Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

5 Alasan Suami Harus Diam Saat Istri Marah

2 April 2021   08:58 Diperbarui: 2 April 2021   09:00 2853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Khalifah Umar sangat memahami istri adalah wanita yang harus ia hormati dalam berumah tangga (pinterest/Syeda Kinza Kazim)

Dari tangan istrilah tunas itu tumbuh besar, kokoh dan kuat. Dari istri pula tunas itu mendapat pendidikan pertamanya.  Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Khalifah Umar bin Khatab r.a paham benar akan hal itu. 

Juru Masak Terbaik

Sepulang mencari nafkah, kebanyakan suami langsung bertanya, ada hidangan apa di meja makan. Suami seringkali tak mau tahu, betapa pusingnya istri di rumah memikirkan apa yang hendak dimasak hari ini.

Suami tak perlu memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. 

Tak pernah peduli betapa harga-harga bahan pangan melambung. Yang suami tahu hanya makan. Kadang bila tak tersedia makanan di meja, suami membentak istri, menyalahkannya tanpa mau tahu peningnya kepala istri mengelola uang yang tersedia.

Penjaga Penampilan

Lelaki bila sudah beristri suka lupa dengan penampilannya. Berbeda saat ia masih lajang, yang selalu menjaga penampilan agar bisa memikat hati wanita.

Beruntung pria yang sudah beristri, karena ia punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaiannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri.

***

Atas dasar lima peran inilah Khalifah Umar bin Khatab r.a kerap diam setiap kali istrinya marah. Umar tahu mungkin saat itu istrinya capek, jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. 

Umar tahu istrinya telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, Umar rela mendengarkan keluh kesah buah lelah.

Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji. Bukankah Islam mengajarkan pada kita para suami, agar memperlakukan istri dengan cara yang ma'ruf (baik)?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun