Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Tirulah Cara Google dalam Menciptakan Nama Merek

10 April 2021   08:00 Diperbarui: 10 April 2021   08:19 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Google memberi pelajaran bahwa kita dapat menggunakan nama acak apa pun dan tetap berhasil (unsplash.com/Rajeshwar Bachu)

Perhatikan nama-nama berikut:

Chanel, Nike, Supreme, Chevrolet, Starbucks, McDonald's, Tesla, Coca-Cola, Apple, Microsoft, General Electric, Disney, Google, Pepsi, FedEx, 3M, Honda, Toyota, Yamaha, Hewlett Packard, Nokia, Blackberry, Colgate, Rolex, Kodak, Lacoste, Verizon, Virgin, National Geographic.

Ada yang panjang, ada yang pendek. Beberapa dinamai buah, beberapa dinamai orang. Beberapa nama diambil dari kata yang sudah ada, beberapa nama diciptakan dari awal.

Semua nama-nama yang saya sebutkan di atas adalah nama merek (brand) ternama. Nama yang sudah didaftarkan hak ciptanya, yang seandainya dijual lisensinya bernilai jutaan dolar.

Nike misalnya, merupakan salah satu nama merek paling ikonik sepanjang masa. Raksasa apparel olahraga ini mengambil nama mereknya dari nama dewi dalam mitologi Yunani kuno, Nike yang melambangkan kemenangan.

Sekelas dengan Nike, ada nama Google. Jika Nike mengambil langsung dari nama yang sudah ada, Google termasuk nama atau kata yang benar-benar baru.

Nama Google pada awalnya tidak berarti banyak - dan mungkin masih tampak aneh. Tetapi begitu nama Google lekat dan mapan dengan perusahaan, yang semula aneh menjadi familiar. Yang semula asing di telinga menjadi akrab sehingga tidak menjadi masalah sekalipun nama itu tidak memiliki arti apa-apa.

Ya, nama Google memang tidak memiliki arti. Meski begitu, proses penciptaan namanya banyak mengajarkan pada kita bagaimana cara membuat nama merek yang ikonik, yang lekat menempel pada produk perusahaan itu sendiri. Steven Levy dalam bukunya In The Plex membagikan rahasia dapur tentang asal-usul nama perusahaan triliun dolar yang mengubah cara spesies manusia mengakses informasi.

***

Awal Terciptanya Algoritma PageRank

Pada musim panas 1995, Larry Page, sarjana ilmu komputer Michigan University bertemu dengan Sergey Brin, sarjana ahli algoritma matematika lulusan Maryland University. Keduanya sama-sama hendak melanjutkan kuliah pascasarjana di Stanford University.

Pada masa itu, internet atau World Wide Web mengalami ledakan pengguna. Ribuan situs baru lahir setiap harinya.

Larry Page yang sedang mencari topik untuk tesis doktoralnya melihat sebuah fenomena menarik: bahwa jika seseorang melihat setiap komputer sebagai node, dan setiap tautan pada halaman web sebagai koneksi antara node, World Wide Web mungkin adalah grafik terbesar yang pernah dibuat, dan itu tumbuh dengan kecepatan yang berbahaya. Page juga menyadari bahwa tautan yang mengarah ke laman web akan memengaruhi hasil penelusuran.

Berdasarkan pengamatannya itu, Page lalu berinisiatif membangun sebuah peramban yang bisa memberi peringkat hasil penelusuran berdasarkan perilaku penautan. Untuk merancang algoritmanya, Page mengajak Sergey Brin, sahabat barunya. Algoritma ini diberi nama PageRank, sedangkan mesin perambannya (web browser) diberi nama BackRub.

Semakin Banyak Ditolak, Semakin Bersemangat Memperbaiki Produk

Saat internet mulai berkembang dengan sendirinya, orang-orang membutuhkan cara yang lebih baik untuk menelusurinya dan menemukan hasil yang relevan. Meskipun BackRub memberikan pengalaman yang jauh lebih baik -- lebih cepat dan lebih relevan -- kepada pengguna, Page dan Brin belum yakin bagaimana memonetisasi mesin telusur mereka. Keduanya lalu memutuskan untuk menjual BackRub kepada perusahaan lain yang sudah lebih dulu menciptakan mesin telusur.

Page dan Brin sempat menawarkan BackRub senilai 1 juta dolar ke Excite, perusahaan web portal yang didirikan Graham Spencer, Joe Kraus dan beberapa mahasiswa Stanford University. Namun CEO saat itu, George Bell menolak penawaran Page dan Brin.

Tak putus asa, Page dan Brin kemudian membawa produk mereka ke banyak perusahaan selama 18 bulan. Setiap kali itu pula mereka membawa cerita yang sama: terima kasih tetapi tidak, terima kasih.

Banyaknya penolakan justru membuat Page dan Brin semakin bersemangat untuk mengembangkan produknya. Page dan Brin percaya bahwa mesin pencari adalah masa depan internet. Keduanya akhirnya memutuskan untuk mendirikan perusahaan sendiri, alih-alih menjual produk mereka ke perusahaan lain.

