Sementara Imam Muslim meriwayatkan hadis yang sama dari Abu Hurairah dengan redaksi
Apabila tiba bulan Ramadhan terbuka pintu-pintu surga dan tertutup pintu-pintu neraka serta setan-setan pada terbelenggu (HR Muslim dari Abu Hurairah).
Ketiga hadis itu sama-sama bersumber dari Abu Hurairah. Meski redaksinya berbeda (terbukanya pintu langit, pintu surga dan pintu rahmat), makna ketiga hadis tersebut tidak bertentangan.
Pintu surga, itu juga yang disebut pintu langit, sebab langit dipahami sebagai yang tinggi, agung dan mulia. Puncak kemuliaan dan keagungan adalah surga. Demikian juga pintu Rahmat, maksudnya pintu surga, yakni puncak Rahmat Allah itu adalah terbukanya pintu surga.
Mengutip penjelasan Dr. H. Wajidi Sayadi, Ketua Komisi Fatwa MUI Kalimantan Barat di laman Facebook-nya, dalam kitab Irsyad al-'Ibad ila Sabil ar-Rasyad, ada kisah yang bisa memberi gambaran pada kita betapa istimewanya bulan Ramadan hingga patut kita rindukan:Â
Ada seseorang yang dalam kesehariannya bergelimang kemaksiatan dan lalai menjalankan kewajiban agamanya. Anehnya, perilakunya berubah 180 derajat saat di bulan Ramadan. Ketika tiba bulan Ramadan, orang ini begitu menghormati, sadar dan tobat. Ia jadi rajin puasa, salat lima waktu dan salat-salat sunah tak pernah ia lewatkan.
Tetangga dan teman-temannya pada heran dan bertanya kepadanya, ada apa ini, kok penampilannya berubah?
Orang itu menjawab, "Bulan ini adalah bulan tobat, bulan penuh rahmat, dan penuh berkah. Semoga dengan karunia-Nya Allah memaafkan segala dosa dan kesalahanku."
Tak lama sebelum Ramadan pergi, ia meninggal dunia. Seorang ulama besar dan berpengaruh kemudian bermimpi ketemu dengannya. Ulama ini pun bertanya, bagaimana sambutan Allah terhadapnya.
Orang itu menjawab, "Allah mengampuni dosa-dosaku karena aku menghormati bulan Ramadan."
Nah sekali lagi, adakah keistimewaan pengalaman rohani seindah Ramadan? Sangat layak apabila hati kita selalu merindu Ramadan. Bukan karena panganan khasnya, melainkan karena suasana spiritualnya yang penuh keberkahan.