Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Segar Artikel Utama

Yuk Detoks Emosi dengan Cara Islami

19 April 2021   09:49 Diperbarui: 21 April 2021   17:30 3270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa yang disarankan para ahli psikologi tentang detoks emosi sudah lebih dulu disampaikan Rasulullah Saw (Ilustrasi: Shutterstock)

Seminggu menjelang puasa Ramadan, istilah Emotional Detox atau Detoks Emosi mendadak ramai diperbincangkan dalam acara-acara webinar. Pakar-pakar dibidang psikologi diundang menjadi pembicara, lengkap bersama influencer-influencer media sosial.

Baru beberapa hari puasa Ramadan berjalan, detoks emosi kembali diperbincangkan sehubungan dengan peristiwa penganiayaan. Christina Ramauli Simatupang, perawat RS Siloam Sriwijaya Palembang dianiaya Jason Tjakrawinata yang marah lantaran mencabut selang infus anaknya yang sedang dirawat.

Emosi adalah salah satu anugerah hidup. Karena ada emosi itu pula kita diciptakan sebagai manusia, bukan malaikat yang bebas emosi dan hawa nafsu.

Ketika kita memiliki hubungan yang sehat dengan pengalaman emosional kita, kita dapat menghargai apa yang ditawarkan masing-masing emosi tersebut, dari kesedihan hingga kegembiraan. 

Namun, jika emosi itu dilakukan secara berlebihan, atau dengan kata lain kita bereaksi berlebihan terhadap sebuah situasi, keadaan ini membuat keseimbangan emosi kita terganggu. Mental kita menjadi tidak sehat. Inilah saatnya kita mempertimbangkan pembersihan emosional atau detoks emosi.

Apa yang dimaksud Emotional Detox atau Detoksifikasi Emosional?

Dikutip dari psychcentral.com, Sherianna Boyle, profesor psikologi dan penulis buku laris Emotional Detox mengatakan, emotional detox atau detoksifikasi emosional merupakan upaya untuk menghilangkan emosi yang mengganggu untuk menjaga kesehatan mental dan kesehatan tubuh kita secara keseluruhan agar tetap baik.

Senada dengan Boyle, Barbara Ford Shabazz, direktur program psikologi di South University Savannah, Georgia dan pendiri Intentional Activities dalam artikel di thehealthy.com menggambarkan detoksifikasi emosional sebagai keterlibat diri dalam perilaku dan aktivitas untuk "menghilangkan emosi yang secara langsung mengganggu pemeliharaan kesehatan mental yang optimal dan terikat untuk kesehatan fisik kita."

Ya, sebagaimana tubuh yang harus dibersihkan dari zat-zat beracun yang dapat mengganggu kesehatan tubuh, mental atau jiwa kita juga harus dibersihkan dari rangkaian emosi yang mengganggu atau berlebihan. Bagaimana caranya?

Gagasan di balik detoksifikasi emosional, menurut Sherianna Boyle, bukanlah untuk melepaskan tubuh kita dari apa yang mungkin kita anggap emosi negatif.  Melainkan untuk membersihkan emosi yang mandek dan macet, sehingga kita dapat bebas memroses dan mengalami semua pengalaman emosional.

Emosi bisa macet karena trauma, keterikatan yang tidak sehat (terlalu berlebihan, seperti cinta buta atau dendam membara), atau penolakan terhadap emosi tertentu (mengingkari perasaan tertentu karena beranggapan tidak baik).

Sama seperti pembersihan fisik dapat membantu kita mencerna makanan dengan lebih baik, pembersihan emosional dapat membantu kita mencerna pengalaman emosional dengan sewajarnya.

"Menariknya, saat kita mencerna seluruh emosi kita, kemampuan kita untuk berempati dengan orang lain, tanpa berubah reaktif, semakin meningkat," tulis Sherianna Boyle dalam bukunya.