Masalahnya, nama BackRub terdengar tidak meyakinkan dan kurang profesional. Page dan Brin membutuhkan nama baru untuk mesin pencari mereka yang lebih mirip nama bisnis.

Dari Whatbox ke Googol

Page dan Brin ingin nama merek produk mereka kelak akan lekat dengan fitur produk itu sendiri. Nama pertama yang datang adalah The Whatbox. Nama ini bisa menjelaskan secara lebih deskriptif tentang apa itu mesin telusur. Bilah penelusuran Google pada dasarnya adalah "kotak apa" yang sebenarnya. Namun, pengucapan Whatbox dinilai mirip dengan wet box (kotak basah, istilah yang mengacu pada organ genital wanita), dan tentu saja itu sangat buruk untuk citra produk mereka.

Teman sekamar Larry Page kemudian menyarankan agar mereka menyebut mesin telusur yang baru itu "googol". Ini adalah istilah matematika untuk angka yang diikuti dengan 100 angka nol. Googol yang juga sering disebut sebagai "googolplex" adalah kata untuk menggambarkan angka yang sangat besar.

Tanpa berpikir panjang, Larry Page dan Sergey Brin langsung mengangguk setuju. Nama "googol" dianggap sempurna dan bisa mencitrakan produk mesin telusur mereka dengan baik, karena jumlah yang luar biasa besar merupakan inti dari mesin pencari mereka.

Internet telah meledak, dan sekarang ada jutaan situs web dan milyaran halaman yang dapat dicari. Saat semua orang menyertakan semua gambar, dokumen, dan kombinasi halaman -- itu artinya berurusan dengan jumlah yang sangat besar: seperti googol. Inilah filosofi dari nama googol.

Akibat Salah Eja, Nama Google pun Tercipta

Dua sahabat ini lalu pindah ke garasi milik Susan Wojcicki, yang kelak menjadi CEO YouTube di Menlo Park, California. Larry Page kemudian mendaftarkan nama googol sebagai nama domain. Namun, sebuah insiden kecil akhirnya mengubah jalannya sejarah.

"Brin, apa nama mesin telusur yang akan kita daftarkan nama domainnya ini?" tanya Larry Page kepada Sergey Brin.

"Googol. Memangnya kenapa Page?"

"Bagaimana mengejanya, Brin?"

"Yaelah, masak mengeja kata googol saja tidak bisa. G-o-o-g-o-l," jawab Sergey Brin sedikit kesal.

Terdiam sejenak, Larry Page kemudian berkata,

"Maaf ya Brin. Waktu mendaftarkan nama domainnya, aku salah eja. Yang kutulis di formulir pendaftaran tadi G-O-O-G-L-E, bukan GOOGOL."

Ya, karena salah eja, nama mesin telusur itu pun berubah menjadi Google, bukan Googol seperti yang dimaksudkan semula. Namun, justru akibat insiden salah eja ini Larry Page dan Sergey Brin menuai kesuksesan yang luar biasa.

Pada periode awal tahun 2000-an, mesin pencari internet identik dengan Yahoo. Saat itu, Google hanya sekedar "remah-remah kecil biskuit". Namun berkat algoritma PageRank serta namanya yang unik , Google dengan cepat menjadi mesin pencari yang populer. Bahkan saking saktinya PageRank, Google menjadi pemasok utama mesin telusur Yahoo.

Google, adalah kata yang awalnya tidak ada. Nama Google juga terlihat lebih bagus, mudah diketik, dan sebagai kata baru, mengesankan.

Ada satu bagian teka-teki terakhir: membuat logo Google. Brin lalu mendesain beranda Google dan mengeja nama baru dengan warna berbeda untuk setiap hurufnya. Idenya adalah bahwa logo tersebut akan terlihat seperti dibuat dari balok anak-anak.

Sergey Brin ingin menyampaikan gagasan bahwa Google tidak terlalu mekanis atau serius. Google tidak akan menjadi perusahaan seperti industri yang hambar tetapi lebih pada sisi yang aneh. Karena saat itu mesin telusur identik dengan Yahoo, Brin pun ingin menduplikatnya. Logo pertama Google menyertakan tanda seru di bagian akhir, mirip dengan Yahoo!

Logo awal Google mirip dengan Yahoo! (Sumber: https://www.reachlocal.com)
Logo awal Google mirip dengan Yahoo! (Sumber: https://www.reachlocal.com)

Tip Menciptakan Nama Merek

Nama merek adalah pengidentifikasi utama dari setiap bisnis. Banyak perusahaan dan startup baru bersusah payah menemukan nama yang tepat untuk mewakili bisnis mereka. Banyak pebisnis dan founder startup menghabiskan sumber daya dan waktu di awal untuk mencari nama yang tepat, yang bisa mewakili filosofi perusahaan.

Namun berbeda dengan Larry Page dan Sergey Brin. Kedua pendiri Google ini memberi pelajaran bahwa kita dapat menggunakan nama acak apa pun dan tetap berhasil. Keduanya memilih untuk menyempurnakan produk terlebih dahulu, sebelum memberinya nama yang tepat. Bagi Page dan Brin, nama (dan logo merek) adalah potongan terakhir dari bisnis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun