gundah.
"Mukamu kok kusut begitu, ada apa sih?" tanya Udin.
"Bagaimana tidak kusut, aku lagi pusing berat, Din," jawab Amir lesu.
"Coba cerita, Mir. Siapa tahu aku bisa membantumu."
Setelah menghela nafas panjang, Amir pun bercerita. Sudah seminggu anaknya sakit dan dirawat inap di rumah sakit. Untuk biaya pengobatan dan perawatan, memang sudah ditanggung oleh BPJS. Namun ada beberapa obat yang tidak masuk dalam tanggungan dan harus ditebus sendiri. Padahal obat ini yang paling penting dan tidak bisa diganti obat lainnya.
"Kamu tahu sendiri Din, penghasilanku dari ngojek online berapa. Kadang hanya cukup buat makan sehari-hari. Kemarin dokter sudah mewanti-wanti untuk segera menebus obatnya agar anakku lekas sembuh. Tapi mau ditebus pakai apa?"
Mendengar cerita sahabatnya, Udin terdiam. Dia ingin sekali membantu, tapi apa daya dia justru sedang kesulitan keuangan juga. Tabungannya habis untuk melunasi hutangnya di bank.
Namun didorong keinginan membantu teman baiknya itu, Udin punya rencana sendiri.
"Jangan khawatir, Mir. InsyaAllah ada jalan dan kemudahan. Aku pergi dulu ya, ada keperluan penting. Besok kita ketemu, mudah-mudahan kekhawatiranmu segera hilang dan Allah menolong kita semua."
Tanpa sepengetahuan Amir, Udin pergi menemui Budi, salah seorang sahabat baiknya yang dia tahu punya kelebihan rezeki. Usaha kateringnya maju pesat, bahkan sampai membuka cabang di beberapa kota terdekat.
Setelah bertemu, Udin langsung mengutarakan maksudnya, "Bud, aku mau utang  1 juta. Uang itu nanti aku sedekahkan ke Amir yang sedang butuh biaya untuk menebus obat anaknya. Kamu jangan menagih ke Amir lho ya, hutang ini tetap aku yang menanggungnya."
Mendengar akad hutang yang sedikit aneh ini, Budi setengah memaksa Udin bercerita dengan jujur. Setelah mendengar penuturan Udin, Budi menolak mengutangi Udin. Sebaliknya, ia menyedekahkan uang 1 juta kepada Udin, agar Udin dapat menyedekahkan kembali uang itu kepada Amir. Selain itu, Budi juga memberi sedekah lagi kepada Amir untuk tambahan biaya pengobatan anaknya.Â
***
Kawan, pernahkah kita bersedekah saat kesusahan, seperti yang dilakukan Udin?
Jujur saja, saya sendiri belum pernah. Saat kesusahan, kita cenderung memikirkan keadaan diri kita sendiri, alih-alih mencoba membantu teman atau kerabat yang lebih susah lagi dan lebih membutuhkan bantuan.
Sedekah saat berkecukupan itu biasa, sedekah saat kita susah itu luar biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H