Sebelum melakukan detoks emosi, Sherianna Boyle menyarankan agar tubuh fisik kita ikut mendukung pembersihan mental. Olahraga ringan, tidur yang cukup, makan bersih (konsep diet dengan menghindari makanan olahan), tetap terhidrasi, membatasi alkohol dan kafein ditawarkan Boyle sebagai langkah persiapan sebelum detoks emosi.

Tahapan Detoks Emosi

Secara singkat, detoks emosi dilakukan dalam tiga langkah:

Mengetahui pemicu emosi

Bagian penting dari langkah ini adalah memperhatikan apa yang memicu emosi tertentu, dan dalam hal apa kita menjadi sangat reaktif dalam hidup. Setelah menemukan penyebabnya, Boyle menyarankan untuk menenangkannya dengan cara olahraga, doa, yoga, pelukan atau tawa.

Melihat ke dalam diri sendiri

 "Proses mencari ke dalam," tulis Sherianna Boyle, "adalah tentang menjembatani kesenjangan, berdiri untuk pengganggu (ego) batin Anda, dan membiarkan diri Anda merasakan getaran sambil membiarkan diri Anda sendiri menerima berkat dari emosi mentah Anda."

Cara untuk menciptakan jembatan di antara keduanya adalah dengan menciptakan dialog yang sehat dengan tubuh Anda, memperhatikan sensasi tubuh Anda sebagai umpan balik untuk penyelidikan diri yang penuh hormat.

Mengeluarkan emosi

Sherianna Boyle menulis, "proses emisi bukan tentang menghilangkan reaktivitas tetapi mengubahnya menjadi sesuatu yang baru." Dia menawarkan suara "hum" yang dilepaskan dalam suara yang panjang dan lambat sebagai cara untuk melepaskan sensasi reaktif dan menciptakan "rasa aman, stabilitas, dan kekuatan". 

Apa yang disarankan para ahli psikologi tentang detoks emosi sudah lebih dulu disampaikan Rasulullah Saw (Ilustrasi: Shutterstock)
Apa yang disarankan para ahli psikologi tentang detoks emosi sudah lebih dulu disampaikan Rasulullah Saw (Ilustrasi: Shutterstock)

Puasa, Cara Islami Detoks Emosi

Sebenarnya, apa yang disarankan Sherianna Boyle dan banyak ahli psikologi maupun pakar kesehatan mental sudah diajarkan terlebih dulu oleh Rasulullah Saw. Untuk mengatasi ledakan emosi, sehingga mental dan keadaan jiwa kita menjadi sehat, Rasulullah Saw menyarankan kita untuk berpuasa.

Rasulullah Saw bersabda, "Puasa adalah perisai. Oleh karena itu janganlah ia berkata dan bertindak cabul, janganlah ia berkata dan bertindak bodoh, dan janganlah ia berteriak-teriak emosional. Apabila seseorang mencelanya atau menantangnya berkelahi maka hendaknya ia berkata, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa,'" (HR. Bukhari).

Sederhana bukan?

Tak hanya untuk meredam emosi yang berlebihan, puasa juga dapat menghilangkan penyakit hati lho.

"Puasa di bulan kesabaran, dan tiga hari dari setiap bulan, akan menghilangkan penyakit di dada." (HR.Ahmad, Nasa'i, Abu Daud dan Al-Bazzar)

Bulan kesabaran maksudnya bulan Ramadan. Di bulan ini, selain segala berkah dan rahmat yang dicurahkan Allah untuk segenap kaum muslimin yang menjalankan ibadah puasa, juga digunakan sebagai ujian terhadap kesabaran kita. Ujian inilah yang nantinya bisa menghilangkan penyakit hati di dada.

Apa penyakit hati itu?

Banyak. Dengki, dendam, marah, murka, bohong, menipu, benci, sikap memusuhi, bisikan kotor dan jahat, mengadu domba. Pokoknya segala sifat jelek dari manusia itu penyakit hati.

Pingin detoks emosi dan menghilangkan penyakit-penyakit hati?

Gampang, berpuasalah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun