Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Catatan Amal Disetorkan di Malam Nisfu Sya'ban?

27 Maret 2021   20:04 Diperbarui: 27 Maret 2021   20:07 3482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak benar bila catatan amal disetorkan di malam Nisfu Sya'ban (ilustrasi diolah pribadi)

Setiap kali menjelang malam Nisfu Sya'ban, selalu ada broadcast yang berbunyi seperti ini:

Besok sudah masuk malam Nisfu Sya'ban. Sebelum buku catatan amal disetorkan, saya Fulan bin Fulan mohon maaf lahir dan batin.

Atau dengan narasi yang berbeda, tapi pada intinya sama: bahwa pada malam Nisfu Sya'ban catatan amal manusia disetorkan dan mohon maaf atas setiap kesalahan.

Benarkah isi broadcast tersebut? Apakah catatan amal manusia selalu disetorkan setiap malam Nisfu Sya'ban?

Dalam kalender tahun Hijriah, yang dimaksud malam Nisfu Sya'ban adalah malam pertengahan bulan Sya'ban. Adanya broadcast tentang keutamaan malam Nisfu Sya'ban karena saat itu catatan amal manusia disetorkan berawal dari kesalahpahaman umat dalam memaknai hadis berikut:

Dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya kepada Rasulullah Saw, "Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana anda berpuasa di bulan Sya'ban?"

Rasulullah Saw bersabda, "Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.'" (HR. An Nasa'i 2357, Ahmad 21753, Ibnu Abi Syaibah 9765 dan dinilai hasan).

Perhatikan redaksi hadis tersebut. Rasulullah tidak menyebut atau menentukan di tanggal berapa atau malam apa catatan amal manusia dilaporkan. Rasulullah Saw hanya mengabarkan bulan Sya'ban adalah bulan yang sering dilalaikan, padahal di bulan ini amal-amal diangkat menuju Rabb semesta alam. Untuk itu, Rasulullah memperbanyak amal ibadah terutama puasa agar ketika amal beliau diangkat, Rasulullah dalam kondisi berpuasa.

Jadi, siapa pun yang beranggapan umat Islam dianjurkan memperbanyak ibadah di malam Nisfu Sya'ban, atau memohon maaf atas setiap kesalahan, dengan dasar bahwa catatan amal dilaporkan di malam Nisfu Syaban, maka dia harus mendatangkan dalil. Tanpa dalil, berarti dia menebak perkara gaib. Dan tentu saja, pendapatnya wajib ditolak.

Konteks dari hadis di atas adalah, hendaknya kita memperbanyak amal ibadah di bulan Syaban, tidak saja karena di bulan ini amal ibadah kita diangkat menuju Allah. Melainkan juga sebagai latihan sebelum datangnya bulan suci Ramadan. Bulan di mana umat Islam diwajibkan berpuasa satu bulan penuh.

Ibaratnya kita mengikuti perlombaan lari maraton. Jika kita tidak pernah latihan lari jarak jauh sebelumnya, tentu kita akan kepayahan sebelum mencapai garis finish.

Puasa di bulan Ramadan juga seperti itu. Jika kita tidak pernah berlatih, dan ujug-ujug langsung berpuasa satu bulan penuh, tentu kita merasa berat. Tengok saja, berapa banyak yang bisa berpuasa satu bulan penuh? Berapa banyak yang mampu menahan godaan untuk tidak berperilaku konsumtif selama bulan Ramadan?

Begitu pula dengan ibadah-ibadah lainnya. Jika kita sudah berlatih membaca Al-Quran, di bulan Ramadan nanti kita tidak akan merasa berat untuk tadarus Al-Quran. Jika kita sudah berlatih sedekah, di bulan Ramadan nanti tangan kita akan terasa ringan saat bersedekah.

Inilah yang dimaksud Rasulullah, bahwa bulan Sya'ban adalah bulan yang sering dilalaikan. Keutamaan bulan Sya'ban, selain karena di bulan ini catatan amal diangkat, juga karena bulan ini adalah bulan latihan sebelum bulan suci Ramadan menanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun