Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Misteri Hotel Tertinggi di Dunia yang Tidak Berpenghuni

23 Maret 2021   08:15 Diperbarui: 23 Maret 2021   08:26 2506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guinness Book of Record memberi penghargaan pada hotel yang paling unik dan paling misterius ini sebagai: Hotel Tertinggi di dunia yang tidak berpenghuni.

Sedangkan majalah Esquire menyebut bangunan ini sebagai: Bangunan Terburuk dalam Sejarah Manusia.

Sebenarnya, bangunannya tidaklah seburuk yang disebut majalah Esquire. Bentuknya menyerupai piramida. Tinggi bangunannya 330 meter, terbagi menjadi 105 lantai dengan 3000 kamar.

Selain kamar tamu, hotel ini juga dilengkapi fasilitas klub malam, arena bowling dan lima restoran bertaraf internasional. Yang membuat hotel ini misterius dan mendapat julukan sebagai Bangunan Terburuk sepanjang sejarah adalah karena selama 30 tahun hotel ini tidak berpenghuni!

Bukan karena terdampak pandemi Covid-19. Bukan pula karena bangunannya mangkrak. Sejak dibangun pada 1987, hotel yang bernama resmi Ryugyong Hotel memang tidak pernah dibuka untuk umum.

Dari namanya, kita bisa menebak di mana lokasi hotel misterius ini. Yup, letaknya berada di kawasan Semenanjung Korea. Tapi, bukan di Korea Selatan, melainkan di Pyongyang, ibukota negaranya Kim Jong Un.

Mengapa Korea Utara, negara paling komunis yang tidak mengijinkan wisatawan asing leluasa berkunjung ke negara itu membangun hotel yang sedemikian besar dan megah lalu dibiarkan kosong tak berpenghuni?

Ryugyong Hotel, Proyek Mercusuar Korea Utara demi Menyaingi Korea Selatan

Tentu saja ada latar belakang khusus mengapa hotel itu sampai dibangun lalu dibiarkan terlantar. Untuk itu, kita harus menyusuri sejarah, kembali ke masa Perang Dingin, masa ketika dunia menyaksikan perlombaan pengaruh paham kapitalis melawan komunis.

Perang Korea pada 1950-an menyebabkan wilayah Semenanjung Korea terpecah menjadi dua negara: Korea Selatan yang didukung Amerika Serikat dan Korea Utara yang disokong Uni Soviet.

Sejak 1987, Korea Selatan berkembang menjadi negara demokrasi kapitalis. Negara itu menjadi sangat terbuka, dan ledakan pembangunan dimulai terutama di ibu kota, Seoul. Apalagi mengingat pada 1988 Seoul akan menjadi tuan rumah Olimpiade. Selain menjadi tuan rumah, efek kapitalisme membuat Korea Selatan perlahan berubah menjadi salah satu negara industri terkuat. Pada 1986, sebuah perusahaan Korea Selatan baru saja menyelesaikan pembangunan Westin Stamford Hotel di Singapura. Ketika itu Westin Stamford menjadi hotel tertinggi di dunia.

Melihat kesuksesan saudara tirinya, Korea Utara jadi iri. Agar dunia juga melihat ke arah mereka, negara yang saat itu dipimpin Kim Il Sung memutuskan untuk membuat dua proyek besar yang sangat ambisius: 

  • Pertama menjadi tuan rumah "Festival Dunia Pemuda dan Pelajar", semacam olimpiade alternatif antar negara-negara komunis.
  • Kedua, membangun hotel tertinggi di dunia, Ryugyong Hotel dengan 105 lantai. Hotel ini rencananya akan dibuka dan digunakan selama penyelenggaraan olimpiade alternatif pada 1989, setahun setelah olimpiade Seoul.

Pembangunan Ryugyong Hotel pun dimulai. Namun setelah itu, para insinyur Korea Utara sadar bahwa target waktu agar hotel itu bisa dibuka dan digunakan pada 1989 terlalu ambisius. Akhirnya rencananya berubah: Ryugyong Hotel harus selesai dan dibuka pada 1992, bertepatan dengan perayaan ulang tahun ke-80 pemimpin besar mereka, Kim Il-Sung. 

Runtuhnya Uni Soviet Membuat Pembangunan Ryugyong Hotel Terhenti

Waktu pun berjalan. Pada 1991, Uni Soviet runtuh usai presiden Mikhail Gorbachev menyerukan Glatsnots dan Perestroika. Paham komunis mulai ditinggalkan negara-negara boneka Uni Soviet. Bersama dengan itu, hilang sudah negara mitra dagang utama dan penyokong Korea Utara. Krisis ekonomi mulai terjadi.

