"Alah, menulis kutipan saja kok pakai dikasih tahu caranya. Kan tinggal mengutip, menulis ulang pernyataan seseorang."
Eh jangan salah ya. Meskipun terlihat sederhana, menulis kutipan juga ada cara atau tekniknya loh. Tidak sekedar menulis ulang pernyataan seseorang.
Tapi, sebelum kita mengupas cara menulis kutipan dengan baik dan benar, ada baiknya kita ketahui dulu, apa sih kutipan itu?
Pengertian Kutipan dan Tujuan Menuliskannya
Menurut KBBI, kutip atau mengutip adalah tindakan mengambil perkataan atau kalimat dari buku dan sebagainya; memetik karangan dan sebagainya; menukil.
Sedangkan kutipan diartikan sebagai: pengambilalihan satu kalimat atau lebih dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argumen dalam tulisan sendiri;
Singkatnya, kutipan adalah pernyataan dari orang atau sumber lain, baik secara tekstual (tertulis, di naskah, buku, prasasti atau bentuk media tulisan lain) dan atau visual (pernyataan yang kita dengar atau lihat secara langsung).
Tujuannya apa? Seperti yang disebutkan KBBI, tujuannya untuk ilustrasi atau mendukung argumen yang kita sajikan dalam tulisan. Kutipan juga bisa berfungsi sebagai testimonial (persaksian atau penguatan).
Apakah kutipan itu selalu mengutip milik seseorang dari sebuah naskah atau ucapan?
Atau kata-kata yang sekedar muncul begitu saja?
Maksud muncul begitu saja tuh, asal pas nyomong, atau terlintas dipikiran
Atau harus berupa kutipan di sebuah naskah?
Rentetan pertanyaan itu disampaikan mbak Siska di grup Menulis bersama KP & KPB. Pertanyaan itu pula yang memunculkan inspirasi untuk menulis artikel ini.
Mungkin kelihatannya mudah dan sederhana, tapi menulis kutipan adalah jenis keterampilan strategis yang perlu dikuasai setiap penulis. Kutipan langsung dari sumber yang berwibawa dan berkompeten tentang topik akan memperkuat maksud dan argumentasi kita dalam tulisan.
Lalu ada kutipan percakapan. Gaya menulis percakapan bukan hanya untuk fiksi saja. Saat ini pembaca mengharapkan gaya percakapan ketika mereka membaca email, halaman web, teks, blog, posting media sosial dan bahkan iklan. Kutipan berupa percakapan akan membuat tulisan non fiksi bisa terbaca menarik dan tidak membosankan.
Cara Menulis Kutipan
Bagaimana seharusnya menulis kutipan itu?
Pertama, kita harus jeli memilih konten atau isi dari kutipan tersebut. Kutipan yang dipilih dengan cermat dapat menggarisbawahi poin-poin penting tulisan kita dengan memberikan suara yang mudah diingat. Dalam memilih kutipan, perhatikan tiga hal berikut ini:
- Pilih sumber kutipan yang berwibawa. Dalam arti sumber itu tidak diragukan lagi kredibilitas dan kompetensinya dalam tema yang dimaksud. Misalnya tema tentang vaksinasi Covid-19, maka sumber kutipan harus orang yang ahli tentang vaksinasi Covid-19, yang kompetensi dan keahliannya sudah dikenal luas masyarakat.
- Pilih kutipan sesingkat mungkin. Tujuan kutipan adalah untuk menguatkan maksud tulisan kita dengan kata-kata orang lain. Jangan mengutip pernyataan yang terlalu panjang dan berputar-putar sehingga malah mengaburkan inti dari kutipan itu sendiri.
- Pilih kutipan yang mudah diingat. Pembaca cenderung menyukai dan lebih mudah mengingat pernyataan yang menarik, contoh yang hidup, atau pergantian frasa kalimat yang penuh warna (tidak monoton).
Kutipan harus dibedakan dengan kalimat atau paragraf non kutipan dalam kalimat. Maka, cara menuliskannya pun harus berbeda.
Pertama dan yang sangat penting, tunjukkan konteks kutipan tersebut: kapan atau di mana pembicara membuat pernyataannya.
Ini namanya bentuk atribusi (lebih jelas apa itu atribusi dan penggunaannya dalam artikel, silahkan baca tulisan dari Khrisna Pabichara berjudul: "Mengulik Akurasi Data dan Atribusi dalam Artikel").
Kedua, untuk membedakan kutipan dengan paragraf non kutipan, tempatkan kutipan itu dalam blok teks yang berdiri sendiri.
Ketiga, bila kita menghilangkan sebagian kata-kata dari kutipan, gantilah dengan elipsis (satu set tiga titik atau lebih.)
Contoh penulisan kutipan:
"Temukan alasan yang memerintahkanmu untuk menulis; lihat apakah akarnya telah menyebar sampai ke lubuk hatimu yang paling dalam; akui pada dirimu sendiri bahwa kamu harus mati jika kamu dilarang menulis, " tulis Rainer Maria Rilke dalam Letters to a Young Poet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H