Pada 1992, konstruksi Ryugyong Hotel sudah berdiri megah setinggi 305 meter. Namun hotel itu belum bisa digunakan. Jendela-jendela belum terpasang dan masih banyak bagian dalam hotel yang belum dipoles dan dibiarkan begitu saja akibat kelangkaan material. Padahal saat pembangunannya sudah menghabiskan biaya sekitar US$ 750 juta, setara dengan 2 persen PDB Korea Utara.

Sejak itu, praktis selama 16 tahun berikutnya pembangunan Ryugyong Hotel terhenti. Dari jauh bangunan ini seperti cangkang raksasa tanpa jendela. Dari tahun 1992 hingga 2008, Ryugyong Hotel berdiri, setengah jadi, mendominasi cakrawala Pyongyang, dengan derek berkarat bertengger di atasnya. Selama periode itu, Ryugyong Hotel mendapat beberapa julukan menyeramkan: Hotel of Doom, Phantom Hotel hingga Phantom Pyramid mengingat bentuk bangunannya yang menyerupai piramida. 

Pembangunan Dilanjutkan Sebentar, Lalu Berhenti Lagi

Secercah harapan mulai menyala ketika perusahaan konstruksi dari Mesir, Orascom mengadakan kesepakatan konstruksi dengan pemerintah Korea Utara untuk membangun jaringan 3G. Termasuk dalam kontrak senilai US$ 400 juta dolar itu adalah membenahi Ryugyong Hotel. Dengan bantuan insinyur Mesir, derek yang berkarat dilepas, dan panel kaca serta logam ditambahkan. Pada 2011, pekerjaan eksterior selesai.

Tidak belajar dari kesalahan, para pejabat Korea Utara kembali sesumbar Ryugyong Hotel akan dibuka pada 2012, bertepatan dengan perayaan kelahiran Kim Il-Sung yang ke-100. Namun prediksi itu kembali meleset. Ryogyong Hotel belum juga dibuka meskipun grup jaringan hotel Kempinski sempat mengumumkan akan mengambil alih manajemen hotel dan membukanya pada 2013.

Menjelang akhir tahun 2016, terdapat laporan bahwa perwakilan dari perusahaan Mesir Orascom telah mengunjungi Korea Utara. Pada 2017 dan 2018 pekerjaan sedang berlangsung di lokasi dan jalan akses ke hotel dibangun.

Pada Juli 2018, layar LED yang telah ditambahkan ke seluruh sisi gedung mulai menampilkan animasi dan adegan film. Pada bulan yang sama, sebuah papan tanda besar bertuliskan: "The Ryugyong Hotel" dalam bahasa Korea dan Inggris mulai dipasang.

Penampakan Ryugyong Hotel saat malam usai dipasangi LED (Getty Images/Ed Jones melalui CNN.com)
Penampakan Ryugyong Hotel saat malam usai dipasangi LED (Getty Images/Ed Jones melalui CNN.com)

Beberapa aktivitas di dalam hotel mulai terlihat, tapi Ryugyong Hotel belum dibuka untuk umum dan dijadikan penginapan. Menurut Simon Cockerel, manajer Koryo Group -- perusahaan asal Beijing yang khusus melayani tour ke Korea Utara -- apa yang terjadi di dalam Ryugyong Hotel sepertinya bukan aktivitas perhotelan.

Dalam wawancara dengan CNN International, Simon Cockerel mengatakan,

"Sangat sulit untuk mengatakannya, karena karena bangunan itu dilapisi kaca, Anda tidak dapat melihat ke dalamnya. Tidak diragukan lagi sesuatu sedang terjadi. Itu adalah bangunan yang sangat besar. Bukan tidak mungkin bahwa beberapa bagian mungkin terbuka sebelum keseluruhannya dapat terbuka. Jika itu adalah bangunan saya, saya akan fokus di atas dan bawah. "

Kapan Ryugyong Hotel dibuka untuk umum?

Mungkin hanya Tuhan dan Kim Jong Un saja yang tahu. Tapi yang jelas, jika hotel ini dibuka untuk umum, Ryugyong Hotel akan kehilangan gelarnya sebagai hotel tertinggi di dunia, bahkan juga di Semenanjung Korea (bangunan tertinggi di Semenanjung Korea saat ini adalah Lotte World Tower).

Namun jika tidak dibuka untuk umum, setidaknya Ryugyong Hotel masih mendapat gelar dan rekor sebagai Hotel Tertinggi di Dunia yang Tidak Berpenghuni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun